Bab 28: Kepungan wartawan

167 27 19
                                    

Selamat membaca kisah Bryan Alterio Fransisco dan Nastya Aldis Rachely!

Bab 28. Kepungan Wartawan

— — —

Gadis berkulit putih dengan rambut hitam berponi tipis itu menengok ke belakang, muka Nastya berubah sumringah saat melihat Bryan berlari cepat menujunya. "Hai Bryan!"

Bryan berhenti dengan jarak 3 langkah. Di hadapan Nastya cowok itu hanya memasang tampang datar dan tidak membalas sapaan gadis manis itu. Bentuk mata almond berwarna coklat bersama bulu mata lentik cantik nan panjangnya terpaut pada sebuah ponsel di tangan Nastya.

"Ada apa Bryan? Kenapa lo manggil gue? Acaranya udah selesai ya?"

Atensi Bryan berpindah, dapat ia lihat kedua iris coklat Nastya menatapnya begitu kental. Lantas Bryan pun menjawab, "Ponsel yang ada di tangan lo punya teman gue."

Yeah, dia tidak sepenuhnya berbohong. Memang benar handphone itu milik rivalnya. Tapi, arti 'teman' yang di maksudnya adalah relasi sebatas kepentingan. Keperluaan saat ini, misalnya.

Nastya ber-oh-ria, "Ooooh jadi ponsel yang terbang tadi punya teman lo? Nih gue balikin nanti kasih sama pemiliknya. Oke?"

Padahal tujuan pertama Nastya adalah memberikan ponsel ini pada pihak keamanan perusahaan. Agar sang pemilik bisa mengambilnya langsung di security room melalui announcement. Jangan salah jika kalian mengira ia akan membawa kabur ponsel ini.

Meski Nastya menyandang gelar matre, tidak pernah sekalipun ia diam-diam mengambil barang yang bukan haknya. Walaupun saat ini lantai dasar sangat sepi dan peluang terbuka lebar, dia tau bahwa mencuri itu haram.

Bryan langsung merampas ponsel murahan itu dari genggaman Nastya. Bertindak lebih dulu, berpikir bahwa Nastya pasti lebih mengutamakan basa basi ketimbang memberinya ponsel Raga. Bryan tak mau membuang waktu, lagi pula niat awalnya mengejar Nastya cuman untuk mengambil handphone ini.

"Eh kok gue ngerasa familiar sama handphonenya? Kayak pernah liat tapi lupa dimana."

Bibir ranum Bryan terangkat sedikit, tersenyum sinis. "Bukan hp langka. Hp butut. Banyak di jual dipasar." frontalnya. Bryan sudah menduga Raga akan memakai ponsel kelas kambing ini untuk menyamakan derajatnya dengan Afrega. Bryan cukup kagum. Raga sedetail ini untuk terlihat miskin. Sangat bermain rapi.

"Butut? Gak boleh gitu tau. Kesian hpnya. Lagian hp itu gak butut, itu udah berkelas banget." kata Nastya pada Bryan. "Jangan bilang gitu lagi, hargain lah pemiliknya. Dia pasti sakit hati kalo tau lo bilang ini butut."

"Hm." Bryan bergumam singkat.

"Acaranya sudah selesai?"

"Blm."

"Kalo belum kenapa keluar dari ruangan? Lagi sesi istirahat kah?"

"Kabur."

"Emang bisa kabur ya Bryan? Setau gue di setiap acara penting kayak gitu selalu ada penjaganya." Nastya heran.

"Terus yang ada di depan lo siapa? Setan?" tanya Bryan pada Nastya.

"Bukan gituu maksud gue. Maksudnya itu gimana caranya lo bisa kabur? Pasti gak dibolehin sama penjaganya. Jangan-jangan lo punya orang dalem?" Nastya menerka.

Rival ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang