(1) bonchap : dinner

4.1K 405 20
                                    

Sean berbaring diatas lantai kayu yang menghadap langsung ke halaman rumahnya, lalu mengipas-kipaskan buku pr musim panasnya, "Heee.. panas sekali," katanya.

Liburan Musim Panas sekolah memang selalu begini, kan? Bahkan Sean belum mengerjakan pr musim panasnya.

"Jurnal, ya? Hahh..." ia berguling-guling ke sembarang arah, kemudian,

duagh!

Ia terjatuh dengan bibir mencium tanah, "Huek! Rasa tanah!"

Ia mencibir, kemudian berjalan dengan menghentakan kakinya kesal. Ia pergi membasuh wajah dan mengganti kaus putihnya yang kotor.

Setelah itu, Sean berjalan menuju lemari es dan mengambil sebotol air putih dingin kemudian menegaknya hingga tandas.

"Rasanya seperti dilahirkan kembali."

Staminanya telah terisi, ia lantas mengambil buku dan mengerjakan pr musim panasnya. Hingga jam menunjukan pukul lima sore, ia berhasil mengerjakan tiga pr musim panasnya.

"Yosh! Kurang jurnal saja."

Ia merapikan buku-bukunya, melirik jam yang menunjukan pukul lima sore. Namun, ayah dan bundanya belum menampakkan batang hidungnya masing-masing. Hari ini orang tuanya pergi mengunjungi rumah sahabat lamanya.

Ponselnya bergetar, ia mendapat sebuah pesan dari ayahnya.

Ayah

Kamu sudah selesai mengerjakan tugas, kan? Menyusul kemari saja, kamu diundang ke acara makan malam teman ayah.

"Hah? Aku malas sih, tapi DISINI ENGGA ADA MAKANAN! nanti kalau aku mati kelaparan bagaimana? ah! Bagaimana kalau mayatku tidak ditemukan? Ini gawat! Lebih baik aku menyusul!"

Sean heboh, entah bagaimana ia bisa mendapatkan pemikiran seperti itu.

***

Sean menekan bel rumah bak istana tersebut. Membaca papan tulisan didepan gerbang bertuliskan 'Sato', lalu melirik jam arloji yang nenunjukan pukul enam lewat lima belas menit.

Gerbang terbuka, menampakkan seorang laki-laki berpakaian rapih. Kepala pelayan tersebut tersenyum, "Tuan Sean, anda sudah ditunggu didalam." ucapnya.

Sean mengangguk singkat, lalu berjalan mengikuti kepala pelayan tadi dan membawanya menuju ruang makan dengan pintu kayu besar berwarna silver dengan ukiran-ukiran unik.

Disana nampak orang tuanya dan, "Ebisu?!" pekiknya.

Laki-laki yang dipanggil 'Ebisu' tersebut menoleh kaget. Sang kepala keluarga Sato menukikkan alisnya bingung, menatap Ebisu penuh tanda tanya.

"Ah, ini putra saya, Sean." Hyunjin menimpali.

Tuan Sato meneliti penampilan Sean yang terbilang cukup 'sederhana' dengan kaus yang dibalut kemeja kotak dan celana jeans biru.

"Silahkan duduk," Tuan Sato mempersilahkan.

Sean lantas segera duduk disamping sang Ayah, lalu Hyunjin menyenggol siku Sean dan berkata, "Pakaian mu terlalu santai, kenapa engga pakai jas?"

"Ayah ga bilang sih!" elaknya.

"Sudah, tidak apa-apa. Lagipula ini bukan acara resmi. Pelayan! Tolong bawakan makanannya." ucap Tuan Sato kemudian memanggil salah satu pelayannya.

Tak lama, beberapa pelayan datang membawa hidangan. Alih-alih menyajikan makanan khas Jepang, mereka menyajikan makanan barat.

Makan malam berjalan lancar, dengan sedikit perbincangan ringan. Lalu diakhiri dengan beberapa jenis kue manis sebagai makanan penutup.

Setelah itu, Ebisu membawa Sean menuju halaman belakang rumahnya yang menghadap ke kolam renang.

"Rumahmu luar biasa, Sato-san." ucap Sean.

"Terimakasih dan cukup Ebisu saja, kamu terlalu formal. Lagipula kita berteman baik, kan?" Ebisu menimpali ucapan Sean sambil tersenyum.

"Aku hanya belum terbiasa." Sean menjawab dengan kaku.

Ebisu hanya tertawa menanggapi Sean, kemudian suasana menjadi hening.

"A-ah, aku akan mengambil teh." Ebisu bangkit dari duduknya. Tanpa sadar kakinya tersandung kakinya yang lain.

bruk!

Ebisu terkejut. Ia jatuh menimpa Sean. Dan yang lebih mengejutkan adalah ketika ia menyadari bila bibir mereka saling bersentuhan.

"M-Ma-ftthh!"

Ketika hendak bangkit menjauh, Sean justru menarik kembali Ebisu. Tanpa aba-aba mencium bibir ranum Ebisu. Rasanya candu, ia ingin lebih, lidahnya ingin melesak masuk mengabsen deretan gigi Ebisu, mengajaknya berperang lidah.

Kemudian Sean yang terlebih dahulu mengakhiri ciuman mereka. Nafas Ebisu ter engah-engah, saliva menetes entah punya siapa itu.


Sean bangkit, pikirannya kacau. Bingung harus berkata apa. Otaknya belum bisa memproses apa yang baru saja dilakukan Ebisu.

"A-Aku menyukaimu!"

Sean terkejut. Pernyataan yang tiba-tiba itu membuat wajahnya memanas, sama halnya dengan Ebisu yang menahan malu setengah mati.

Sean meletakan telapak tangannya di dahi Ebisu guna memastikan suhu tubuh temannya itu, "Baka! Aku tidak sakit! Dan aku bersungguh-sungguh!" pekik Ebisu kesal. (bodoh)

"Aku juga." ucap Sean, lalu memalingkan wajahnya. "A-ayo pacaran denganku." lanjut Sean.

"Pffttt, hahaha!" Ebisu tertawa, membuat Sean melirik tidak suka.

"Apa yang kau tertawakan, hah?!"

"Wajahmu.. pfttt! sungguh menggemaskan, dasar tsundere!"

"Kau yang tsundere, Ebisu!"

"Tidak, tidak. Kau yang- ittai!"

Sean mencubit hidung Ebisu gemas, membuat sang empu meringis dan menatapnya tidak suka.

"Maafkan aku nyonya, Hwang?" ucap Sean dengan wajah jahilnya.

"SEAN BODOHH!!"

-

yahooo! bonchap spesial Sean-Ebisu. Huhu aku gemes sama mereka :((

om hyunjin [ ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang