|✨|20. Perlakuan

137 33 26
                                    

Now playing : Jaz - Kasmaran

"Kita tidak bisa memaksa cinta kapan datang dan pergi. Karena bukankah cinta adalah hal yang mengejutkan?"

Rion menggosok kedua tangannya guna menghalau angin malam yang terasa dingin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rion menggosok kedua tangannya guna menghalau angin malam yang terasa dingin. Dia duduk diatas motornya seraya menunggu seseorang di depan sebuah gang kecil. Dia melirik pada gang yang samar-samar menampakkan seseorang yang berjalan mendekat.

Seorang gadis dengan memakai dress selutut berwarna biru langit serta sweter senada dan tas kecil berwarna cokelat menghampiri Rion. Dia tersenyum lebar, membuat Rion ikut menarik sudut bibirnya membentuk senyum sempurna.

"Yuk, Kak!" ajak gadis itu. Deana Putri Amanda. Seseorang yang baru mengenal Rion satu minggu. Tapi entah mengapa sudah bisa sedekat itu. Seperti orang yang sudah saling mengenal bertahun-tahun.

"Mau jalan sekarang?" tanya Rion.

Ana mengangguk sebagai respon. "Ibu lo mana? Gue belum izin." Rion hendak turun dari motornya, sebelum suara Ana membuat Rion kembali pada posisi semula.

"Ibu udah tidur, Kak. Tadi udah aku izinin kok." Ana berucap meyakinkan. Tak ada segurat ragu yang tercetak di wajahnya. Ah, mungkin benar. Rion saja yang terlalu berpikir macam-macam. Harus selalu mengedepankan kesopanan. Tapi itu tidak salah, bukan?

"Yaudah, ayo naik," perintah Rion yang langsung dituruti oleh Ana. Gadis itu naik perlahan ke atas motor.

"Udah?" Rion memastikan.

"Udah Kak," jawab Ana pelan.

"Turun." Seketika, ucapan Rion membuat Ana mengerutkan dahinya, bingung. "Kok turun lagi, Kak?" tanyanya.

"Ya 'kan tadi katanya udah," jawab Rion serius.

"Dih, apaan sih. Gak lucu tahu," Ana mencibir.

Beberapa detik kemudian, Rion tertawa girang. "Jadi sekarang jalan, nih?" tanya Rion berusaha menggoda Ana.

"Ya iya, Kak. Ya ampun. Nanti kemalaman pulangnya," kata Ana geregetan sendiri. Sedangkan Rion makin tertawa kencang. Menjahili Ana membuat dadanya menghangat. Ah semesta, sepertinya Rion sudah gila.

✨✨✨

Rion dan Ana berjalan menuju sebuah konser amal yang diadakan oleh salah satu grup tari di Jakarta. Jarak tempuh menuju ke sini tidak jauh. Hanya berkisar 15-20 menit dengan menggunakan motor.

"Mau ke depan?" tanya Rion pada Ana. Keduanya kini berdiri di barisan paling belakang. Melihat para anggota menampilkan modern dance yang cukup menakjubkan.

"Nggak, Kak. Di sini aja," jawab Ana dengan senyuman tipis.

"Oke deh."

Rion mengambil ponsel yang berada di saku celananya. Tangannya mengetikkan sebuah pesan untuk seseorang.

Forever be a Friend [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang