Bab 2: Hukuman dibuat untuk jera

598 153 93
                                    


Bab 2. Hukuman dibuat untuk jera

"Tidak ada orang lain yang mampu mengenal jauh diri kita selain diri ini sendiri. Terkadang orang orang berlagak sok kenal dan seolah tau apa rahasia terbesar kita. Tapi nyatanya, mereka hanya tau luarnya saja."

*****

"LARI YANG SERIUS!!!"

Pak Satya mengawasi Alarice dan Afrega bulat-bulat, mengontrol mereka dari bawah pohon. Tentu saja  tidak menerima hal-hal semacam pembelaan dari murid-murid itu. Pak Satya tahu yang membolos hanyalah Afrega. Alarice tidak ada sangkut pautnya, meski begitu tetap saja Alarice sudah melanggar peraturan. Mereka keluar dari kelas tanpa ada kepentingan, dan itu tercatat sebagai penalti di Gentala. 

Baik Alarice dan Afrega sudah mengelilingi lapangan sebanyak 15 kali. Sinar matahari sangat menyengat, selain menyebabkan dehidrasi dan keringat lebih mereka semua bisa gosong jika terus berlari. Karena sebagian mulai merasa ngos-ngosan, beberapa ada yang malah berjalan gontai.  Melihat hal tersebut, Pak Satya kembali keras hati. Nilai yang Pak Satya lihat dari hukuman ini adalah bagaimana cara mereka menjalaninya, tegas atau goyah. 

"TAMBAH 20 PUTARAN!!!" Pak Satya menunjuk mereka satu per satu dengan penggaris legendarisnya. Benda keramat yang terkenal ampuh untuk membuat siapa saja takut. Selama jadi guru BK, ia hidup dengan aturan "hukuman akan bertambah jika siswa berpikir bahwa itu bukan hukuman"  Sanksi itu harus memberikan efek jera, kalau pelaku justru menjadi lembek setelah menjalani sanksi, maka sanksi kehilangan telah kehilangan esensialnya untuk mengoreksi dan mendidik. 


"BAIK PAK! " teriak Afrega dan Alarice serempak.

Afrega adalah musuh bagi Alarice. Peperangan antar dua kubu itu berlangsung sejak kelas satu SMP. Mereka semua berasal dari SMP yang sama. Ya, sudah sangat lama dan masih belum menemukan titik temunya.

Afrega dan Alarice tidak lari berdekatan. Afrega berlari jauh di depan sana, mereka sengaja saling memberikan jarak. Mengintipasi agar tidak ada setan yang mengompori dan membuat suasana semakin memanas.

Selama menjalani hukuman Bryan hanya diam saja. Cowok dengan tipe kepribadian INTP itu nampak jutek, setengah kesal karena harus mengambil sanksi, tapi apa boleh buat.

"Bangsat!" itu umpatan dari Cakra. Si cowok genius peringkat paralel ke 7 yang luar biasa temperamen. Hal kecil bisa menjadi sesuatu yang sangat besar. 

Sementara itu sahabat Bryan yang lain yakni Dewa Ganendra sibuk sendirian mempersulit beban hidupnya. Dewa berlari dengan otak yang dipenuhi matematika, aljabar dan angka-angka. Apa pun yang terjadi pada hidupnya sering Dewa kaitkan pada rumus-rumus dasar. "Kalo jaraknya 100 m/ 328 kaki dan waktu yang gue inginkan adalah 10 detik, maka S di bagi T sama dengan---,"

"Ck. Hidup lo udah rumit Wa, jangan tambah rumit lagi," David geleng-geleng kepala. Benar-benar tak habis fikir dengan sifat unik dari temannya yang satu ini.

Jauh di depan sana, Romeo yang notabene tidak bisa diam, sejak tadi sudah mengoceh panjang lebar. "Guys, tadi malam kan gua lagi nonton drakor terus--," Romeo seketika berhenti. Berpikir bahwa ia hanya berbicara pada angin.

Romeo mendengus begitu melihat sahabat-sahabatnya tiba-tiba menjauh dan berlari cepat. "Gwenchana gwenchana," ucapnya dengan bahasa korea.

Rival ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang