"Ayo kabur."
Aku terkejut mendengar perkataan Joko. Tidak, bukan hanya karena ia berkata begitu. Tapi karena ia langsung menarikku.
"Ratu, maafkan aku."
Gawaras.
Aku beberapa kali mencoba melepaskan diri. Tapi rok ga-ada-akhlak ini membuatku semakin kesusahan bergerak.
Mana lagi orang-orang keraton sedang sibuk semua. Aku berkali-kali mencoba berteriak, tapi tidak ada yang mendengar.
Apa orang-orang sana pake earphone semua?
"Berteriaklah sesuka hatimu. Tidak akan ada yang sadar. Karena sudah ada yang mengalihkan perhatian."
Aku menatap nyalang ke arah Joko. Lalu aku kembali melihat ke arah keraton.
Mataku tidak semakin blur, kan?
Apa yang dilakukan Ratna ditengah sana?
Aku semakin berontak dari Joko. Mungkin karena kesal juga, Joko mengangkat ku dan menggendongku ala pasutri baru--em, bridal style.
"KAMU TIDAK LIHAT TEMANKU SEDANG KENAPA-NAPA DI SANA?"
Emosiku memuncak lantaran Joko tidak melepaskanku. Sedangkan aku bisa melihat Ratna tadi sedang dihakimi.
"Dia baik-baik saja."
Semua umpatan kotor ku keluarkan ke laki-laki yang menculikku sore ini. Benar kata para tetua, jangan keluar sore hari, nanti di culik setan.
Iya, Joko memang setan.
Ia langsung memasukkan ku kedalam kereta kudanya dan kereta itu langsung melaju.
"Cobalah berteriak, kamu akan mati."
Sekarang keadaannya menjadi leherku yang dipeluk erat oleh Joko. Dan tangan satunya ia gunakan untuk memegang pisau.
Wah asli ni human satu psycho.
"Jika tidak bisa mendapatkanmu, maka tidak ada yang boleh mendapatkanmu."
Ucapnya secara random masih dengan posisi yang tadi.
Aku pernah melihat adegan ini di drama korea.3
Mau tak mau aku hanya bisa terdiam selama perjalanan. Sedikit saja aku berontak, aku akan mati.
Sebenarnya aku tidak masalah juga jika aku mati sekarang. Masalahnya, sekarang aku sudah terikat perjanjian dengan Hayam Wuruk.
Sampai dia main belakang, aku tidak segan-segan membotakinya.
Susah-susah aku berjalan kaki ke Daha, malah diculik dan kembali ke Tumapel.
Kurang ajar.
Karena menggunakan kuda dan kudanya berlari dengan kencang, aku tiba sangat cepat di Tumapel. Tapi tetap saja, langit sudah menjadi gelap gulita. Jadi aku tidak tau aku pastinya berada di mana.
"Jika kamu berani keluar, aku tidak akan takut untuk membunuhmu, Ratu."
Baiklah, kenapa ceritanya menjadi bergenre thriller begini?
Aku hanya terdiam di kereta kencana itu. Ini pertama kalinya aku menaiki hal seperti ini karena aku lebih suka berjalan kaki dengan Nertaja maupun Hayam Wuruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Past [MAJAPAHIT] ✔
Historische fictieMungkin, masa lalu yang dapat menyembuhkannya Book I Start: 26 Maret 2020 End : 19 Mei 2020