35. Ending Scene

7.5K 796 175
                                    

Pernikahan kami akan diadakan lusa!


"Kamu sudah siap kan, Ratu?"

Tanya Hayam Wuruk sembari menyisir pelan rambutku.

Fyi, aku tidak pernah bisa menyisir rambut. Hayam Wuruk membantuku banyak. Hal ini dikarenakan ketika rambutku kusut, aku langsung menyisirnya dengan begitu kuat yang justru menyakiti diriku sendiri. Aku masih menikmati saat-saat di mana hal-hal menyakitkan itu terjadi karena lukaku masih memang belum sembuh. Tetapi Tuhan mengirimkan ciptaannya, Hayam Wuruk untuk membantuku sembuh dari luka itu.


"Jika itu bersamamu, kurasa aku siap."

Lalu ia menyudahi menyisir rambutku dan meletakkan dagunya di kepalaku.


"Besok, mari kita mengunjungi Candi Bajang Ratu."

Aku mengerutkan dahiku.


"Untuk apa?"

"Mari kita mengenang saat pertama kali kita berjumpa."

Ide yang tidak terlalu buruk.

"Setuju."

Lalu Hayam Wuruk memelukku dari belakang.


"Kapan kamu akan tidur, hm? Apakah bulan terlihat lebih menarik dariku?"

Iya, sedari tadi aku menatap bulan purnama sambil mengeringkan rambutku.

"Sudah pernah kubilang, sayang. Bulan adalah satu-satunya yang tidak berubah dari masa ini hingga ke masa depan."

"Apakah kamu merindukan masa depan?"

Apakah aku merindukan masa depan? Sepertinya tidak. Banyak hal buruk terjadi di sana. Dan aku tidak akan melupakan bahwa di masa depan aku pernah kehilangan diriku sendiri.

Tidak akan kubiarkan hal itu terjadi lagi.


Di sini, kepingan puzzle itu mulai tersusun. Aku terbantu banyak berkat kehadiran Hayam Wuruk disini. Kurasa satu-satunya yang kurindukan dari masa depan hanyalah mobilku dan Bi Ima, serta Audrey. Ia sudah seperti Laksmi di masa depan.


"Terkadang. Namun jika aku kembali kesana, aku akan jauh lebih merindukanmu dibanding dengan aku merindukan masa depan saat ini."

"Sudah, sudah. Ayo tidur, besok kita akan meminta restu untuk yang terakhir kalinya kepada leluhurku untuk pernikahan kita lusa."

Hayam Wuruk menarik tubuhku pelan dan menidurkanku dengan lembut.

Aku lalu mendekatkan tubuhku ke tubuh hangatnya Hayam Wuruk.

Tempat dimana aku menemukan selimut yang jauh lebih hangat dari semua selimut yang ku koleksi di rumahku.


***


Aku berjalan dengan Hayam Wuruk sambil bergandengan tangan. Saat ini kami benar-benar seperti saat kami bertemu. Baju pramukaku, tas hitamku, sepatu pantofel ku. Kapan terakhir kali aku menggunakan semua barang ini?

The Past [MAJAPAHIT] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang