|✨|07. Penawaran spesial

200 47 58
                                    

Now playing : A Love so Beautiful (English Version)

"Lagu yang dibawakan olehmu seperti nyanyian pengantar tidur. Lembut dan menenangkan."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Semilir angin yang menerbangkan dedaunan membuat Dea merasa tenang. Gadis itu duduk di bawah pohon rindang, ditemani Rion di sampingnya. Keduanya tengah berada di salah satu kedai mie ayam di pinggir jalan.

"Jadi, sejak kapan?" tanya Dea sambil memasukkan sesuap mie ayam menggunakan sumpit.

"Sejak kapan apanya?" Rion balik bertanya.

Dea berdecak, "Sejak kapan lo ngajar anak-anak kurang mampu?" tanyanya menaikan sebelah alis.

"Hm ...," Rion tampak berpikir, "dua Minggu yang lalu, kayaknya. Gue lupa."

Dea mangut-mangut. "Terus kenapa lo bisa kenal Joshua?" tanya Dea lagi.

Rion menatap Dea lekat, lalu mengalihkan tatapannya pada sekitar. Pikirannya mulai melayang pada kali pertama bertemu dengan Joshua.

Rion dan Joshua bertemu secara tidak sengaja di sebuah taman kota. Saat itu, Joshua membawa kotak bertuliskan donasi untuk rumah belajar. Rion saat itu ikut menyumbang, tapi tak ada pikiran untuk bisa ikut andil dalam acara itu.

Sampai suatu ketika, Rion bertemu lagi dengan Joshua di taman kota yang sama. Entah sebab apa pemuda itu terketuk hatinya. Rion ingin membantu Joshua mengajar di sekolah tersebut. Akhirnya, Rion dan Joshua bertukar kontak agar bisa saling menghubungi.

Beberapa Minggu kemudian, mimpi mereka terwujud. Antusiasme dari anak-anak yang tinggal di sekitar sekolah yang mereka bangun cukup tinggi. Itu juga yang membuat Rion semangat untuk mengajar mereka—meski dengan sarana yang terbatas.

"Jadi gitu ceritanya," ujar Rion mengakhiri sesi cerita.

"Lo kok mau ngajar mereka? Kan nggak digaji?" Lagi-lagi, Dea bertanya. Gadis itu jika sudah kepo memang sampai ke akar-akarnya.

"Nggak tahu. Gue suka aja. Lihat mereka semangat belajar buat gue semangat juga untuk meraih mimpi," kata Rion. "Meski gue gak bisa ngasih sertifikat atau ijazah, setidaknya gue bisa ngasih ilmu yang bermanfaat bagi mereka," tambahnya.

Dea tersenyum. Ternyata dibalik sifatnya yang tegas, Rion memiliki sisi yang lembut juga. Setelah menghabiskan makanan masing-masing, Rion membayar lalu mengajak Dea untuk segera pulang.

"Yuk pulang!"

✨✨✨

Dea menatap pantulan wajahnya di cermin. Seharian berjalan-jalan dengan Rion membuat wajahnya sedikit kusam.

Forever be a Friend [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang