|✨|17. Pengenal

102 35 2
                                    

Now playing : Ed Sheeran - Perfect

"Ingatan itu bisa bertahan lama meski hanya bertemu sekali saja."

Dengan langkah panjang, Rion bergegas menuju ruang tata usaha. Intuisinya mengatakan gadis itu masih ada di sana. Dan benar saja. Saat Rion tiba, gadis itu baru keluar seraya membawa berkas-berkas kepindahannya.

"Boleh ngobrol sebentar?" Tanpa basa basi, Rion langsung bertanya.

"Hm ... Boleh kak," jawab gadis itu.

Rion mengangguk. Lantas membawa gadis itu pada salah satu meja di kantin. Banyak pasang mata yang melirik ke arah mereka dengan berbagai ekspresi. Tapi Rion cuek saja. Tidak mau mempedulikan yang tidak penting.

Selang beberapa waktu, keduanya hanya diam. Menyisakan bising dari orang-orang sekitar yang mulai membicarakan secara terang-terangan. Karena sudah waktu istirahat, jadi kantin mulai ramai.

"Mau tanya apa, Kak?" Gadis itu memulai pembicaraan. Sepertinya enggan ditatap aneh oleh sekitar.

"Oh, iya." Rion tersentak. "Sebelumnya gue mau tanya dulu. Lo dulunya anggota OSIS di sekolah lama?" tanya Rion.

Gadis itu mengangguk seraya tersenyum ramah. Persis seperti senyum yang ditunjukkannya pada Rara kemarin.

"Jadi gini. Sesuai tradisi Smanjana, dua bulan lagi bakal ada festival seni. Dan kemarin salah satu anggota OSIS ada yang pindah. Lo mau gantiin nggak?" papar Rion menjelaskan.

Gadis itu tampak berpikir sejenak. Suasana kembali hening. Rion mengetuk-ngetukan jarinya pada meja, menunggu jawaban.

"Aku pikir-pikir dulu ya, Kak," ucap gadis itu setelah lama terdiam.

"Oh ... Oke," balas Rion.

"Boleh minta kontak lo? Biar nanti gampang kalo lo mau gantiin Nayra yang pindah sekolah." Rion menyodorkan ponsel hitam yang sejak tadi digenggamnya.

"Boleh, Kak." Gadis itu mengambil ponsel Rion lalu mengetikkan nomor ponselnya. Setelahnya, ia mengembalikan ponsel itu kepada pemiliknya.

"Btw, nama lo siapa?"

"Aku Deana, Kak." Mendengar jawaban itu, seketika pikiran Rion langsung tertuju pada Dea. Namanya hampir mirip. "Panggil aja Ana," imbuh gadis itu, membuat Rion tersadar dari lamunannya.

Tettt ...

Suara bel yang berbunyi membuat seluruh murid yang berada di kantin menghela napas gusar. Ada yang mengumpat dengan kasar karena tidak kebagian jajanan. Ada pula yang bergegas menuju kelas agar tidak keduluan oleh guru yang mengajar.

"Aku ke kelas dulu ya, Kak. Kalo mau nanti aku kabari." Selesai berucap, gadis itu buru-buru beranjak menuju kelasnya. Menyisakan Rion di tempat yang tersenyum lega.

✨✨✨

"Huftt ... Selesai juga!" Rara tersenyum bangga. Memperhatikan hasil karyanya kepada Dea.

"Bagus!" puji Dea. "Bikinin gue gambarnya Jimin, dong!" pinta Dea setelah melihat gambar Jungkook yang lumayan bagus.

"20 ribu, ya?" tawar Rara.

Dea mendengus. "Dih, ke temen sendiri perhitungan!"

Rara tertawa. Menjahili Dea memang mengasyikkan. "Ututuu ... Nanti gue bikinin deh. Khusus buat Dea yang cantik ini," goda Rara dengan ekspresi menjijikan.

"Diem deh, Ra. Awas aja lo kalo bohong!" Ancam Dea membuat Rara meringis seketika. "Iya, Dea. Bawel deh, Lo!"

Mendengar perdebatan kecil di belakang bangkunya, Deni membalikkan badannya. Menatap Dea dan Rara yang juga tengah menatapnya. "Rion ke mana, ya? Tumben dia belum balik," ujarnya bertanya.

Forever be a Friend [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang