Teror surat misterius

4K 712 28
                                    

Disclaimer: I do NOT own Harry Potter nor its universe, only ownership is Remianda and other additional characters!

Happy reading guyssss

○●○●○●○●○●○●                     ●○●○●○●○●○●○●○

     Hari-hari berikutnya surat-surat itu datang dengan jumlah yang tidak sedikit, sampai-sampai paman Vernon harus menutup jalan masuk surat dari rumahnya.

     Remianda dan Harry menonton aksinya menutup jalan masuk surat dari belakang pintu kamar mereka, mereka menutup kembali pintu kamar itu.

     “Dia benar-benar gila benar ‘kan?” Remianda menyandari punggungnya dengan lengan bersilang di depan dadanya. “Maksudku, jika itu hanya sebuah surat. Kenapa ia terlihat begitu takut? Apa menurutmu itu adalah surat wasiat milik kita?” tanyanya dengan binaran di kedua matanya.

     Harry mengindikkan bahunya, “seharusnya aku menyimpan dulu surat itu agar Dudley tidak melihat dan merebutnya dari kita. Maafkan aku.” Ucapnya dengan melihat ke bawah, sedih.

     Remianda membiarkan kepalan kecilnya menjitak dahi Harry, “apa kau terus saja ingin mengatakan maaf? Berhentilah, dan berharap saja surat itu berisi wasiat yang bisa kita pergunakan untuk menduduki keluarga Dursley. Aku bersumpah, jika itu sejumlah besar uang, akan kubeli rumah ini dan membuat Dursley menjadi pembantu di rumah mereka sendiri. Ahahahaah”

     Harry bersumpah, ia bisa membayangkan nafas naga yang beruap api ketika saudarinya ini tertawa dengan kejam akibat pemikirannya yang jahil namun kejam dan serius.  “Kendalikan dirimu sendiri, Remmy.”

     Hari-hari berlalu dan terror dari surat itu semakin menjadi-jadi, surat-surat itu bisa di temukan di dalam telur yang terus saja Petunia pecahkan, juga banyak burung hantu yang menyinggapi rumah mereka. Surat-surat juga tertumpuk di pintu luar rumah mereka dan lebih banyak lagi burung-burung hantu yang hinggap disana.

     Harry dan Remianda hanya bisa melihat surat-surat miliki mereka yang belum bisa mereka baca, di lempar ke dalam api yang membara oleh Vernon tanpa bisa melakukan apa-apa.

     Vernon tersenyum, ia menghela nafas dengan bangga, “Hari yang indah. Minggu.” Kedua matanya tidak fokus dan rambutnya tak serapi seperti dulu. “Menurutku, hari terbaik dalam seminggu. Apa kau tau kenapa, Dudley?” tanyanya pada anak laki-lakinya yang tengah bercengkrama dengan ibunya tentang kue.

    Dudley mengindikkan bahunya tak peduli.

     Harry menjawabnya, “Karena tak ada surat di hari minggu, paman Vernon?” ia menyodorkan kue kepada Vernon.

     “Kau benar, Harry” ia mengambil kue dari piring dengan senang. “Tak ada surat pada hari minggu. Ha!” ia berbicara sendiri dan Harry kembali berdiri di sisi Remianda yang baru saja terbangun dari tidurnya yang nyaman hanya karena bersandar di dinding.

     “Dia benar-benar sudah menjadi gila ‘kan?” ucapnya dengan menyandarkan kepalanya pada bahu Harry, mencoba untuk tertidur.

     Namun segera ia terbangun dengan kesal, “itu suara apa sih?” tanyanya dan mereka berdua dapat merasakan suara berguncang yang juga segera disadari oleh keluarga Dursley.

     “Tak ada satupun sur-“

    Kalimatnya terhenti, ketika sepucuk surat terlempar keluar dari perapian dan telak hampir mengenainya.

     Tanah rumah mereka berguncang, dan sejumlah besar surat-surat kiriman masuk tanpa henti, seperti serangan terrorist.

     “Tolong hentikan!” teriak Dudley dengan takut, sementara Vernon tak tau harus berbuat apa.

     “Tidakkah menurutmu kau harus mengambil sepucuk surat untuk kita berdua baca?’ bisik Remianda, mengingatkan Harry untuk bertindak.

     Harry mengangguk dengan seringaian lebar di wajahnya, ia menaiki meja dan berusaha untuk mendapati satu dari sepucuk surat itu.

     Segera setelah ia mendapati itu, ia berlari dengan kertasnya, membuat Vernon mengejarnya dan berteriak, “kembalikan padaku! Berikan surat itu padaku!”

     Harry mencoba untuk membuka kamar pintunya dalam kekacauan itu, ketika tangan besar milik Vernon menangkap tubuhnya yang mungil, “Minggir! Lepaskan aku!”

     Remianda, Dudley, dan Petunia berlari setelah mereka, mendapati Harry dan Vernon berada di lantai, dengan Harry berusaha melepaskan diri, dan Vernon yang berusaha untuk menahannya.

     “Ini suratku, lepaskan aku!” teriak Harry dan seketika penutup pada lubang penerima surat di pintu, terbuka, menyebabkan banyak lagi surat yang masuk.

     Remianda hanya bisa menyeringai dari telinga ke telinga, benar-benar terpukau dengan keadaan kacau yang terjadi di depan matanya.

     “Sudah!” Teriak Vernon dengan frustasi, “Kita akan mengungsi! Jauh ke tempat dimana mereka tak bisa menemukan kita!”

     “Papa sudah tidak waras, ya?” tanya Dudley pada ibunya.

     Remianda menatapnya dengan tidak percaya, “kau baru menyadarinya, keledai?”

Remianda Liliev Potter 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang