34. A day with Hayam Wuruk

6K 678 37
                                    

Kesedihanku akan kepergian Ratna segera terlupakan karena Hayam Wuruk selalu berada di sampingku.

Ketika aku mau mulai menangis lagi, ia akan memelukku erat.


"Kamu nanti mau punya anak berapa?"

Tanya Hayam Wuruk secara tiba-tiba di dalam kereta yang sedang melaju dalam kecepatan sedang. Iya, kami sedang dalam perjalanan kembali ke Trowulan.

"Satu? Dua? Mengurus anak itu sepertinya susah."

Hayam Wuruk menatapku dengan kebingungan.


"Bukankah itu terlalu sedikit? Bagaimana dengan empat? Atau delapan?"

Aku tersedak oleh angin mendengar perkataannya. Masalahnya disini adalah, aku yang harus mengandung selama sembilan bulan. Aku juga yang harus melahirkan. Melahirkan delapan anak? Dia bercanda?


"Kenapa tidak kamu saja yang melahirkan?"

"Karena aku tidak bisa mengandung."

Ya gak salah sih.

Aku lalu menatap Hayam Wuruk dengan kesal.


"Bercanda kok. Selama ibunya adalah kamu, aku tidak masalah dengan jumlah anak."

Ucap Hayam Wuruk lalu pindah ke sebelahku dan memelukku dari samping.


"Hayam Wuruk."

"Hm?"

"Apakah kita benar-benar bisa melakukan telepati?"

Pertanyaanku yang random tiba-tiba saja muncul dari otakku mengingat Hayam Wuruk selalu datang ketika aku punya masalah yang berat.


"Kurasa, jika kamu benar-benar mencintai seseorang, dan orang itu juga mencintaimu. Maka akan menjadi hal yang mudah bagi orang itu untuk saling bertukar pesan lewat hati.

Aku sudah beberapa kali mengirimimu pesan lewat hati, namun tidak terbalas. Apakah perasaanku bertepuk sebelah tangan, Ratu?"


"Ah, jadi itu kamu?"

Aku teringat beberapa waktu yang lalu tiba-tiba hatiku mengatakan bahwa senyumku sehangat matahari pagi, mataku secerah  mata bayi yang baru lahir, dan sebagainya.


"Kukira itu hanya pemikiranku. ternyata kamu ikut andil di dalamnya. Maafkan aku yang tidak pernah membalasnya hehe."

Lalu Hayam Wuruk mempoutkan bibirnya sebentar dan kembali memelukku erat.


"Pelukanmu terlalu nyaman. Aku selalu mengantuk jika kamu peluk."

"Maka tidurlah. Pasti kamu lelah mengikuti sayembara ini selama dua tahun."

Aku lalu mengangguk cepat dan menyamankan diriku di pelukannya Hayam Wuruk.

Tangannya tidak bosan-bosan mengelus rambutku membuatku semakin cepat untuk masuk ke alam mimpi.


***


"LAKSMI!!!"

The Past [MAJAPAHIT] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang