Kisah Akhir

807 57 3
                                    

Ohh Ibundaaa
Jauhkanlah deritakuuu..

-BPPO-

Sinar mentari sudah di sana sejak tadi dan aku masih beta di sini, menggulung tubuhku dengan selimut tebal dan mengusir beku yang sedari tadi malam membuat tidurku terasa tidak nyaman.

"Bundaaa..."

Hidungku terasa panas dan aku kesulitan menarik napas, rasanya ada sesuatu yang menghambat di dalam lubang hidungku. Rasanya tidak nyaman.

"Bundaaa, dinginn. Ayah..."

Aku menyerah, demi apa pun rasanya begitu tak nyaman, mataku terasa begitu panas tapi aku merasa kedinginan. Aku butuh bunda, ayah.

"Mama..."

Derit pintu terdengar pelan namun aku tidak bisa beranjak dari tidurku rasanya kepalaku seperti di putar-putar ketika aku mencoba untuk bangun.

"Onyo kangen Mama ya sayang. Ayo bangun kita telpon Mama ya?"

Gema suara bunda terdengar dan aku terluka karenanya, bukan karena kata-kata bunda tapi aku lebih takut melukai bundaku karena gumam lirih itu. Bukan, aku tidak ingin mama, aku hanya mau bunda.

"Onyo lebih butuh bunda"ucapku serak sarat akan tangis yang aku tahan sedemikian rupa.

"Onyo kenapa sayang? Bunda gak apa sayang, bunda ngerti kalo Onyo kangen sama Mama. Sekarang, ayo turun Bunda mau peluk putra bunda"

Gema suara bunda juga gorden di buka membuat ku memaksakan diri untuk segera bangun dan memeluk bunda meski pusing mulai bergelayut manja membuatku kepayahan menahan sakitnya.

"Bunda..."

Maka ketika pijakku sampai pada ubin kamar, aku segera memeluk bunda erat, menumpukan kepalaku di sana dan menahan pening yang sejak aku berusaha bangun sudah menikam tanpa ampun.

"Onyo sakit? Badan onyo panas, nak? AYAHHH!!"

Lalu semuanya berjalan dengan begitu cepat, aku masih merasakan ketika gema langkah ayah masuk ke kamarku, aku juga masih merasakan ketika tubuhku berpindah pada punggung tegap ayah, gemertak langkah ayah dan bunda serta ketika tubuhku dibaringkan oleh ayah di atas ranjang. Aku masih sangat jelas merasakannya apalagi ketika tangan halus bunda meletakan handuk kecil di keningku. Terakhir perdebatan kecil ayah dan bunda.

"Gak-gak pokoknya hari ini aku gak mau berangkat kerja, aku izin aja dan bilang kalo anakku lagi sakit jadi gak bisa ninggalin anak-anak"

"Kan ada aku yank"

"Gak-gak. Gak mau pokoknya..."

Seperti dejavu, aku juga pernah merasakan ini sebelumnya ketika sakitku malah menghadirkan pertengkaran hebat Mama dan Bapak, ketika semua usai di sana dan aku berhenti berharap bahwa cinta yang aku punya akan sempurna.

"Ayah, bunda jangan berantem, Nyonyo pusing!"ucapku yang cukup untuk menarik atensi dan menghentikan perdebatan mereka.

Bunda melangkah dan mendudukan tubuhnya di sisiku, lengannya terangkat dan mendaratkan elusan sayang di kepalaku. Rasanya menenangkan.

"Ayah sih sana berangkat!"

"Gak mau..."

"Ay-

"Ayah, bunda!!"

"Iya-iya, maaf ya sayang ya"

Aku tahu, waktu itu dan hari ini berbeda, jika waktu itu aku lebih memilih menghilang tapi kali ini aku lebih memilih melihat mereka bertengkar setiap hari untuk hal-hal kecil yang akan membawa tawa nantinya.

Sempurnakan Cinta ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang