Hampir 2 bulan tidak update, apa kalian masiih setia😍😩? Yaudaah nih selamatt membacaa chapter inii🙏
Bab 29. Antofagasta
****
Panik attack-suatu serangan ketakutan yang intens atau kuat, serangan ini dirasakan sangat menakutkan, karena penderitanya merasa kehilangan kontrol, seakan-akan mengalami serangan jantung atau stroke, bahkan seperti sedang menghadapi kematian.
Sebagian orang hanya mengalami satu atau dua kali serangan panik seumur hidupnya. Namun cukup banyak yang berulang kali mengalami serangan yang tidak terduga tersebut, mereka hidup dalam lingkaran ketakutan terus-menerus.
Dan Bryan yang pingsan membuat para reporter itu panik. Tanpa pikir panjang Bryan langsung dibawa oleh beberapa wartawan ke salah satu rumah sakit milik keluarga Aldebaran. Beberapa reporter masih ada yang ikut masuk ke dalam rumah sakit, menunggu di depan ruangan nomor 39, menanti-nanti informasi yang akurat.
Saat seorang dokter keluar dari ruangan, atensi para wartawan langsung terarah kesana. Mereka langsung bangun menanyakan kondisi Bryan. "Apa boleh kami masuk sekarang?"
Si dokter menggeleng, menutup pintu kamar itu rapat-rapat. Bahwa untuk sekarang Bryan tidak boleh di kunjungi. Bryan membutuhkan waktu sendiri, ia harus menenangkan dirinya di tempat sunyi.
Lagi pula sebagai dokter, wanita itu ingin memberikan yang terbaik pada pasiennya. Ketika berbicara pada Bryan di dalam ruangan tadi, si dokter mulai mengerti, anak laki-laki itu menyimpan harapan, Bryan mempunyai satu permintaan. Si dokter membuka suara, "Sebagai seorang dokter, tanpa mengurangi rasa hormat kalian, saya meminta kalian membiarkan Bryan beristirahat. Kondisi Bryan saat ini kurang sehat. Tolong, jangan ganggu anak itu. Dan karena sudah malam, sebaiknya kalian juga beristirahat."
****
"BRYAN!!!"
Om Anton mendobrak masuk, langsung berkoar-koar mencari keberadaan Bryan, membuka tiap bilik dengan emosi meledak-ledak Sementara itu Raga menghela nafas pasrah, benar-benar di buat geleng-geleng kepala dengan karakter keras kepala Om Anton. "Saya sudah bilang nggak ada Bryan disini."
Om Anton membanting pintu bilik terakhir dengan keras, merasa sia-sia menyadari semua deret disini kosong. Bryan menghilang. Anak asuhnya itu tidak ada di sini.
Sebaliknya Raga yang menonton dari ambang pintu jadi tertegun. Kepribadian asli Om Anton adalah apa yang di lihatnya sekarang. Kasar, temperamen dan beringas. Memperhatikan sifat-sifat Om Anton, logika Raga sesaat mengarah pada Bryan. Bagaimana bisa Bryan bertahan dengan segala kelakuan monster itu?
Raga cukup takjub. Ya, ia akui Bryan sangat luar biasa. Hidup di bawah tekanan tak jarang menjadi pemicu bunuh diri. Tak ada yang baik-baik saja dari Bryan tentang hidupnya. Laki-laki itu terus bertahan, entah sampai kapan.
"DIMANA DIA?!!!!" Om Anton mendekati Raga, berjalan dengan tatapan mata nyalang, dan urat-urat di tangannya yang kekar jelas terlihat. Om Anton nampak murka, kemarahan mengendalikan dirinya.
Raga menggeleng tidak tahu. "Saya nggak melihat Bryan,Om."
"JAWAB DENGAN JUJUR!"
"Jadi saya kelihatan seperti sedang berbohong?" tanya Raga pada Om Anton. Baritonenya mengalir serius, tidak ada nada parau atau serak karena takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rival A
Teen Fiction'Karena tidak peduli seberapa genius muridnya, sebanyak apa mereka mencetak mimpi, pendidikan tidak berpihak pada murid, bahwa sistem tidak pernah memerdekakan, karena sekolah terkadang lupa memanusiakan' Bryan Alterio Fransisco, cowok genius sempur...