PROLOG: DROP OUT
9 Januari, 2023
Aneh rasanya jika atmosfer di ruangan ini terasa begitu dingin, padahal cuaca di luar telah membakar siswa siswi yang berolahraga. 10 menit lalu ketika wali kelas membawanya memasuki ruang kepala sekolah, suhu tubuhnya melonjak turun. Keringat dingin perlahan menetes. Duduk tegak dengan kepala menunduk, dengan telapak tangan saling bertautan. Lalu jantung yang kali ini berdenyut lebih cepat.
Mata yang memiliki banyak luka di dalamnya, telah pasrah. Tatapan kosong itu hanya terpaku pada surat di atas meja. Apa yang perlu di harapkan? Tidak ada. Lembaran itu adalah bukti nyata bahwa tidak ada yang bisa di ubah sekarang. Tidak ada gunanya jika dia bersikeras dan mencoba melawan argumen kepala sekolah. Dia hanya perlu menerima kenyataan.
Name tag bertuliskan "Bryan Fransisco" dicabutnya dari seragam sekolah. Tanpa menatap orang di sekeliling, Bryan menaruh di atas meja. Meletakannya tepat di sebelah surat itu. Bryan tahu ini resikonya, ada hal-hal besar yang telah dia langgar. Malang sekali, padahal buku peraturan Bryan selalu di isi dengan poin-poin positif yang di peroleh dari kejuaran umum. Layaknya roda kehidupan, perjalanan hidup Bryan tak muluk muluk di atas. Untuk pertama kalinya dia terjatuh setelah di laporkan atas pelanggaran yang mencapai 100 poin negatif. Dengan sanksi dikembalikan kepada wali selamanya.
"Berdasarkan keputusan saya bersama Komite Disiplin dan Tata Tertib, kamu dihilangkan hak dan kewajibannya sebagai siswa Gentala School sejak hari ini."
"Wali kamu telah menandatanganinya." Kepala sekolah mengeluarkan satu surat lagi untuk Bryan baca.
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda-tangan di bawah ini
Nama: Demffantone D Aldebaran
Tempat Tanggal Lahir: 11 Februari 1976
Pekerjaan: Businessman
Alamat: Menteng, Jakarta Pusat
Dengan ini saya mengakui perbuatan anak saya dan menyatakan menerima tindakan sekolah yang mengembalikan anak saya
Nama: Bryan Alterio Fransisco
Kelas: XII IPA 1
Selanjutnya, saya meminta Ibu Atalia memberikan surat pindah sekolah untuk anak saya.
"Terkait surat pemindahan, akan kami urus secepatnya." ucap Bu kepala sekolah pada Bryan.
"Saya tahu kamu adalah salah satu dari sekian banyak siswa berprestasi di sini. Akan sangat disayangkan jika sekolah ini harus kehilangan murid yang cerdas sepertimu. Tapi Bryan, yang perlu saya tekankan adalah bahwa Gentala bukan hanya tempat untuk mendidik anak-anak secara akademis, tetapi juga untuk meningkatkan moral mereka. Saya harap kamu belajar dari kesalahan ini."
Kalimat itu mengakhiri pertemuan mereka, sekaligus menutup perjalanan Bryan sebagai murid paling cemerlang di Gentala. Ke mana dia harus pergi sekarang? Yang pasti: menuju dan menemui Singapura. Ya, semua hal dalam hidup Bryan telah di atur oleh sang wali, Demffantone. Atau yang lebih akrab disapa Om Anton.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rival A
Teen Fiction'Karena tidak peduli seberapa genius muridnya, sebanyak apa mereka mencetak mimpi, pendidikan tidak berpihak pada murid, bahwa sistem tidak pernah memerdekakan, karena sekolah terkadang lupa memanusiakan' Bryan Alterio Fransisco, cowok genius sempur...