Bab 1: Rival

1.1K 172 121
                                    

Bab 1. RIVAL


Satu tahun sebelumnya



"Ulangan Tengah Semester akan dimulai dalam waktu 10 menit. Untuk para siswa diharapkan segera memasuki ruang ujian." Suara yang timbul dari speaker kelas segera menghamburkan kerumunan warga IPA 1 yang ketika itu sedang memainkan kartu UNO.

Ini adalah hari pertama UTS di semester 1. UTS akan berlangsung 5 hari.

7 orang siswa yang masih duduk di bangku itu mendengus. Berbeda dari siswa lain yang bergerak menjauh dari kelas dan sudah memasuki ruangan ujian. Kelas itu perlahan menyepi diiringi derap langkah murid-murid yang mulai menjauh. Tersisa waktu 5 menit, sementara 7 manusia itu  belum ada niat untuk bangkit dari kursi. 

"Gimana kalo kita atur strategi?" ujar seorang perempuan berponi. Gadis itu memiringkan tubuh menghadap semua teman temannya.

"Caranya?" tanya Raga yang notabene adalah pimpinan Afrega. Afrega merupakan geng paling bodoh seantero sekolah, sering dibenci para guru karena kehadiran mereka disini tidak memberikan impact apa-apa.

Yang ditanya mengangkat bahu, "Yang udah belajar tadi malam siapa?"

Semua yang ada di meja itu menggeleng kompak. Tidak ada sama sekali. Biasanya Afrega selalu bergantung dengan Edward, selaku yang paling pintar di circle mereka. Edward meraih peringkat 285 dari 300 siswa di angkatan.

Meski Edward sering remed, setidaknya nilai mereka bertujuh tidak ada yang di bawah 30. Karena hari ini Edward tidak masuk, jadilah mereka harus membuat rencana baru lagi. Prinsip geng goblok itu adalah

'Nilai harus sama, kalo yang lain dapat 40 kita harus 40 juga. Jangan ada yang dapat di atas 40. Karena itu yang namanya setia kawan.'

Nayya meminum susu kotaknya lalu buka suara. "Gue punya temen yang pintar."

"Kita bisa andalin dia."

"Siapa?" tanya Yuri kepo. Yuri tidak pernah melihat Nayya dekat dengan orang lain selain mereka.

"Nanti lo juga tau."

Nastya diam saja, bagaimanapun rencana diatur ia akan melakukannya.

"Gimana?" tanya Raga pada Nayya.

"Serahin sama gue." Nayya menunjuk diri sendiri. Seolah memberi tahu Afrega untuk mempercayakan semuanya dan bersikap santai.

"Gue nanti duduk di kursi belakang. Kalian ambil kursi yang satu deret sama gue atau deret di sebelahnya. " ucap Nayya serius.

"Gimana caranya lo ngasih tau jawabannya ke kita?" tanya Raga bingung.

*****

Ruang Ujian.

07.57.

3 menit sebelum pengawas masuk dan bangku di ruang ini masih banyak yang kosong. Alarice-si geng genius yang notabene adalah rival dari Afrega justru tidak kelihatan batang hidungnya.

Rival ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang