"Jangan gunakan prinsip mu untuk mendebat prinsip orang lain."
-Bryan A Fransisco
***
9 penjaga berlari mendatangi lalu mulai memanjat gebang dan mencoba menjangkau punggung Bryan. Belum sempat mereka tiba di atas , Bryan sudah melompat ke luar. Ia berlari secepat mungkin menghindar.
Di belakang sana, derap derap pengawal susul menyusul mengekori Bryan. Bryan terus berlari tanpa menengok ke belakang. Saat Bryan melewati gerbang utama, ekor matanya merasakan ada sesosok tak asing. Bryan cepat-cepat menoleh. Gadis yang kini berdiri di depan gerbang dengan seggenggam kantongan plastik di tangannya---itu Nastya.
Bryan melintas tepat di hadapan Nastya. Gadis itu mengamati Bryan, dan ia menoleh ke belakang memperhatikan para penjaga itu. Kening Nastya mengerut. Lalu kini matanya bulat-bulat menatap Bryan bingung. Ada apa ini? Kenapa lelaki ini di kejar-kejar oleh banyak orang? Benarkah ia maling?
Sesaat kemudian Nastya terhenyak. Kala otaknya baru saja memberikan tanggapan. Ya, aroma yang sudah sangat sering diterimanya. Aroma mint yang dingin. Nastya terkejut tatkala lengan kecilnya di tarik Bryan. Bryan membawanya.
Mereka berdua berlari amat cepat. Nastya tetap mengernyit dan tak paham. Ia menoleh untuk melihat bahwa Bryan menggenggam tangannya. Amat erat. Nastya berusaha sekeras mungkin menghempaskan tangan kekar itu. Ketika terlepas, langsung Bryan kembali menautkan tangannya dengan tangan Nastya.Tak dibiarkannya lepas.
Para penjaga mulai menyebar ke berbagai arah.
Pergerakan Bryan tertahan, membuat mau tak mau Nastya juga berhenti. Bryan menoleh ke samping kiri dan kanan, perasaan bingung menghadiri benaknya, jalan mana yang akan ia ambil. Bryan kembali berlari dan berbelok ke kanan. Semakin menjauh, tidak terdengar lagi suara derap kaki para pengejar. Bryan pun pelan-pelan mengurangi kecepatannya. Ketika ia merasa mulai aman, Bryan dan gadis itu berhenti sejenak, mengatur nafas.
Sial. Tak sampai 25 detik, muncul 15 orang penjaga dari arah berlawanan. Tak ada waktu istirahat lagi. Membuat Bryan dan Nastya harus berlari kembali. Mereka memasuki gang sempit nan kecil. Lagi-lagi sial. Jalan buntu ada di depan Bryan. Laki-laki itu mencoba untuk tidak panik, ia mengamati sekeliling, mencari cari jalan keluar. Bryan membawa Nastya menyembunyikan diri di balik tumpukan meja yang ditutupi oleh terpal. Berlindung di sana untuk sementara waktu.
Di dalam sana, Bryan dan Nastya saling berhadapan, amat dekat. Aroma mint itu terserap sangat jelas. Bryan benar-benar wangi, bahkan keringatnya sekalipun tidak menciptakan bau.
4 mata itu bertemu. Keheningan tumbuh. Cukup lama kontak mata itu terjadi hingga Nastya cepat-cepat mengalihkan pandangan. Ia melihat ke bawah, menatap tangannya dan tangan Bryan yang masih bertautan. Nastya berdehem pelan namun Bryan langsung membekap mulutnya.
"Diam dulu." kata Bryan lewat pancaran mata coklatnya.
Suara-suara terdengar. Derap-derap berlarian kesana kemari. Beberapa bayangan timbul di tanah, dan Bryan hanya mengandalkan itu untuk mengetahui penjaga ada di dekatnya. Sangat dekat bahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rival A
Teen Fiction'Karena tidak peduli seberapa genius muridnya, sebanyak apa mereka mencetak mimpi, pendidikan tidak berpihak pada murid, bahwa sistem tidak pernah memerdekakan, karena sekolah terkadang lupa memanusiakan' Bryan Alterio Fransisco, cowok genius sempur...