|✨|24. Persyaratan

131 32 11
                                    

Now playing : Maroon 5 - Girls like you

"Gue lepasin, tapi dengan satu syarat. Lo harus turutin semua kemauan gue."

Terhitung tinggal sebulan lagi menuju festival seni

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terhitung tinggal sebulan lagi menuju festival seni. Anak-anak kelas X dan XI mulai disibuk latihan setiap hari. Sengaja, pihak sekolah mengurangi jam belajar agar semua bisa fokus pada latihan dan bisa menampilkan yang terbaik. Karena yang akan datang bukan hanya dari SMA Renjana saja, melainkan mengundang SMA-SMA lain di sekitarnya.

"Semuanya udah selesai direkap, An?" tanya Della. Gadis itu bertugas sebagai wakil ketua, menggantikan Erlan yang turun jabatan. Tugasnya Della sederhana, hanya memastikan semua anggota yang bertugas menyelesaikan tugasnya dengan baik. Agar kelak acara yang mereka gelar berjalan dengan sempurna.

Ana mengangguk. Ia yang bertugas sebagai bendahara sudah mulai merekap pemasukan dan pengeluaran. Agar nantinya tidak repot saat acara selesai. "Iya udah," jawabnya.

"Yaudah kalo gitu, gue balik ke kelas dulu, ya," pamit Della seraya berlalu meninggalkan ruang OSIS. Menyisakan Ana seorang diri di sana.

Ana memijat pelipisnya. Ternyata tidak semudah yang ia bayangkan sebelumnya. Meski tugasnya tidak berat, namun tetap saja menguras tenaganya. Apalagi setelah ini ia harus bekerja di toko bunga.

Ana merogoh saku celana lalu mengeluarkan benda pipih miliknya yang berwarna putih. Sudut bibirnya terangkat saat mendapat telepon dari seseorang.

"Hallo ...." Ana memulai percakapan.

"..........."

"Nggak papa, kok. Baik-baik aja," ucap Ana pada si penelepon.

"..........."

"Iya, udah." Ana mengembuskan napasnya. Sejujurnya ia lelah, namun ia tidak bisa mundur begitu saja. Semuanya sudah tersusun dengan baik.

"............"

"Hum ... pasti. Yaudah, aku tutup ya."

Ana menutup panggilan itu. Jarinya bergerak membuka aplikasi berlogo kamera miliknya. Dia tersenyum sekilas, saat melihat potret keluarganya secara lengkap. Namun, suara seseorang yang masuk membuat Ana buru-buru memasukkan ponselnya ke dalam saku.

"Eh, masih di sini, An?" Itu suara Yuto. Ketua OSIS pengganti Rion.

"Iya, nih." Ana tersenyum canggung. Meski sudah hampir sebulan bergabung dalam organisasi, ia tidak begitu dekat dengan anggota yang lain.

"Aku ke kelas dulu ya," sambung Ana seraya membereskan buku-buku yang berserakan di meja. Lantas setelahnya, ia berlalu pergi tanpa pamit.

Yuto menatap punggung Ana yang tidak lagi terlihat setelah pintu ruang OSIS tertutup. Ia mengerutkan dahinya. Aneh sekali gadis itu.

Forever be a Friend [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang