Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Malam-malam, sekitar pukul 8 Hyunjin datang berkunjung ke rumah Felix. Entahlah, ia hanya merasa bosan dirumah. Setidaknya disini ia bisa menjaili tunangan nya itu.
"Om!"
"Apa?"
"Tau gak?"
"Enggak."
duagh!
Felix menendang tulang kering Hyunjin, lantas sang empu langsung menatap tajam Felix yang di balas tatapan tajam pula.
"Lagian sih! kalo aku lagi bicara didengerin!"
"Kan kamu engga bilang apa-apa, saya mana tau."
"Hih, om ngeselin banget."
Setelah itu, Felix berjalan menjauh dari ruang tamu dan pergi menuju kamarnya dilantai dua. Hyunjin yang melihatnya hanya bisa terkekeh.
Padahal ia hanya bercanda tadi, tapi tulang kering nya sudah menjadi korban tendangan maut Felix. Beruntung saja tidak sesakit itu.
Lalu ia mengambil iPad yang biasa ia gunakan untuk mengecek proposal, yah paling tidak itu menghilangkan bosannya.
Ketika sedang fokus membaca sederet kalimat, Hyunjin mendengar suara langkah kaki yang sengaja di hentak-hentakan. Felix.
"Ngapain kamu?"
"Om tuh ya, pengen tak hih!"
"Emang saya salah apa?"
"Kalo ada orang marah tu ya dibujuk kek atau diapain kek, malah diem doang. Hih ga peka banget."
Hyunjin menghela napas panjang, "Sini."
Felix mendekat, langsung saja Hyunjin mengangkat Felix lalu diletakan diatas pangkuan nya. Felix terkejut, namun ia hanya diam.
Hyunjin menyandarkan kepala Felix di dadanya, lalu tanganya ia gunakan untuk mengelus-elus punggung Felix, memberi tunangan nya itu kenyamanan.
"Saya salah apa, hm?"
Yang ditanya hanya diam, Felix justru mendusel-dusel di dada bidang Hyunjin. Yang ia rasakan kini adalah rasa nyaman.
"Fel,"
"Nope, aku cuma kesel? iya mungkin itu."
Hyunjin menggelengkan kepalanya, dasar anak remaja. Tangan nya masih mengelus punggung Felix kini ganti menepuk pantat Felix.
Yah, mereka diam dalam posisi itu kurang lebih satu jam lamanya. "Tidur kamar aja yuk."
"Hm, gendong!"
"Astaga, bayi besar."
Hyunjin menggendong Felix ala koala dan membawanya ke kamar Felix. Sampai di kamar, Hyunjin ingin langsung pulang saja, karena ini sudah terlalu larut.
Tapi Felix tidak memperbolehkan Hyunjin untuk pulang, "Nginep aja, puk-puk."
Hyunjin benar-benar menunggu sampai Felix terjun ke alam mimpinya. Setelah memastika Felix sudah tertidur, ia diam-diam bangkit dari kasur.
Melakukan sedikit perenggangan, karena entah mengapa pinggang nya sedikit pegal memangku Felix di sofa tadi.
Kaki nya melangkah menuju meja belajar Felix, melihat-lihat tidak salah kan? ia hanya sedikit penasaran dengan isi meja belajar Felix.
Sebenarnya, isi meja belajar Felix sama seperti pelajar lain nya; buku, alat tulis, ya perlengkapan sekolah. Namun Felix juga menempelkan beberapa sticky note berisi kalimat penyemangat.
sret!
Ujung baju nya ditarik oleh seseorang. Rupanya Felix terbangun dari tidurnya. Keringat bercucuran di dahinya, tubuhnya sedikit gemetar.
"Kamu kenapa?"
Yang ditanya menggeleng, ia justru memeluk Hyunjin erat. "A-Aku, mimpi buruk lagi."
"Ayo sini tidur lagi."
Hyunjin menggendong Felix lalu dibawa ke kasur. Felix meringkuk dalam dekapan Hyunjin, mendusal di dada bidang tunangan nya.
Seperti biasanya, Hyunjin akan mengelus punggung Felix sambil mengucapkan kalimat penenang. Dilihatnya tubuh Felix yang mulai rileks membuat Hyunjin menghela napas lega.
"Mau cerita?"
Felix menggeleng, ia belum ingin menceritakan mimpi buruknya. Hyunjin mengangguk paham, lalu mengelus punggung sempit Felix hingga si manis bisa kembali ke tertidur dengan pulas.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.