Kisah Baru 23

617 61 27
                                    

Gelap sudah menjadi teman bagi Betrand sejak dulu dari dia kecil hingga kini beranjak remaja, dari ketika dulu dia berteman dengan penolakan hingga kini dia diterima. Gelap adalah teman, dimana Betrand bebas bercerita tanpa malu mengudarakan tawa atau pun menumpahkan air mata.

Tapi hari ini selain gelap Betrand menemukan tempatnya untuk menumpahkan asa dan resah yang dia tahan didalam dada. Tempat yang bahkan bisa membalas ceritanya, tempatnya yang bisa memberi respon berupa pelukan hangat. Dan tempat itu selalu menerima setiap muntahan yang ia keluarkan.

"Kakak setiap hari bangun pagi antar belut ke rumah bibi Ayah terus kakak siap-siap sekolah kadang bawa pau kadang gak"

Hari ini dia mulai bercerita, mengisahkan tentang perjalanannya di kampung halaman.

"Kalau kakak ada uang kakak naik apa namanya emm angkot tapi kalau gak kakak jalan kaki deh"Lanjutnya.

"Jalan kaki? Jauh gak kak?" Tanya Ruben.

"Gak Ayah cuma 5 kilo"Balas Betrand yang sontak membuat Ruben menatap Betrand tak percaya.

"5 kilo? Sama siapa? kakak sendiri?"

"Kadang sendiri kadang sama Tofel, sama Eman juga kadang ada Tudi tapi jarang"

Ruben mengangguk lalu meminta Betrand untuk berbaring disisinya agar anak itu leluasa bercerita. Malam ini ia akan mendengarkan segala resah yang anaknya sampaikan melalui kisah hidupnya. Dia juga akan turut menyaksikan bagaimana tawa anaknya mengudara, juga akan tetap diam ketika mata anaknya mulai menyampaikan luka.

Biarkan semua terluap tanpa sisa asal setelah hari ini Betrand baik-baik saja, dia ingin hanya tawa saja yang akan menjadi teman anak itu. Semuanya akan dia lakukan demi putranya demi putranya bisa selalu mengudarakan tawa. Dia ingin tidak ada lagi air mata, tidak ada lagi tangisan pun tinta hitam di lembar baru kisah putranya.

Tinta-tinta penuh warna akan selalu Ruben goreskan serapi mungkin agar tak lagi ada benang kusut yang terangkai di kisah putranya. Tidak akan ada lagi luka yang menancap di hati Betrand dan Ruben akan pastikan Betrand akan selalu bahagia.

"Kakak berhak bahagia"

....................

Pelan-pelan Ruben akan mengobati luka yang baru saja Betrand sampaikan tadi malam. Pelan-pelan Ruben akan mengganti setiap tetes air mata kesedihan yang Betrand tumpahkan dengan air mata bahagia. Atau bahkan Ruben akan menggantikan setiap tangis anak itu dengan tawa bahagia.

Pagi ini Ruben mulai menggoreskan tinta cerah secerah mentari pagi. Memberikan anak itu kecupan sayang di puncak kepala lalu menyiapkan segalanya yang anak itu butuhkan.

Setelah usai Ruben kembali disisi Betrand lalu mengusap puncak kepala putranya sayang untuk kemudian mengambil langkah keluar tanpa menyadari bahwa sosok yang sedari tadi dia limpahkan cinta telah lama terbangun. Menatap segala geraknya dan merekam segala hal yang dia lakukan.

"Terima kasih, Ayah" Ucap Betrand pelan.

Disisi lain Sarwendah sudah mulai dengan alat masaknya, menyiapkan sarapan untuk orang-orang terkasih. Masih terlalu pagi memang tapi untuk segala yang harus dia siapkan Sarwendah pikir waktu yang dia pilih cukup.

"Kakak itu makannya telur jangan sampe lupa terus Ayah nasi goreng emm Thalia sereal. Ok, lets go!"Ujar Sarwendah mengabsen sarapan yang akan ia masak.

Tanpa menyadari bahwa sedari tadi Betrand menatap kearahnya dengan mata berkaca-kaca. Sekali lagi sejak dulu dia tidak pernah melihat seorang ibu seperti bundanya. Seorang ibu yang selalu menyiapkan sarapan untuknya, ayah dan kedua adiknya. Yang rela bangun sepagi itu untuk menyiapkan banyak.

Sempurnakan Cinta ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang