Part - 38

1.1K 69 3
                                    

"Lumayan hp baru, iPhone pula haha" gumam Prilly senang sembari terus mengecek ponsel barunya.

"Prilly?" sontak Prilly menoleh ke sumber suara, sosok Ali dengan senyum manis yang mengembang menjadi objek pertamanya.

Prilly tersenyum canggung sembari menghampiri pria yang ia rindukan akhir akhir ini. "E-eh Ali, hai"

"Lo apa kabar?" tanya Ali. "Seperti yang lo lihat," tapi nggak sama hati gue Li batin Prilly melanjutkan.

"Udah lumayan lama nggak ketemu, lo jadi pro bohong sama orang ya."

Skak untuk Prilly. Sindiran halus yang memang ditujukan untuknya. Ia menunduk seraya tangannya yang sibuk sendiri entah sedang apa.

"Nggak kok.."

Ali tersenyum miris, semakin lama ia semakin mencintai Prilly. Konon katanya pertemuan sengit bisa saja berakhir perpisahan sakit. "Kalo gue nggak percaya gimana?"

Prilly mendongak, menatap manik mata Ali yang entah dapat membiusnya. Mulutnya bergetar saat menjawab. "Y-ya gue bisa apa?"

Dengan lembut Ali menarik tangan Prilly, mengajak gadisnya —ah ralat gadis manis itu ke taman. Sangat tidak etis berbicara sambil berdiri lebih lebih topiknya termasuk berat.

"Orang Indonesia itu kepo, harus hati hati kalo mau bicara di depan umum" gurau Ali sembari tersenyum tipis, sangat tampan.

Sedangkan Prilly hanya tertawa geli menanggapi nya. Setidaknya rasa gugup yang terus menggerogoti dirinya sedari tadi bisa berkurang.

"Kali ini serius." tutur Ali seraya menatap lurus manik mata indah Prilly. "Haha, emang lo bisa serius?"

"Prilly, aku serius."

Prilly terdiam, ia merasa aneh saat Ali mengubah nama panggilan diantara mereka. Mungkin benar, Ali sungguh serius saat ini.

"Prilly! I Love You!" ucap Ali.

Jantung mereka saling berpacu dengan cepat. Perasaan aneh mulai menyusup di benak Prilly.

"Maksudnya?" tanya Prilly. Ia masih tidak paham akan apa yang terjadi saat ini, dunianya terasa berjalan diatas awan.

"Hufftt..Kamu mau gk jadi pacar aku?" tanya Ali. Ia sudah memantapkan hati untuk mengungkapkan segalanya. Sungguh ia tak dapat menahan rasa cemburu yang bergejolak ketika menyaksikan kemesraan antara Rasya dengan Prilly.

"Pacar?! Aku mau banget Li!" jawab Prilly. Bodoh.

Prilly merutuki jawabannya sendiri. Mulutnya terlalu lepas untuk menjawab pertanyaan ini.

Ali yang mendengar hal itu langsung membulatkan matanya tidak percaya. Bahkan ia sampai mencubit lengannya sendiri dan yang ia dapatkan justru rasa sakit.

"Kamu.. serius?"

"E-eh anu—"

"PRILLY!"

Di sana, Rasya menyaksikan segalanya. Ia menatap sengit Ali dan merasakan kecewa yang berlebih terhadap Prilly. Hatinya sudah hancur kala mendengar jawaban final dari Prilly.

***

a/n; hai! sorry sangat sangat pendek! gw bener bener mentok sama ni cerita T_T percayalah otak gw terkuras habis sama satu cerita yg bakal gw publish setelah cerita ini selesai :( so gw minta jawabannya dari kalian, buat next sampe beberapa part lagi atau stop sampe beberapa part juga T_T huhu gw ga yakin kalo kalian ada yg jawab stop, so kalo misalnya jawaban kalian ga sesuai ekspektasi sorry ya, gw lagi berusaha buat nyari konflik apa yg pas buat bikin ni cerita punya banyak part lagi. see u guys, sorry for late update.

1. "Prilly! I Love You!" ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang