Bab 17: Dimulai dengan solidaritas

232 50 12
                                    

Selamat membaca kisah Bryan Alterio Fransisco dan Nastya Aldis Rachely!













Bab 17. Dimulai dengan solidaritas

















❝Apakah tujuan kalian pergi ke sekolah hanya untuk bersaing dan melawan? Itu tidak sepadan. Semuanya akan berubah saat kalian saling mengenal dan saling mencintai. Hentikan kekacauan, dan mulai dengan persahabatan.❞     —Oppa Sam

R I V A L   A















****

Raga melangkah pelan menuju balkon kamar, kimono mandi bercorak hitam menyatu sempurna di tubuhnya yang bidang. Secangkir kopi teduh berada dalam cengkramannya.

Cowok itu menepi mendekati pembatas, menatap lurus ke depan dengan pandangan kosong, banyak perihal yang mengusik benaknya hari ini.

Raga meminum kopi tersebut, menyesapnya dalam-dalam. Rasa hangat yang tersedia membuat sekujur tubuhnya terasa hangat dan lega.

Raga pun balik ke kamar, menutup pintu balkon serapat-rapatnya, membiarkan jendela kamarnya tetap terbuka. Raga lebih menyukai angin alam dibanding ac ruangan untuk mendinginkan kamarnya.

Raga menaruh cangkir kopi itu di atas nakas, menjatuhkan tubuhnya di atas empuknya kasur. Lalu meraih ponsel yang tergeletak begitu saja di ujung kasur.

Raga menghela nafas, mendapati tak satupun notifikasi yang dia terima. Bahkan ia kembali membuka ruang obrolan mereka.

Lagi apa?

Read.

Kenapa Nastya tak kunjung membalas pesannya? Ada apa dengan gadis itu? Sebelumnya Raga tak pernah menemukan hal ini, Nastya adalah gadis yang kerap membalas pesannya dengan sekejap waktu. Tapi kenapa sekarang berbeda?

Raga memijat pangkal hidungnya pelan, melemparkan ponsel miliknya ke sembarang arah. Kemudian menghantam punggungnya untuk berbaring di kasur. Sekarang, kedua iris mata Raga terpaku pada langit-langit kamar.

Tak lama, saat matanya tertutup rapat, ponselnya tiba-tiba saja berbunyi. Dengan sigap kelopak mata Raga kembali terbuka, meraih ponsel tersebut dengan penuh semangat. Namun, saat menyadari ekpektasinya tak sesuai kenyataan, raut wajah ceria Raga sirna dalam sekejap.

Tetap mengangkat panggilan tersebut meski harapan yang berlebihan ini membuatnya sedikit kecewa.

"Ada apa Kek?"

"Hai cucu kesayangan kakek, gimana kabarnya? Semoga sehat selalu ya,"

"....,"

"Kakek nelpon kamu cuman mau memberitahu, besok kamu datang ke perusahaan kakek. Ada sesuatu yang harus kamu urus."

"Gimana? Bisa?"

"Bisa, Kek."

"Bagus kalau begitu. Kakek tunggu besok."

"Iya, Kek."

"Sambungannya kakek matiin ya, kakek mau istirahat."

Rival ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang