Bab 11: Tamparan

298 65 40
                                    

Selamat membaca cerita Bryan Alterio Fransisco dan Nastya Aldis Rachely!




Bab 11. Tamparan






"Seperti ini, terluka, terluka, terluka dan aku terluka. Ini menyakitkan."

-Bryan Alterio Fransico










*****

















"Hai everyone, I am Raga Aldebaran."

Seketika semua orang yang hadir di ruangan ini pun menganga lebar, kelopak mata mereka membesar, menatap Mr. Aldebaran lekat lekat hanya untuk memastikan bahwa keputusannya tidaklah main-main.

Tidak ada satupun dari Alarice yang mampu mengeluarkan suara. Ketujuh pria tampan itu terbungkam habis-habisan. Bibir yang sering mengumpat dan menghina Afrega itu kini merapat lekat. Saat ingin membuka suara, tenggorokan mereka langsung tercekat. Entah karena apa. Tak hanya itu, lidah pun juga terasa kelu untuk di gerakkan. Apakah ini yang dinamakan senjata makan tuan?

Ada seribu pertanyaan yang mereka pangku dalam benak. Ini kah Raga yang sesungguhnya? Benarkah mereka bersaudara? Benarkah pemilik ahli waris itu adalah rival mereka sendiri? Inikah akhir dari kejutan yang di tunggu-tunggu?

Bryan mengepalkan tangannya di bawah meja, wajahnya mulai memerah karena memendam amarah. Sialan. Kegeniusannya berhasil di tipu oleh sesosok Raga Aldebaran. Bryan butuh pelampiasan sekarang juga. Dia tidak bisa memendam kekesalannya seorang diri. Bryan perlu merusak sesuatu.

Namun, Bryan sadar bahwa kedua manik mata Om Anton sedari tadi menatapnya sangat tajam. Seolah memerintahnya melalui tatapan itu untuk tampil sempurna dan baik-baik saja.

Bryan bergerak gelisah di tempatnya duduk, berulang kali dia memalingkan wajah menghindari tatapan Om Anton yang begitu menakutkan. Tidak ada perasaan apapun selain rasa takut dalam dirinya.

Laki laki perfect itu hanya takut. Ya, jika dilihat dari sisi lain, Raga memang pantas dibanding dirinya. Ibaratnya Bryan hanya seorang pengecut yang rela kehidupannya di jajah.

Hanya Mr. Aldebaran yang mengukir senyumnya saat ini. Semua orang terdiam lama meresapi keputusan pria tua itu. Mimik muka para wali Alarice seketika menurun dalam sekejap, berubah datar karena kenyataan ini meruntuhkan harapan mereka.

Bagaimana bisa seseorang yang dulunya diasingkan menjadi pewaris perusahaan? Bagaimana bisa anak haram sepertinya berhasil merebut hati Mr. Aldebaran? Sungguh, mereka benci akan hal ini.

Perlahan Om Anton pun menarik kedua sudut bibirnya, tersenyum lebar namun penuh dusta. Seolah ikut senang atas keputusan dari Mr. Aldebaran tentang pewaris sesungguhnya. Melihat hal itu, Bryan hanya bisa berdecih dalam batin. Munafik.

Entahlah untuk apa tujuan tua bangka itu bersikap seolah setuju. Namun kondisi yang terjadi setelahnya benar benar membuat Bryan terusik. Om Anton bersama iblis yang ada dalam dirinya, mulai memberikan tepuk tangan yang meriah. Tua bangka itu mengucapkan selamat berkali kali kepada Raga yang hanya tersenyum biasa.

Bryan tak habis fikir, kenapa bisa hak asuhnya jatuh ke tangan orang munafik seperti Om Anton?

"Congrats, Raga." ujar Om Anton senang, memang sepertinya laki laki itu adalah jelmaan ular bermuka 2.

Rival ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang