Meskipun matahari sudah mulai menyembunyikan dirinya, aku dan Nertaja tetap semangat mencari dayang-dayang satu itu.
"Tapi Ndoro, tidak semua dayang-dayang berasal dari kalangan istana. Ada beberapa dayang-dayang yang diambil dari rakyat juga."
Nertaja menghela napas kasar, aku hanya terdiam beberapa saat dan di sisi lain menyesali keterlambatanku untuk meminta pertolongan dalam penangkapan dayang-dayang yang memberikan teh itu kepadaku.
Seharusnya saat itu aku bisa menutupi rasa takutku.
Seharusnya saat itu aku langsung mencarinya ketika keadaanku sudah membaik.
Seharusnya saat itu aku tidak menghabiskan waktu untuk mengistirahatkan diri.
Seharusnya saat itu--
"Ratu?"
Aku tersadar dari pikiran-pikiran yang menyalahkan diriku sendiri dan mengalihkan fokusku ke Nertaja.
"Bagaimana? Mau mencari sekarang? Atau menunggu esok?"
Aku menghela napas sebentar, kali ini aku tidak boleh salah jalan.
"Bagaimana jika mengumpulkan yang ada di kerajaan malam ini dan mencari yang di luar besok?"
"Ide bagus, kumpulkan semua dayang-dayang yang melayani di area halaman kerajaan di malam acara tahun baru terakhir."
Titah Nertaja. Tidak perlu menunggu lama, para dayang-dayang sudah berbaris rapi di hadapan kami.
Ternyata LKBB sudah ada semenjak dinasti kerajaan di Indonesia.
Aku lalu melebarkan mataku dan melewati dayang-dayang itu satu per satu. Sayangnya, nihil. Aku kembali ke tempat berdiriku semula dan mengatakan kepada Nertaja bahwa orang itu tidak di sini.
"Jika begitu, kita harus melanjutkan pencariannya esok, istirahatlah Ratu."
"Seharusnya aku yang berkata begitu. Kan tugasmu lebih banyak daripada tugasku, Nertaja."
Kami berjalan bersama menyusuri istana. Namun, aku merasa melewati jalan yang tidak biasanya ku lewati.
"Nertaja, ini ke arah--?"
"Ini adalah rumah-rumah Rakryan. Kamu pasti belum pernah mengenal lingkungan ini. Karena itu kita pulang lewat sini."
Aku lalu mengangguk kecil. Ternyata rumah dinas juga sudah ada semenjak dulu. Tapi, daripada rumah, ini bisa lebih disebut dengan kamar-kamar yang berukuran besar.
Di sini, aku banyak melihat sisi gelap para rakryan. Tidak semua dan hanya beberapa. Ada yang main dengan selirnya, berjudi, mabuk-mabukkan.
"Maaf Ratu. Seharusnya kita lewat sini ketika siang saja."
"Tidak masalah, dunia di masa depan lebih hancur daripada ini."
Aku dan Nertaja melanjutkan berjalan sambil berbincang ringan hingga kamar-kamar rakryan itu sudah terlihat ujungnya. Tepat di kamar paling ujung, aku melihat seorang rakryan yang membawa seorang perempuan. Entah mengapa, aku merasa tertarik dengan pemandangan itu.
Tepat ketika rambut perempuan itu tersibak, aku terhenti.
"Nertaja! Itu orangnya!"
Nertaja yang mengerti kata-kataku langsung sigap dan menyuruh beberapa pengawal di belakang kami untuk menyergap kamar rakryan tersebut.
Peluhku makin menjadi, padahal sedang malam dan udara malam di sini sangatlah dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Past [MAJAPAHIT] ✔
Ficción históricaMungkin, masa lalu yang dapat menyembuhkannya Book I Start: 26 Maret 2020 End : 19 Mei 2020