Malam sudah kian larut, seperti malam-malam sebelumnya Betrand masih mengelilingi setiap inci beku dinding rumah yang terus memberinya kehangatan. Matanya masih ingin merekam lalu menyimpannya dikepala sisa-sisa tawa dan kebahagiaan yang tertinggal.
Bahkan tawa kecil Thalia serta gemertak langkah masih tampak jelas terlihat. Senyum kecil terbit dibibirnya, jika boleh meminta lagi pada Tuhan dia ingin tetap disini setidaknya tetap membuat adiknya tertawa. Namun kembali lagi sebagai manusia dia tak ingin serakah, bahagianya hari sudah cukup dan jika esok dia akan pulang, dia pun sudah siap.
Seperti malam-malam sebelumnya dia juga akan berakhir disofa depan TV. Matanya masih menjelajah setiap inci kehangatan yang tersisa, belum ada niat untuk memejam dan menikmati dunianya yang lain. Mungkin akan lebih indah tapi Betrand tidak ingin, baginya dunianya saat ini jauh lebih indah daripada dunia yang pejamnya tawarkan.
Dia tidak ingin cepat kehilangan setidaknya untuk beberapa minggu ke depan, dia ingin menikmatinya hingga nanti dia siap kembali ketempat seharusnya ia pulang.
"Duhh mau pipis" Ucapnya lalu beranjak kekamar mandi.
Namun setibanya disana dia lihat salah satu asisten Ruben baru saja masuk kedalam membuat Betrand gelagapan. Akhirnya dia memilih berbalik dan masuk kekamar mandi yang ada disebelah kamar Ayah.
Bocah manis itu mengunci pintu dari dalam kemudian membawa langkahnya mendekati closet. Namun, belum juga dia ingin membuka celananya tutup closet itu malah terbuka sendiri tanpa dia sentuh. Betrand mundur perlahan, keringat sebesar biji jagung mengalir deras di dahinya. Detik selanjutnya bocah itu berlari kencang kearah pintu dan-
BUMM
Betrand mengelus dahinya yang membentur keras pintu kamar mandi, lengannya aktif membuka pintu lalu kembali berlari, duduk disofa dengan badan gemetar hebat.
"Ihh kamar mandi Ayah seremm" Ucapnya bergidik ngeri.
Bocah itu memeluk lututnya kuat, badannya masih bergetar hebat. Dan pada akhirnya malam itu dia habiskan tanpa memejamkan mata. Rasa kantuk seolah sirna dan tak ingin kembali hingga pagi menjelang dia tetap disana dengan binar masih menyala terang.
...................
Sarwendah, wanita itu bangun lebih pagi dari semua penghuni rumah dan seperti pagi sebelumnya dia pun mendapati putranya duduk disofa dengan memeluk lutut. Sepertinya setelah hari ini dia harus memeriksa kamar yang ditempati putranya itu takut-takut ada yang membuat putranya itu tidak nyaman.
"Kakak..." Panggilnya menarik perhatian Betrand.
Anak itu menatapnya dengan mata yang lebih sayu dari biasanya, lingkaran hitam samar-samar terlihat dimata Betrand. Anak itu tidak tidur?
"Kakak gak tidur?" Tanyanya yang dibalas anggukan pelan oleh Betrand.
"Kakak kenapa gak tidur?" Tanyanya lagi dan mendapat gelengan pelan sebagai jawaban.
Sarwendah menghela napas pelan karenanya, kamarin putranya tertidur disofa hari ini putranya bahkan tidak tidur. Ada apa?
"Kenapa kakak gak tidur?"Tanyanya lagi.
Betrand menatap manik mata Sarwendah ragu lalu menggeleng lagi memberi Sarwendah jawaban. Karena jujur saja meski sudah beberapa jam berlalu dia masih ketakutan.
"Kenapa, Bun?" Tanya Ruben yang baru saja keluar dari kamarnya.
"Ini loh Yah masa kakak semaleman gak tidur"Adu Sarwendah pada Ruben.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sempurnakan Cinta ✓
РазноеAku pernah menyampaikan rasaku lewat aksara beku yang kuungkap dengan cinta... Hingga saat ini aksara beku itu masih menyimpan kenangan tentang cinta... Dan selamanya aksara beku ada untuk mengungkapkan cinta... Story tentang bagaimana seorang bocah...