Selamat membaca kisah Bryan Alterio Fransisco dan Nastya Aldis Rachely!
Bab 13. Tentang kompetisi, persaingan dan persahabatan.
❝Gengsi jangan ketinggian, akhirnya nyesal kan lo?❞
[Raga Aldebaran]
****
"Uang lo dulu?"
Seorang gadis berparas pucat itu menengadahkan telapak tangannya. "Ada uang, ada barang." lanjutnya kembali.
Terpaksa, lelaki bertubuh jangkung itu merogoh lembaran uang merah dari saku celananya. "Taruh barang itu di dekat toilet cowok." ucap sang kakak tingkat tersebut.
Nastya mengacungkan jempolnya, dengan mata berbinar dia menyimpan uang itu ke dalam saku baju. Kepalanya pun mendongak, "Tunggu 15 menit, dan barang lo udah ada."
Nastya langsung berlari pergi, ini adalah jam istirahat. Paling tidak dia harus mendarat di toserba depan sekolah sebelum 5 menit.
Saat berada di luar kawasan sekolah, Nastya menyapu pemandangan ke arah toserba itu dari sebrang jalan. Banyak pemuda-pemudi sekolah yang mampir di sana.
Nastya memasang tudung kepala jaketnya, tangan kirinya bergerak meraih sebuah masker hitam. Kemudian melekatkan benda itu ke wajahnya. Membuat hanya alis dan matanya saja yang tidak tertutup.
"Let's go."
Mendapati lampu pejalan kaki sudah menyala, kedua kaki Nastya mulai melangkah maju. Dia menyebrangi jalanan yang padat. Banyak orang yang mengendarai mobil. Tentunya karena hari ini adalah hari kerja.
Pintu pun terbuka otomatis, Nastya menundukkan kepalanya dalam. Jangan sampai dia bertemu tatap dengan salah seorang teman seangkatannya.
"2 rokok," saat di depan kasir, Nastya berujar pelan.
"50 ribu," jawab kasir perempuan itu. Nastya meraih belanjaannya sembari menunggu kembalian.
"Terimakasih." ujar Nastya lalu pamit dengan segera.
Dia menghembuskan nafas lega saat sudah berada di luar. Nastya pun menyembunyikan rokok itu di balik jaketnya lalu kembali melanjutkan langkah.
"KYAAAAAAAAAAAAAAAA!" Nastya memekik nyaring, spontan dia berbalik saat menyadari tudung kepalanya sudah terlepas. Ada seseorang yang menariknya dari belakang.
Seketika Nastya terbungkam di detik itu juga, mendapati seorang laki laki bermimik datar. Dengan salah satu alisnya terangkat naik. "Jadi, lo distributor rokok di LHS?"
Nastya menelan ludahnya takut, dia mendadak gugup saat laki laki itu mengikis jaraknya. "Tatap mata gue." titahnya dengan suara dingin.
Dengan ragu, akhirnya Nastya berani membalas tatapan tajam Bryan. "Gue butuh uang. Kenapa lo nanya lagi?"
"Udah tau kan gue miskin?"
Bryan terkekeh meremehkan, "Gadis nakal." lalu kembali melanjutkan. "Apa lo juga bersedia menjadi sugar dady? Demi uang?"
"Matre. Miskin. Bodoh. Murahan. Hina." kata kata itu dengan santainya meluncur mulus dari bibir Bryan tanpa beban.
"Gak punya harga diri sama sekali. Wanita rendahan." ujar Bryan pada Nastya.
Nastya menghela nafasnya sabar, "Makasih." ucap Nastya lalu mendobrak bahu Bryan, sengaja saat melewatinya.
Bryan hanya diam, dengan satu tatapan lurus manik matanya terkunci, pada sebuah punggung kecil yang kini bergerak menyebrang jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rival A
Teen Fiction'Karena tidak peduli seberapa genius muridnya, sebanyak apa mereka mencetak mimpi, pendidikan tidak berpihak pada murid, bahwa sistem tidak pernah memerdekakan, karena sekolah terkadang lupa memanusiakan' Bryan Alterio Fransisco, cowok genius sempur...