Bab 25: Keajaiban

223 30 15
                                    






Selamat membaca kisah Bryan Alterio Fransisco dan Nastya Aldis Rachely!





Bab 25. Keajaiban

"Berhenti menjadikan hidup orang lain yang terlihat sempurna sebagai tolak ukur kebahagiaan. Karena bahagia sejati itu ketika kita mampu mensyukuri apa yang telah di anugerahkan Tuhan. Kita melihatnya seolah-olah itu baik, sedang Tuhan tau apa yang terbaik."



Udah siap ramaikan chapter ini? Thank you 3000 untuk kalian yang tetap bertahan hingga kini dan sabar menunggu notif update. Selamat membaca semuanya❣️

Ada satu pertanyaan di akhir chapter, jangan lupa di jawab ^>^

Jangan lupa tinggalkan vote dan komen yaa! Author mencintaimu<3





🐥


"Kompetisi pertama yang akan kalian ikuti adalah festival 90-an terbaik. Tidak ada pembagian peserta di bagian ini karena semua peserta diwajibkan berpartisipasi." kata Oppa Sam pada perwakilan sekolah.

"Di festival itu kalian menggunakan pakaian era 90. Komite sekolah telah mempersiapkan busananya. Berusahalah menampilkan yang terbaik untuk tidak mengecewakan mereka. Semua dana perlengkapan, biaya makan, fasilitas asrama, uang tunjangan kalian selama di Taruna dan di tempat kompetisi di tanggung oleh komite sekolah. Kalian hanya perlu membawa badan dan keterampilan terbaik." ungkap Oppa Sam kepada seluruh calon peserta.

"Tidak ada penilaian di kompetisi pertama. Festival ini hanya sebagai upacara pembukaan.  Namun, saya telah menjadi pelatih kompetisi selama 15 tahun.  Setelah menyelesaikan pembukaan, murid-murid saya menggerutu kesal dan memarahi saya.  Saya mengatakan kepada mereka bahwa pembukaan itu hanya acara biasa.  Namun dengan tegas mereka menjawab, panitia kompetisi seringkali memberikan pertanyaan mendadak seputar tema pembuka."

"Karena saya tidak mau kejadian itu terulang lagi. Saya ingin kalian mempelajari sejarah dan peristiwa penting era 90-an di Indonesia." lanjut Oppa Sam.

"Kompetisi kedua adalah pesta olahraga dan olimpiade." sinar di kedua mata Oppa Sam berubah, ia membisu lama dengan tatapan serius dan dalam.

"Seharusnya untuk kompetisi itu kalian akan mudah menjalaninya. Kalian punya bakat di salah satu bidang. Alarice si penguasa akademik, dan Afrega dalam bidang olahraga. Tapi, tidak semudah itu." deru bicara Oppa Sam melemah.

Membuat para peserta kompetisi yang duduk bersila di tengah lapangan sekolah seketika tegang. Ekspresi muka mereka kelihatan khawatir. Apakah sangat sulit melalui kompetisi itu? Sampai-sampai Oppa Sam tak yakin dengan kemampuan mereka?

Kemudian Oppa Sam melanjutkan, "Pembagian tugas kali ini saya tukar. Alarice untuk pesta olahraga. Dan Afrega berada di akademik."

"APAAAA!!!!?"

Seperti di sambar petir dahsyat, Alarice dan Afrega membeku bersamaan. Nafas mereka jadi tertahan saking terkejutnya. Keputusan ini menggemparkan logika dan relung hati mereka. Jiwa raga Alarice dan Afrega memberontak keras. Menuntut Oppa Sam untuk mempertimbangkannya lagi.

"GAK MAU, PAK!!!"

"SETUJU!!"

"Saya cuman bisa di olahraga doang. Gak bisa di akademik. Ntar kalo gak menang gimana? Bapak mau tanggung jawab?"

Rival ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang