Bab 14: Awal dari segalanya

282 52 37
                                    

Selamat membaca kisah Bryan Alterio Fransisco dan Nastya Aldis Rachely!




Bab. 14. Awal dari segalanya.








❝Hari ini, semua perjalanan baru kita di mulai. Selamat berkompetisi dan bersaing. Mari tetap menjadi rival.❞



















Udah siap baca 4000 ribu kata lebih? Part ini gak di revisi ya, jadi kalo ada typo mohon di maklumi. Soalnya author lagi ngebet pengen update. Wkwkwk.




*****

9 jam sebelumnya,

"A—am-pun bang," seorang laki laki dengan seragam sekolah itu bertekuk lutut di hadapan para pria berbadan gembul. Kedua kaki jenjangnya bergetar hebat. Ketakutan.

Saat preman itu menatap seorang siswa di sebelahnya dengan tajam, Romeo lantas bersimpuh di sebelah Daffa. Kedua tangannya di simpan di belakang punggung, menyembunyikan kepalan tangannya yang mengeras. Kepala Romeo menunduk dalam, tak berani mengangkat wajah.

Apa yang harus mereka lakukan sekarang? Tentu saja Daffa dan Romeo tidak mau mati di bunuh oleh anjing gila ini. Mereka masih ingin hidup.

Lantas preman itu pun mendekat, berjongkok di depan kedua siswa itu, di waktu yang bersamaan, di detik yang sama, ia menjambak rambut Daffa dan Romeo dengan kedua tangannya secara beringas. Membuat wajah Daffa dan Romeo terangkat tiba tiba.

Kedua pemuda itu mengerang pelan, tarikan yang kuat dari sang preman membuat ubun ubun kepala mereka terkesan perih. "MANA DUIT LO!!?"

Dengan bibir yang menganga lebar, preman itu berteriak di depan wajah Daffa dan Romeo. Suaranya sangat nyaring, mampu mengalahkan gaung sang singa raja hutan. Dia seperti seekor singa yang haus mencari mangsa.

"GAK PUNYA UANG LAGI LO!!?"

Preman itu menggertak keras, kedua bola matanya berotasi malas. Ia menghempaskan kedua tangannya di udara, berhenti menjambak rambut Daffa dan Romeo. Lantas ia mulai berdiri dengan pelan, kemudian meraih dompet Daffa dan Romeo yang tergeletak di sembarang tempat.

Preman itu memeriksa ulang, menggeledah isi dompet Daffa dan Romeo yang tipis. Sialan. Dia salah target. Tak seharusnya ia memalak siswa miskin seperti kedua bocah itu. Ini hanya menguras tenaga dan berujung sia-sia.

Preman itu berdiri lagi di hadapan Daffa dan Romeo, pekerjaan hari ini tidak boleh tidak membuahkan hasil. Bagaimanapun caranya ia harus bisa membawa pulang uang. "MANA PONSEL LO!!??"

Kepala Daffa menunduk dalam, nafasnya tiba tiba tertahan saat mendapati bahwa preman ini berdiri di depannya lagi. Kejadian 2 tahun lalu sanggup merubah sebagian besar hidupnya, trauma dan ketakutan itu belum bisa menghilang dari sanubarinya.

Di saat Daffa mulai merogoh saku celananya untuk meraih ponsel, derap langkah sepatu yang mendekat membuat kepalanya menoleh.

Kedua mata Daffa membulat, termasuk bibir Romeo yang sekarang menganga lebar. Di depan sana, tak jauh dari mereka bersimpuh, ada seorang laki laki dengan seragam sekolah yang sama. Parasnya yang tampan tentu saja dengan mudah dapat di kenali.

Ya, dia—Bryan Alterio Fransisco.

Entah dengan alasan apa ia di kirimkan ke sini, namun Romeo dan Daffa sadar, bahwa Bryan-lah yang akan menolong mereka. Bukan dengan uang, melainkan otak cerdas siswa genius itu.

"Hai," baritone Bryan mengedar, suaranya terkesan santai dan tidak terancam sama sekali.

Lantas para preman berwajah sangar tersebut merapat ke arah Bryan, kepala mereka terangkat tinggi dengan tatapan yang meremehkan Bryan. Bagi mereka, Bryan hanyalah bocah nakal yang berlagak seperti pahlawan.

Rival ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang