Setelah kemarin malam menetapkan Ruben sebagai tempat untuk bercerita. Malam ini Sarwendah juga menawarkan diri menjadi tempat untuk menumpahkan keluh kesah. Menggantikan gelap yang dulu selalu menjadi tempat ternyaman untuk dia berlari dari kenyataan.
Betrand senang ada orang yang bersedia menerima muntahannya tanpa banyak kata atau jika pun mereka menyampaikan kalimat. Kalimat itu tidak akan menggoreskan luka dalam hatinya. Mereka selalu memberinya respon seolah dia memang sedang membagi kisahnya dan saat ini dia memang sedang membagi kisahnya kepada mereka yang kini dia panggil Ayah Bunda.
Membagikan setiap kata dari kisah hidupnya tanpa meninggalkan satu kata pun. Karena kini dia percaya Ayah dan bundanya tidak akan membuatnya terluka atau pun merasakan sesak seperti yang dia rasakan ketika berada di kampung dulu.
Betrand percaya karena itulah dia tanpa malu bercerita, kadang memperagakannya dengan tingkah gemas yang sesekali membuat Ruben serta Sarwendah tertawa.
"Kakak pulang sekolah pulang-pulang dulu kerumah habis itu kakak cari makan babi eh apa itu namanya?"
"Ternak maksudnya" Sahut Ruben membenarkan.
"Nah iya abis cari makan ternak kakak jualan deh" Lanjut Betrand.
"Kakak jualan apa sayang?" Tanya Sarwendah.
"Kakak jualan ikan, bunda kadang jualan pau dulu baru jualan ikan. Jualan pau dulu abis, pulang-pulang dulu setelah itu baru ketempat jualan ikan bantu jualin ikan juga deh keliling"
"Keliling kampung? Kakak sendiri?"Tanya Sarwendah dengan tatapan tak percaya.
"Gak, bunda. Kadang kakak sama Tofel kadang juga sama Eman terus ada beberapa kali sama Kevin"
"Kevin? Adik kakak?" Tanya Ruben.
"Iya, adik kakak"
"Kakak punya adik?"Ucap Sarwendah sedikit terkejut karena dia tidak tahu kalau putra sulungnya ini mempunyai adik.
Betrand mengangguk singkat dengan senyum menggemaskan khasnya. Tidak ada kesedihan di wajahnya tapi dari binar matanya Ruben dan Sarwendah menangkap begitu besar luka.
"Kakak punya adik sama kakak cewek namanya Kevin sama Cetryin. Kakak suka main sama mereka tapi gak sering karena Cetryin suka pergi-pergi sama Bapak kalo Kevin suka main sendiri sama teman-temannya. Kakak gak bisa sering main kakak kan jualan"
Ruben dan Sarwendah tertegun mendengar cerita Betrand. Rasanya ada palu besar yang menghantam dada mereka. Menyesakan.
"Iya, dari kecil kakak udah bantuin Oma Opa jualan pau, kakak harus cari uang buat sekolahnya kakak, buat bantu Oma sama Opa. Kalau kakak main terus kasihan Oma Opa gak ada yang bantuin" Lanjutnya yang semakin membuat Ruben dan Sarwendah tertegun ditempatnya.
"Cetryn sama Kevin tinggal sama kakak juga?" Tanya Sarwendah.
"Enggak. Cetryin itu tinggal sama Bapak kalau Kevin tinggal sama Mama. Kakak tinggal sama Opa Oma dari kecil kalau kata Oma dari kakak umur 8 bulan udah tinggal sama Oma"
"Orang tua kakak?"
"Berpisah. Kakak gak tahu dari kapan tapi kata Oma dari kakak masih kecil"
"Yank.." Ucap Sarwendah pelan menatap kearah Ruben dengan mata berkaca-kaca.
"Udah malem nih kakak istirahat ya besok kan kakak ada shooting lagi harus latihan lagi besok kita sambung lagi ceritanya, Ok?" Ucap Ruben mengalihkan karena jika di lanjutkan ia sendiri tidak yakin sanggup untuk mendengarkan.
"Ok, Ayah"
"Sini peluk dulu" Ucap Ruben sembari merentangkan kedua lengannya lebar.
Betrand melangkah mendekat lalu masuk dalam dekap hangat yang Ruben tawarkan. Anak itu menyandarkan kepalanya pada dada Sang Ayah menerima elusan hangat yang terasa di punggungnya. Pun begitu saat dia beralih memeluk Sarwendah, anak itu juga menyandarkan kepalanya merasakan kenyamanan dari pelukan Sang bunda.
![](https://img.wattpad.com/cover/218069473-288-k276872.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sempurnakan Cinta ✓
RandomAku pernah menyampaikan rasaku lewat aksara beku yang kuungkap dengan cinta... Hingga saat ini aksara beku itu masih menyimpan kenangan tentang cinta... Dan selamanya aksara beku ada untuk mengungkapkan cinta... Story tentang bagaimana seorang bocah...