Kisah Baru 26

696 54 18
                                    

Gelap sudah semakin kelam, malam pun sudah semakin sunyi tapi Betrand masih terjaga menatap langit-langit kamar dengan mata berkaca-kaca yang siap pecah kapan saja. Ada banyak hal yang ia takutkan tapi yang paling besar dia takut meninggalkan, takut pergi dan akhirnya tak kembali.

Betrand takut setelah pulang dia mungkin tidak akan kembali lagi bersama Ayah Bunda, bersama Thalia, Thania, bersama Naynay, Yeye, bersama semuanya yang begitu banyak melimpahkan cinta. Dia takut ketika dia pulang hari itu benar-benar hari terakhirnya bersama keluarga ini, keluarganya.

"Aku momang Ayah.."Ucapnya pelan.

Bocah terlalu manis itu menatap lekat langit-langit kamar membiarkan air mata luluh dan sesak lebur dalam isak tangis. Dia benar-benar takut meninggalkan dan juga takut dilupakan.

"Aku momang Bunda.."

Bagaimana kasih sayang itu dia dapatkan, dia takut tak lagi bisa dia rasakan ketika pulang. Dia ingin egois sungguh mempertahankan apa yang kini telah dia genggam namun tetap saja dia punya keluarga meski orang tuanya telah berpisah tapi dia punya Oma dan Opa yang menunggunya pulang, yang dia rindukan.

Betrand menarik selimut hingga ke leher lalu berbaring miring menatap hampa gorden didepan tepatnya dia mencoba membayangkan langit gelap diluar. Dia hanya ingin mengatakan pada angkasa tolong berikan dia jawaban. Dia tidak ingin salah langkah dan berakhir menyakiti.

Dia hanya ingin tahu bahwa takdir Tuhan hari ini benar-benar akan selamanya menjadi takdirnya. Dia hanya ingin bahagia.

"Tuhan hanya satu yang aku pinta aku hanya ingin bahagia..."

.............

Pagi sudah datang dan menggantikan tugas malam sebagai pertukaran waktu. Mentari pun sudah beranjak menyinari dunia, mengusir gelap dan memberikan terang bagi manusia yang meniti jalanan di bumi. Betrand pun begitu mata kecilnya sudah terbuka sejak tadi namun belum ingin beranjak dari kasur empuk yang terus memberinya nyaman. Tepatnya dia sedang mengulur waktu.

Untuk itu ketika derit pintu kamarnya terdengar dia memilih untuk kembali menarik selimut dan memejam. Dia hanya mencoba meminta sedikit waktu pada angkasa untuk tetap disini merasakan elusan sayang Ayahnya dikepala juga kecupan hangat yang dia rasakan setiap pagi.

Dan Ruben yang baru masuk pun ketika melihat Betrand masih terlelap hanya mendaratkan kecupan sayang elusan lembut di puncak kepala anak itu tanpa niat untuk membangunkan. Ruben mengerti Betrand mungkin kelelahan.

Namun niat awalnya buyar ketika mendapati jejak air mata yang mengering disudut mata Betrand. Ada apa? Apakah Betrand terluka?

"Kak bangun sayang! Ayah mau tanya sesuatu sama kakak. Ayo bangun dulu!" Pinta Ruben sembari menarik pelan selimut tebal yang menutupi tubuh Betrand.

Betrand yang dasarnya hanya pura-pura tidur itu membuka matanya pelan untuk kemudian menatap Ayahnya yang kini tersenyum begitu lembut. Jika seperti dia semakin takur meninggalkan.

"Mau cerita sama Ayah?" Tanya Ruben sembari duduk di pinggiran ranjang.

Betrand hanya diam tidak memberi respon apa-apa sekedar gelengan atau anggukan seperti biasa. Tapi anak itu hanya diam dia bingung harus bercerita apa tepatnya dia tidak ingin bercerita.

"Kakak kenapa nangis hmm? Kakak luka? Kakak sakit?" Tanya Ruben lagi ketika tidak mendapat tanggapan apa-apa dari Betrand.

Namun lagi-lagi Betrand tidak memberi tanggapan apa-apa, anak itu malah menunduk dalam menghindari tatapan menunggu yang Ruben layangkan. Dia hanya tidak ingin bercerita dan akhirnya menumpahkan air mata. Tapi Ayahnya tetaplah Ayahnya yang tidak akan berhenti jika tidak mendapat jawab apa-apa.

Sempurnakan Cinta ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang