Sejak hari itu, tidak ada yang baik-baik saja. Ada sesal yang membalut dalam dada baik Ferdy maupun Vivi keduanya mempunyai luka yang sama. Sedang Betrand dirinya semakin merasa terbuang.
Tetapi lupakan tentang itu biarkan Betrand tumbuh sebagaimana mestinya. Biarkan dia bahagia tanpa harus memikirkan bahwa kemarin dia baru saja terluka. Biarkan semuanya berlalu, takutnya hanya kemarin saja tanpa harus dibawa dihari ini juga.
Hari-hari berlalu dengan begitu cepatnya, tidak ada yang berubah Betrand masih berjualan bapau setiap paginya, dia masih berjualan ikan di siang harinya atau pergi bermain setelahnya terakhir mencari belut di sawah ketika malam datang. Semuanya masih begitu sama sampai-sampai Betrand tidak merasakan bahwa hari-harinya berlalu dengan begitu cepat.
Namun, meski begitu Betrand rasa ada yang berbeda, Mama dan Bapak sering sekali mengunjunginya semenjak hari itu, mereka sering kali mengucap maaf yang dia sendiri tidak mengerti untuk apa. Dia bingung namun memilih diam dan menikmatinya.
Seperti itu biarkan luka hanya terasa hari ini dan akan sembuh esok pagi. Dan biarkan Betrand pun begitu, dia melangkah untuk terus maju tanpa harus mengingat lagi lukanya yang membuatnya kesakitan. Setidaknya biarkan hanya hatinya yang merasa perih akan luka jangan sampai luka juga menghapus tawanya. Dan membuat dirinya terlihat sangat menyedihkan.
.
.Mentari sudah mulai menyembul di ufuk timur ketika Betrand sampai di sekolah barunya. Hari ini Betrand dan teman-temannya pertama kali masuk dan mulai semester perdana Sekolah Menengah Pertama.
Harusnya tidak ada yang berbeda, dia akan belajar seperti biasa, bernyanyi dan mengharumkan nama sekolah dengan prestasi yang dia punya. Seharusnya. Namun mereka datang membuka lukanya, menambah perihnya tanpa tahu seberapa parah luka yang mereka tinggalkan akibat dari perbuatan mereka.
Betrand meraih kain serbet kemudian menutup kembali dagangan setelah melayani teman-temannya. Dia beranjak dari duduknya dan melanjutkan langkahnya menuju kelas karena sebentar lagi pun bel masuk akan berbunyi. Namun dia mengurungkan langkahnya ketika melihat 3 bocah seusianya menghadang langkahnya membuatnya terpaksa berhenti dan menatap 3 orang itu penuh tanya.
"Kalian ingin membeli pau?" Tanya nya.
"Haha Lu Betrand kan? Si anak diong" salah satu dari tiga bocah itu tertawa mengejek.
Betrand menatap mereka diam masih menunggu apa yang akan mereka katakan. Dia harap kata-kata mereka tidak memancing emosinya.
"Hehh jawab lu apa selain tidak punya Mama dan Papa lu juga tidak punya mulut" Ucap bocah itu lagi kali ini begitu keras hingga Betrand berniat untuk menutup kupingnya.
"Jika kalian hanya ingin mengatakan itu Aku permisi bentar lagi masuk"
Betrand beranjak pergi dari sana tidak ingin ribut karena ejekan mereka yang membuatnya terluka.
"Hahaha Hei anak diong lu mau kemana? Lu tidak punya Mama kali buat ngadu"
Teriak bocah itu membuat langkah Betrand terhenti. Matanya memanas seiring dengan emosi yang sedari tadi dia tahan hanya agar tidak membuat keributan tapi sepertinya mereka memang tidak membiarkannya diam.
"Hahaha dia punya Mama, Jap tapi Mamanya cuma sayang sama Kevin"Lanjut yang lain sambil menepuk bahu bocah yang disapa Jap atau Japno.
" Punya Papa tapi Papanya cuma sayang Cetryin hahahhaha anak diong-anak diong"Sahut bocah satu lagi sambil tertawa mengejek.
Betrand diam kedua tangannya mencengkram kuat wadah bapau di tangan hingga buku kukunya memutih dan terasa menyakitkan. Ada api yang mati-matian dia padamkan hanya agar tidak membakar mereka namun tanpa disadarinya malah membakar hatinya hingga membuatnya luar biasa kesakitan.
![](https://img.wattpad.com/cover/218069473-288-k276872.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sempurnakan Cinta ✓
RandomAku pernah menyampaikan rasaku lewat aksara beku yang kuungkap dengan cinta... Hingga saat ini aksara beku itu masih menyimpan kenangan tentang cinta... Dan selamanya aksara beku ada untuk mengungkapkan cinta... Story tentang bagaimana seorang bocah...