Betrand sudah berusaha memejamkan mata, namun sekuat apapun dia mencoba matanya masih enggan terpejam. Matanya masih ingin menjelajah, masih ingin menatap banyak hal yang sampai saat sulit sekali untuk ia percaya.
Betrand beranjak dari tidurnya melepaskan selimut yang sejak tadi membalutnya dalam kehangatan. Binar mata itu masih menyala menatap sekitar, menatap dinding-dinding beku yang memajang pigura Ayah dan Bunda disana. Senyum manis dan peluk hangat terbingkai begitu indah Betrand tidak pernah membayangkan bila dirinya berada ditengah-tengah hangat keluarga besar seorang yang biasanya hanya dapat dia lihat melalui layar kaca.
"Ini mimpi gak sih?"
Ucapnya bertanya entah kepada siapa membiarkan tanya kecil itu mengudara tanpa berharap mendapat jawab. Karena tanya yang digaungkan tidak memerlukan apa-apa hanya untuk melegakan hatinya dari rasa tak percaya yang sampai saat ini masih merangkulnya hangat.
Langkah itu kembali menjelajah, menapaki satu persatu ubin dingin yang menjadi saksi setiap pijak Ayah, Bunda juga Thalia, yang menjadi saksi bisu untuk semua cerita Ayah dan Bunda. Betrand kembali membawa tatapnya pada dinding putih yang kembali memajang potret beku kisah keluarga ayah.
Rangkul hangat dan senyum manis Ayah, Bunda serta Thalia terbingkai begitu indah diujung sana membuat senyum Betrand terbit begitu saja. Jemarinya menyentuh halus lemari kayu, menyentuhnya inci demi inci menyakinkan hatinya bahwa ini bukan hanya khalayannya semata. Lalu lengannya berpindah menyusuri inci demi inci meja yang terasa membekukan, dinginnya menusuk memberi Betrand keyakinan.
Tidak puas dengan beku meja makan Betrand kembali menyentuh lemari besar yang memajang banyak hal tentang keluarga Sang ayah. Potret beku keluarga besar Sang Ayah serta Bunda. Potret hangat Thalia digendongan Uncle jordi yang entah berada dimana terlihat begitu memanjakan mata.
"Ini mimpi gak sih?"
Gumamnya lagi masih menuntut jawab pada semesta tapi hingga detik ini dia masih belum percaya meski semesta sudah memberinya jawab berulang kali. Matanya menatap langit-langit rumah berharap dapat menemukan keyakinan disana namun yang terjadi hanya air mata yang mengalir tanpa niat dia cegah.
Masih belum percaya bahwa dia berada disini, dirumah seorang Artis ternama, seorang pengusaha hebat dan pemilik tempat dia bekerja rasanya begitu tidak mungkin namun nyata adanya. Rasanya masih terasa hangat ketika gema suara Ayah mengajaknya untuk menginap dirumahnya.
.
Canda tawa terdengar begitu nyaman, tawa renyah milik Thalia mengudara bersama Betrand yang terus menerus menggoda tawa itu menguar. Lalu gema suara Ruben menginterupsi canda tawa yang sejak tadi mengudara membuat Betrand dan Thalia menatap kearah Ruben menunggu kata selanjutnya yang akan Ruben gaungkan."Kakak mau gak nginap dirumah Ayah?"Tanya Ruben.
Betrand mengerjap, mata kecilnya berkedip-kedip pelan masih tidak percaya dengan pertanyaan Ruben, dia takut salah dengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sempurnakan Cinta ✓
RandomAku pernah menyampaikan rasaku lewat aksara beku yang kuungkap dengan cinta... Hingga saat ini aksara beku itu masih menyimpan kenangan tentang cinta... Dan selamanya aksara beku ada untuk mengungkapkan cinta... Story tentang bagaimana seorang bocah...