27

5.5K 509 45
                                    

Hari ini bunga sakura bermekaran indah ditepi sungai. Karena itu, Hyunjin mengajak keluarganya untuk Hanami atau melihat bunga Sakura yang bermekaran di tepi sungai.

"Makanan berat atau ringan?" tanya Felix, mengambil beberapa potong roti.

"Sandwich dan beberapa kue, juga .. cola!" sahut Sean cepat.

"Boleh, kue atau cookies?"

"Kalau bisa keduanya kenapa tidak?"

ctak!

"Aduh, sakit yah!" rengeknya. Pelaku yang menyentil Sean–Hyunjin, terkekeh.

"Mau merepotkan bundamu?"

"Tidak, tidak! Kalau begitu cookies saja bun!"

"Baiklah."

Felix membuat beberapa cookies dan juga sandwich untuk piknik nanti. Sebenarnya dia berniat membuat bento, tapi yah .. untuk makan sore itu terlalu berat.

Lalu pukul tiga sore mereka bertiga berangkat menuju sungai. Mereka nampak menikmati perjalanannya, karena ketika memasuki area sungai, banyak bunga sakura berguguran.

Felix dan Sean tak berhenti mengumamkan kata 'woahh' sejak tadi. Wajarlah, dinegara asalnya tidak ada bunga sakura.

"Sudah sampai, ayo turun."

Mereka bertiga berjalan menelusuri pinggir sungai tersebut, mencari tempat nyaman tuk berpiknik.

Sean sendiri sudah heboh sedari tadi, melompat-lompat layaknya anak kecil. Megambil foto hingga ratusan–mungkin.

"Sean-chan!" pekik seseorang. Sean menengok, mendapati Sato Ebisu berjalan mendekat.

"Oh, halo Sato-san." Sean melambaikan tangannya.

"Sedang apa?" tanya Ebisu.

"Tidak lihat? aku sedang berfoto kan." jawabnya cuek. Ebisu hanya tersenyum menanggapi, niatnya basa-basi malah dijawab cuek seperti itu.

"A-Ah, baiklah. Aku permisi, maaf mengganggu waktumu." pamitnya.

"Eh, fotokan aku dulu." Sean menarik pergelangan tangan Ebisu cepat.

"Baiklah .."

ckrek!
ckrek!
ckrek!

ini yang kesepuluh, dan dia masih belum mau berhenti. Batin Ebisu.

"Cukup, terimakasih Sato-san."

"Kalau begitu aku akan per–

"Tidak, ayo pergi bersamaku." ucapan Ebisu dipotong oleh Sean. Kemudian anak lelaki bermarga Hwang itu menyeret Ebisu ke tempat keluarganya piknik.

"Ayah, bunda. Ini temanku." ucap Sean memperkenalkan.

"Sato Ebisu, desu. Salam kenal." Ebisu membungkuk. (saya sato ebisu.)

"Wah, temannya Sean. Ayo duduk sini."

Sean mengajak Ebisu duduk bersama diatas alas yang sudah disiapkan Felix. Kemudian Felix menyodorkan seporsi sandwich untuk Ebisu.

"Punyaku?" sean terlupakan.

"Heee? kau sudah memakan satu dirumah." goda sang ayah, membuat Sean mendecak kesal.

"Itu kan dirumah." ia bersedekap didepan dada.

"Sean-chan bisa berbagi denganku, kalau mau sih .." sahut Ebisu.

"Woah, tentu saja mau!" ucap Sean bersemangat langsung mencomot satu gigitan pada sandwich yang dipegang oleh Ebisu.

"Masakan bunda memang yang terbaik, oiishi!" (enak)

Ebisu dan Sean menghabiskan satu porsi sandwich itu berdua. Kemudian dengan tampang watados, Sean meminta se-porsi lagi. Kemudian meminta Ebisu menyuapinya.

"Manja sekali. Padahal kalau disekolah kamu galak banget, serem." ucap Ebisu.

"Iyakah? Sean kalau disekolah kayak gimana?" tanya Hyunjin.

"Sean jarang bicara sih kalau disekolah. Wajahnya datar banget, yang mau temenan sama dia jadi takut duluan." jawab Ebisu sambil terkekeh.

"Ih engga ya! Aku ga nyeremin."

"Tapi temanmu saat ini hanya aku, beda kelas pula." ucap Ebisu.

"Dasar kamu, makannya jangan jiplak muka ayahmu. Kalian itu kayak fotocopy tau ga sih, luar serem, padahal bobrok." sahut Felix tiba-tiba.

"Bunda! Jangan buka kartu dong!" pekik Sean.

"Lho, bunda ga buka kartu kok. Haha!" tawanya.

Hari itu, sambil melihat bunga sakura, mereka berempat bercanda ria. Sean dan Hyunjin yang dasarnya memiliki banyak lelucon, membuat suasana menjadi ramai.

Meski garing, gapapa, udah mencoba.

"Oh iya, Sato-san. Kau sudah punya pacar?" tanya Hyunjin.

"E-Eh? Belum." jawabnya.

"Nah, pas sekali. Lebih baik kamu dan Sean berpacaran, atau mungkin menikah saja langsung." sahut Hyunjin blak-blakan.

"EHH?!!" wajahnya memerah, bahkan Sean yang notabene nya anak yang sulit tersipu, kini wajahnya memerah.

"Wah wah, wajah kalian memerah." goda Hyunjin.

"Engga! Aku ga tersipu, ayah!" Sean mengelak, padahal wajahnya benar-benar merah saat itu. Ebisu? Dia menunduk malu, astaga Hyunjin menggodanya habis-habisan.

"Ayah hanya bercanda, ayolah." kekeh Hyunjin.

"Yah .. Kukira serius .." ucap Ebisu pelan, hampir seperti menggumam, tetapi mereka bisa mendengarnya.

"EBISU???!"

yoshaa! akhirnya book ini tamat juga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

yoshaa! akhirnya book ini tamat juga. terimakasih untuk kalian yang udah dukung book ini dan juga menyemangatiku ketika menulis.

kesan kalian baca 'om Hyunjin' itu gimana si? *penasaran

maap jika ff ini kurang nge feel, jjur ak nga pinter mnyusun kata /hiksrot. segitu dlu dari author, see you next book!!

om hyunjin [ ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang