Hari-hari berlalu, Betrand masih ditempatnya, masih begitu nyaman dengan suasana hangat yang terus semesta berikan. Betrand sadar ini bukan tepatnya tapi apa salahnya jika ia berharap semesta berbaik hati menjadikan hangat yang semesta berikan selamanya.
Walaupun begitu dunia pasti tahu betapa besar cinta yang Betrand punya untuk Ayah Bunda, untuk kedua adiknya dan untuk semua orang yang sudah dengan lapang dada menerimanya disini. Bersama detik demi detik Betrand akan selalu mengucap syukur dan berdoa pada Tuhan tentang luapan bahagianya yang memenuhi hati hingga tak mampu ia jabarkan.
Seperti hari ini dia tidak mengerti bagaimana dunia memberinya hangat dan nyaman bersama Ruben. Ayahnya itu selalu berada disisinya menepuk bahunya berulang-ulang dan memeluknya dengan penuh kasih sayang. Rasanya Betrand tak ingin berpisah dan juga takut kehilangan.
"Kalau kakak pulang Ayah rindu tidak sama kakak?" Tanyanya spontan.
"Rindu. Pasti Ayah, bunda, cici, Thania pasti rindu sama kakak hmm"
"Minggu depan kakak pulang Ayah sedih tidak?" Tanyanya lagi.
"Kakak mau sekolah di Jakarta? Mau tinggal sama Ayah?" Tanya Ruben memilih mengabaikan pertanyaan dari Betrand.
Betrand mengalihkan tatapnya dan menatap Intens Ruben yang kini tengah berdiri dibelakangnya. Mata anak itu berbinar penuh tanya, ada yang ingin ia tanyakan tapi dia bingung harus bagaimana.
"Kakak mau tapi kakak bingung" Ucapnya membuat Ruben menarik senyum lembut.
"Kakak bingung kenapa?"
"Sekolah kakak di kampung gimana Ayah? Emmm Kakak sekolah di dua sekolah ya Ayah?" Tanya Betrand yang seketika membuat Ruben terkekeh.
"Ya enggak kak, kakak pindah sekolah di jakarta, kakak gak sekolah lagi di sana" Balas Ruben
"Ohh gitu ya Ayah?"
Ruben mengangguk dengan senyum lembut khasnya. Pria itu menepuk bahu Betrand pelan lalu menarik anak itu dalam dekap hangat.
"Jadi kakak mau gak tinggal sama Ayah?" Tanya Ruben lagi.
"Mau" Jawab Betrand cepat menggangguk antusias.
"Ya udah sekarang ayo latihan dulu biar cepat pulang soalnya kata bunda cici nanyain kakak terus" Ujar Ruben yang dibalas anggukan oleh Betrand.
Anak itu segera beranjak dari duduknya dan mulai latihan untuk tampil di konser tunggal sahabat Ayahnya. Ivan Gunawan. Konser penghargaan yang Ayahnya persembahan untuk Igun. Sebuah cinta dari seorang sahabat.
Berharap kamu akan datang....
......................
Seperti yang telah Ruben katakan Thalia Putri Onsu, gadis kecil itu terus menatap kearah pintu seperti menunggu seseorang yang kini tengah tak dirumah. Menghentakan kaki kesal putri Ruben Onsu itu bersedekap dada dengan bibir cemberut ketika seseorang yang ia tunggu tak kunjung datang.
"Kakak mana, bunda?" Tanyanya pada Sarwendah yang tengah memangku baby Thania.
"Kakak lagi shooting sayang bentar lagi pulang kok. Sabar ya" Ujar Sarwendah.
"Cici can't wait..." Sahut Thalia dengan nada merengek khasnya.
Sarwendah yang mendengarnya menarik senyum takjub. Serindu itu? Padahal mereka Betrand pergi baru beberapa jam lalu, bagaimana jika nanti Betrand pulang? Dia tidak bisa membayangkan seberapa kesepiannya Thalia tanpa Betrand.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sempurnakan Cinta ✓
AcakAku pernah menyampaikan rasaku lewat aksara beku yang kuungkap dengan cinta... Hingga saat ini aksara beku itu masih menyimpan kenangan tentang cinta... Dan selamanya aksara beku ada untuk mengungkapkan cinta... Story tentang bagaimana seorang bocah...