Selamat membaca kisah Bryan Alterio Fransisco dan Nastya Aldis Rachely.
Bab 9. Talent and Work Hard
"Tidak ada yang instan di dunia ini. Semua yang indah membutuhkan proses dan kerja keras."
Jangan lupa play music [Divine Intervention -Yang Yoseob]
****
Bryan meraih pemantiknya dari dalam saku celana, mengarahkan api yang tersulut untuk membakar lilin aromaterapi lalu menaruhnya di tengah meja. Dimana Afrega duduk mengitari meja itu.
Romeo menghirup udara dalam dalam, "Wangiiiii anjiir."
Bryan menyimpan lagi pemantiknya, menarik kursi di sebelah Nastya dan duduk disana. "Kenapa pake lilin segala?" Bryan mengarahkan tatapan ke arah Daffa yang menaikkan kedua alisnya bingung.
Bryan pun menghela nafas, "Aromanya dapat memberikan sensasi ketenangan, meredakan dan menghilangkan stress." Mendengarnya membuat Daffa mengangguk-anggukkan kepalanya paham, "Beda banget cara belajarnya sama gue."
"Yaiyalah dia kan bekantan," ujar Romeo terkekeh pelan.
Bryan menggeser setumpuk buku yang berada di sampingnya menjadi ke tengah. Bryan mengambilnya dari rak jauh sebelum Afrega datang. "Kalian murid gue. Dan gue guru kalian."
"Sebelum belajar gue mau buat peraturan."
Manik mata Bryan mengabsen satu persatu anak Afrega yang diam menyimak. "Peraturan pertama, gak boleh ada yang berisik atau ribut selama pembelajaran berlangsung."
"Peraturan kedua, semua ponsel kalian serahkan sama gue selama belajar."
"Peraturan ketiga, gak boleh saling menyontek."
"Peraturan keempat, jangan ada yang pulang sebelum jam 2 malam." ujar Bryan menutup pembicaraannya.
"Jadi kita belajar sampai jam 2?" seketika Daffa membuka suaranya.
Bukannya menjawab pertanyaan Daffa, Bryan malah berdiri dari kursinya. "Peraturan kelima, good attitude. Kalian hormat sama gue, maka gue juga hormat sama kalian."
Afrega pun mendengus kasar, mereka hanya bisa mengangguk biasa. "Peraturan keenam, jangan ada yang bicara lagi sebelum sesi tanya jawab dibuka."
Bryan mengambil salah satu buku tebal di tengah meja, membukanya dengan perlahan. Lalu melayangkan tatapan pada Afrega yang saling menopang dagu. Bryan berdiri tegak di ujung meja.
"Nastya, apa kelemahan lo?" tanya Bryan menatap gadis itu tanpa basa-basi.
"Semua hal yang berbau akademik." jawab Nastya.
"Kelebihan lo?"
"Bidang non akademik."
Bryan hanya membuang nafas kasar, tatapannya kini berhenti pada seorang gadis di sebelah Nastya. Yuri Adeeva. Tanpa repot menanyakan hal yang sama, Bryan harap Yuri mengerti maksud tatapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rival A
Teen Fiction'Karena tidak peduli seberapa genius muridnya, sebanyak apa mereka mencetak mimpi, pendidikan tidak berpihak pada murid, bahwa sistem tidak pernah memerdekakan, karena sekolah terkadang lupa memanusiakan' Bryan Alterio Fransisco, cowok genius sempur...