Bab 12. Kembali ribut

293 57 32
                                    

Selamat membaca kisah Bryan Alterio Fransisco dan Nastya Aldis Rachely!






Bab 12. Kembali ribut.

❝Aku memang membencinya. Namun, ada sebuah rantai ikatan di antara kami. Untuk saling melindungi. Dalam sebuah keluarga.❞ |Raga Aldebaran•|





Udah siap membaca 3600 lebih kata?

******

.

Kedua bulu mata lentik nan panjang itu bergerak pelan, intensitas cahaya yang menembus netranya membuat alam mimpinya menjadi terusik. Bola mata berwarna kakao itu menyapu ruangan yang nampak asing.

Bryan langsung bangun, kesadarannya kembali penuh. Dia sadar ini bukan kamarnya. "Arghh," Bryan memijit pelipisnya pelan, merasakan pening yang amat dahsyat.

Bryan mengerjap pelan, meyakinkan dirinya sendiri bahwa ini bukanlah mimpi. Tetapi kenyataan. Dimana dia berada? Apa yang terjadi semalam? Memorinya mulai buyar saat meneguk setetes wine kala itu.

"Gue di mana?" suara seraknya merebak. Bryan bangkit dengan hati-hati. Dia harus bersekolah, 30 menit lagi gerbang LHS akan di tutup.

"Udah bangun?" intrupsi dari baritone seseorang membuat langkah Bryan berhenti. Suara itu terdengar familiar saat merasuki gendang telinganya. "Cepat pulang."

"Raga," panggil Bryan menghadap laki laki yang kini berjalan menjauh memunggunginya.

"Waktu lo cuman 5 menit buat pergi dari rumah gue." ujar Raga tidak mengindahkan.

"Congrats," tiba tiba saja kedua kaki jangkung Raga berhenti melangkah. 1 kata manis itu sungguh membungkam semua pergerakannya. Untuk apa Bryan mengucapkan hal itu? Bukankah mereka bergelar rival? Bukankah tugas seorang rival adalah saling menjatuhkan?

Raga menarik nafas, lalu berbalik arah untuk beradu tatap dengan Bryan. "Atas?" tanyanya pura pura tak mengerti arah pembicaraan.

Bryan menggeleng pelan, seakan baru menyadari hal keramat apa yang sudah ia ucapkan. "Gue pergi." ucap Bryan dingin.

Saat melewati sang ketua Afrega itu, Bryan memilih berhenti sebentar. Lalu saling beradu tatapan tajam dengannya. "Dan——makasih." pungkas Bryan sangat tulus meski terkesan dingin.

****

Bunyi deruman 7 buah motor besar itu berhasil menyorot perhatian semua murid murid LHS. Orang orang berhenti di tengah jalan, mendapati 7 orang siswa paling berpengaruh, mereka terlihat asing karena menggunakan motor, berbanding terbalik dengan hari hari sebelumnya, saat mereka membawa mobil di atas milyaran rupiah.

7 motor itu melewati gerbang sekolah dengan acuh, tak peduli akan kehadiran Pak Kepsek yang menunggu siswanya di depan gerbang LHS. Mereka benar benar penguasa sekolah, nol attitude.

Motor mahal itu pun berhenti berderum, Alarice mengklaim tempat parkirnya dengan seenak jidat. Tanpa memikirkan bagaimana nasib siswa lain.

Alarice masih dalam keadaan menunggangi motor, tak kunjung turun. Sesaat suasana menjadi sepi san senyap. Alarice mampu menghipnotis semesta untuk berkonsentrasi penuh kepadanya. Lalu sejurus kemudian, mereka melepaskan helm full face yang menutupi sebagian wajah tampan itu.

Rival ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang