•Tersenyum ketika bahagia, menangis ketika sedih. Seharusnya begitu. Tapi kenapa kini semuanya tersenyum. Seharusnya jujur saja, bahwa sedang tidak baik-baik saja•
Cuaca hari ini cukup bagus. Daun-daun berwarna oranye berjatuhan terbawa angin yang berhembus pelan. Langit biru dengan awan yang tampak berjalan lambat. Burung-burung yang terbang menggerombol dengan cicitan yang terdengar saling bersahutan.
Jung Jaehyun mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, membelah jalan raya yang sedikit ramai. Setelah sekitar dua minggu terakhir kantornya yang cukup sibuk, ia tidak ada waktu untuk menemui neneknya. Dan sekarang kantornya cukup senggang karena semua pekerjaan telah terselesaikan, jadi ia memutuskan untuk menemui neneknya yang sangat ia rindukan saat ini.
Jung Jaehyun adalah cucu kesayangan neneknya, secara ia adalah cucu laki-laki satu-satunya dari pihak ayahnya. Begitupun dengan Jaehyun, ia sangat menyayangi neneknya. Bahkan sedari kecil hidupnya lebih banyak ia habiskan dengan neneknya. Tidak heran ia sedang sangat merindukan neneknya tersebut, yang biasanya bertemu dua hari sekali atau bahkan hampir setiap hari, tapi kini mereka tidak bertemu hampir dua minggu. Itu terasa lama sekali baginya.
Jaehyun memarkirkan mobilnya di pekarangan rumah yang cukup luas. Ia menuruni mobilnya dengan membawa sebuket bunga mawar cukup besar di tangannya, yang sebelumnya ia beli di perjalanan tadi.
Dengan segera ia melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah. Ia memberikan senyum kepada salah satu asisten rumah tangga yang ia lewati. Dengan perasaan antusias dan tidak sabaran yang berlebihan untuk bertemu dengan neneknya.
Jaehyun melihat neneknya yang duduk di kursi roda sedang berbincang dengan seorang gadis di ruang tengah. Jaehyun sedikit menambah kecepatan pada langkah kakinya.
"Halmeoni." Panggilnya lalu memeluk wanita tujuhpuluhan tahun tersebut.
Nenek terlihat sedikit terkejut ketika dengan tiba-tiba Jaehyun memeluknya. Namun rasa itu segera berubah menjadi bahagia, karena cucu yang sangat ia rindukan ini segera muncul di hadapannya tidak lebih lama lagi.
"Kau lama sekali tidak menemuiku, apa kau mau melihatku mati merindukanmu," Ucap nenek sedikit menuntut dan membalas pelukan Jaehyun.
"Maaf Halmeoni. Aku juga sangat merindukan Halmeoni, tapi aku benar-benar tidak bisa meninggalkan pekerjaan itu," Ucapnya dengan nada menyesal.
Jaehyun lalu melepaskan pelukan mereka dan ia menyerahkan sebuket bunga mawar tadi kepada neneknya, "aku membelikan ini untuk Halmeoni. Mawar merah kesukaan Halmeoni."
"Terimakasih, kau memang cucu terbaik." Nenek mengambil buket bunga itu dari tangan Jaehyun.
"Iya-iya, aku percaya." Timpal gadis yang sebelumnya berbincang dengan nenek tadi, sambil menatap Jaehyun sinis. Sedangkan nenek hanya tertawa melihat hal itu.
"Aku memang cucu paling baik," Dan Jaehyun tambah menyombongkan dirinya.
"Cih, peduli apa aku?" Sinis gadis itu. "Lalu mana untukku?"
"Apanya?" Jaehyun yang mendapat pertanyaan malah bertanya balik.
"Bunga! Atau apapun itu juga boleh. Tidak! Jangan bunga! Tidak enak dimakan. Mending sesuatu yang manis. Coklat misalnya." Jawab gadis itu sambil berpikir.
"Beli saja sendiri." Jawab Jaehyun tak kalah sinis.
"Dasar pelit!"
"Sudah-sudah. Kalian tidak akan ada habisnya seperti itu. Jaehyun kau pasti belum makan. Nari, buatkan Jaehyun makanan. Halmeoni akan pergi ke kamar." Perintah nenek mutlak, yang membuat gadis bernama Nari tersebut menatap tajam tak terima kearah Jaehyun. Sedangkan Jaehyun tersenyum penuh kemenangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
IN LIFE SPRING | Jung Jaehyun ✓
Fanfiction『𝐟𝐞𝐚𝐭𝐮𝐫𝐢𝐧𝐠 𝐉𝐞𝐨𝐧𝐠 𝐉𝐚𝐞𝐡𝐲𝐮𝐧 𝐍𝐂𝐓; 𝐜𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐭𝐞𝐝』 Coretan tinta hitam di atas putih yang tak sengaja Hajin temukan di dalam lemari sang ibu benar-benar membuat penderitaan hidupnya berakhir, sedikit perjuangan yang mengharusk...