Selamat membaca kisah Bryan Alterio Fransisco dan Nastya Aldis Rachely!
Bab 23. Tertawan
"Aku menemukan prestasi. Aku kira aku aman. Ternyata aku terancam."
—Bryan Alterio Fransisco
Sudah lama tidak update, biasalahh wkwk. Jangan bosen ya, tetap tungguin cerita ini sampai tamatt yaa. Selamat membaca semuanyaa
***
2 hari sebelumnya
Raga pergi ke rumah Nastya, dia lagi di perjalanan. Raga berniat mengembalikan ponsel Nastya yang tertinggal di kelas. Raga tau Nastya tidak akan bisa hidup tanpa ponselnya. Maka dari itu, dia merepotkan diri demi Nastya. Raga tidak masalah. Karena dia juga ingin bertemu.
Sampai disana, harapan cerah Raga pudar. Bahunya melemas. Usaha Raga sia-sia. Nastya tidak berada di rumah. Seketika Raga meratapi kebodohannya. "Ck. Nastya lagi kerja paruh."
Ketika Raga mau pulang, dia melihat seorang kurir barusan turun dari motornya. Berhenti di depan halaman rumah Nastya. Raga mendekat lantas bertanya, "Paket Nastya ya mas?"
Kurir itu mengangguk. "Iya, mas. Mba nya ada di dalam?"
"Gak ada, mas." mendapati wajah kecewa kurir itu Raga melanjutkan kembali. "Saya temannya. Paketnya biar saya yang nyimpen. Nanti kalo pemilik aslinya udah dateng, saya kasih langsung."
Kurir itu menatap Raga berseri-seri, dia pun mengangguk. "Makasih banyak ya, mas."
"Saya pergi." setelah Raga meraih paket kecil itu, sang kurir langsung beranjak pergi.
Raga mengamati seksama barang halus itu. Dia penasaran. Tapi Raga memilih tak peduli. Raga akan memberikannya kepada Nastya besok.
Raga mulai mengambil langkah, namun tiba-tiba saja kakinya berhenti. Dia tambah penasaran saat tak sengaja menjatuhkan tatap ke sang nama pengirim. 1 nama singkat tapi penuh makna. Mampu mengguncang dunia Raga dalam sekejap. Batin Raga berdebar.
Apa alasan Bryan mengirim paket kecil ini ke Nastya? Apa isinya? Apakah begitu istimewa dan special? Apa rahasia yang tidak Raga ketahui? Dan apa Bryan dan Nastya diam-diam punya hubungan khusus?
***
"Dibilangin juga, kena batunya kan?"
Bryan berkacak pinggang. Berubah jadi galak. Figurnya memang datar, tapi sangat mendebarkan.
Sebaliknya, Nastya terdiam, menunduk bersalah. Kedua tangan ia silangkan ke depan dada. Lekukan tubuhnya sedikit mencolok di balik pakaiannya yang tembus pandang karena basah.
"Ck." Bryan berdecak.
"Kenapa nolak pulang bareng Mahatma?" Bryan menyelidiki. Persis seperti seorang ayah yang peduli pada putrinya.
"Takut kalo dia bawa gue ke hadapan om lo." cicit Nastya, tapi suaranya tetap tertangkap jelas.
Bryan tidak tau harus bereaksi apa. Dia juga was-was terhadap pengawal muda itu. Bryan ragu dan belum seutuhnya yakin. Bukan sembarang orang yang bisa menggapai kepercayaan nya. Hanya manusia terpilih saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rival A
Teen Fiction'Karena tidak peduli seberapa genius muridnya, sebanyak apa mereka mencetak mimpi, pendidikan tidak berpihak pada murid, bahwa sistem tidak pernah memerdekakan, karena sekolah terkadang lupa memanusiakan' Bryan Alterio Fransisco, cowok genius sempur...