Kisah Baru 18

856 62 7
                                    

"Kakak dari mana?"

Tanya Thalia terdengar tepat ketika pijak Betrand baru saja tiba. Gadis kecil itu menatap Betrand meminta jawaban.

"Dari sana, Ci" Jawab Betrand sembari menunjuk kearah bolkan tempat dimana dia menghabiskan senjanya.

Thalia mengangguk paham diikuti gema langkah Sarwendah yang baru tiba dari dapur dengan Piring berisi ikan goreng ditangan.

"Ayo kakak duduk!" Ucapnya sambil meletakan piring tersebut diatas meja "Kakak mau makan apa, Sayang?" Lanjutnya menatap Betrand dengan senyum lembut khasnya.

"Telur saja, Bunda"Balas Betrand yang disambut tanya heran dari Ruben.

"Telur doang? Ikan ya Ayah suirin"

"Tidak usah, Ayah. Kakak mau telur saja" Cegah Betrand tidak enak.

Ruben yang mendengarnya mengangguk paham. Pelan-pelan dia harus mengenali putranya ini pelan-pelan.

"Ya udah. Cici mau ikan? Ayah suirin ya?" Tanya Ruben pada Thalia yang dibalas anggukan cepat dari putri kecilnya itu.

Ruben segera mengambil satu ikan goreng dan memisahkan duri dan daging ikan itu agar nanti bila dimakan tidak melukai tenggorokan anaknya. Satu duri kecil saja tidak boleh melukai orang-orang yang ia cintai.

Sementara itu Sarwendah menyiapkan makanan untuk Ruben, Betrand dan Thalia dengan lauk pauk sesuai dengan permintaan mereka. Wanita cantik itu menyiapkan semuanya secara telaten untuk suami dan anak-anak terkasihnya.

Ditengah keheningan yang sedang melingkupi mereka dalam bisu suara deritan kursi terdengar pelan disusul suara pijak langkah Betrand yang meninggalkan meja makan untuk duduk di sofa panjang depan TV. Remaja manis itu duduk mengangkat serta sebelah kakinya dengan piring ditangan kebiasaannya ketika masih di desa mengundang tatapan terkejut bercampur heran dari Ruben, Sarwendah dan Thalia.

Ruben yang tersadar lebih dulu segera beranjak mendekati Betrand dan memberikan anak itu teguran sekaligus pelajaran tentang adab makan bagi anak itu. Pelan-pelan dan satu persatu Ruben menyakinkan diri bisa mendidik Betrand dengan lebih baik.

"Eyt Kakak disini bukan tempat untuk makan" Ujar Ruben yang membuat Betrand menurunkan sebelah kakinya dan meletakan piring makannya di pangkuan.

"Disana meja makan jadi kita harus makan disana karena memang itu tempat untuk makan, ya" Lanjut Ruben sambil menunjuk kearah meja makan.

Betrand menunduk lalu mengangguk pelan sebagai balasan yang membuat Ruben menarik senyum lembut.

"Maaf, Ayah"Ucapnya pelan.

"Gak pa-pa kan kakak gak tahu makanya Ayah kasih tahu biar gak diulang lagi. Ok?"

"Iya, Ayah" Balas Betrand pelan.

Ruben tersenyum tulus lalu mengajak anak itu untuk kembali ke meja makan. Anak itu beranjak mengikuti langkah Ruben lalu kembali duduk pada kursi yang tadi sempat dia tinggalkan.

"Nah mulai sekarang setiap kali makan kita harus duduk di meja-" Ujar Ruben sengaja menggantung ucapannya memancing Betrand untuk melanjutkan.

"Di meja makan" Lanjut Betrand.

"Iya, kalau disana itu tempat kita nonton TV, tempat kita istirahat, nyantai, main-main. Nanti kalau kita makan disana ada nasi yang jatuh, banyak semut kan kasihan adeknya kalo main disana digigit semut, ya" Ujar Ruben menjelaskan agar Betrand mengerti maksudnya.

"Iya, Ayah"Jawab Betrand yang dibalas dengan elusan lembut dikepala.

"Nah sekarang makannya sama ikan ya Ayah udah suirin buat Kakak dan Cici" Ujar Ruben lagi lalu membagi ikan yang telah dia suir kedalam piring Thalia dan Betrand.

Sempurnakan Cinta ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang