Bab 16: Pasar malam

210 54 23
                                    

Selamat membaca kisah Bryan Alterio Fransisco dan Nastya Aldis Rachely!

Bab 16. Pasar malam


❝Thank you for this beautiful evening❞ —Bryan Alterio Fransisco

—o0o—

"Ada apa?"

Kedua kaki jenjang Nastya akhirnya berhenti, tepat di depan seorang laki-laki jangkung dengan sweater hitam melekat di tubuh atletisnya.

Bryan membenamkan tangan di saku celana, menjatuhkan pandangan pada gadis itu. "Lo sibuk?"

"Kalo gue sibuk gak bakal tuh gue kesini," kata Nastya.

"Mau main?"

Nastya mengernyitkan alis bingung, "Maksudnya?"

"Temenin gue selama 2 jam." ucap Bryan, singkat padat dan jelas.

Dan Nastya masih sama herannya. Membutuhkan penjelasan spesifik agar benaknya dapat mengerti dalam sekejap.

"Maksudnya?"

Bryan memutar mata pelan, lalu berdecak malas. "Bodoh!"

"Iya tau jangan di ingetin lagi. Iya gue bodoh." cicitnya.

Bryan menghela nafas sabar, masih dalam gaya yang sama, menenggelamkan kedua tangan pada saku celana, langkahnya perlahan merapat. Mengikis jarak yang terpatri antara mereka. Membuat Nastya menelan ludah seketika. Apalagi saat dengan mudahnya Bryan meraih rahangnya untuk mendekat.

Nyaris saja hidung mereka saling bertubrukan. Debar jantung entah punya siapa menjadi pengiring atas tindakan mendadak Bryan.

Mereka saling melemparkan tatapan, sama sama menahan nafas karena jarak wajah yang berdekatan.

Sejurus kemudian, Bryan meraih pundak gadis itu untuk mendekat ke tubuhnya. Sekarang, posisi bibir Bryan berada tepat di sebelah telinga Nastya. Butuh 3 detik untuk mendengarkan baritone dari laki-laki itu. Suara yang mampu melumpuhkan semua saraf, terbuai akan suara seksi itu.

"Gue lelah dan gue butuh hiburan. Temenin gue selama 2 jam di wahana pasar malam ini, dan lo bakalan dapat bayarannya."

"Agree?"



—o0o—

Bryan berjalan bolak balik mengitari semua tempat yang ada di pasar malam ini, sudah kali ketiganya ia melakukan hal unfaedah tersebut. Sepertinya sekarang Bryan sedang rese terhadap Nastya. Bagaimana tidak? Bryan selalu beralasan bahwa toko yang ditujunya masih jauh. Padahal Nastya jelas paham jika Bryan tengah mempermainkannya.

Bryan sialan. Kaki gue encok gara-gara lo! batin Nastya menggerutu sebal.

Namun, demi sebuah uang, dan untuk mempertahankan keberlangsungan hidupnya, dia harus menemani Bryan pergi kemanapun. Kecuali toilet.

Nastya masih waras.

"Lo mau kemana sih?" nafas Nastya ngos-ngosan, berhenti sesaat untuk mengatur nafasnya agar normal kembali.

Bryan pun berbalik, berada 3 langkah di depan Nastya. Kedua alisnya terangkat naik, tetap mempertahankan wajah santainya lalu membuka suara. "Jalan-jalan." jawab Bryan enteng.

Sebaliknya, saat Bryan kembali melangkah, gigi rapi Nastya menggertak keras. Bisa-bisanya Bryan bersikap santai di tengah gejolak emosinya yang terkumpul?

Rival ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang