Pondok Hagrid dan seorang yang terasa familiar

3.8K 664 48
                                    

Disclaimer: I do NOT own Harry Potter nor its universe, only ownership is Remianda and other additional characters!

Happy reading guyssss

○●○●○●○●○●○●○●               ●○●○●○●○●○●○●○

     "Oof!"

     Thump!

     Remianda terduduk di tanah secepat ketika kedua kaki jellynya menginjak rerumputan hijau.

     Ia mengedipkan kedua matanya berulang kali, kepalanya teras berputar-putar dan rasa mual segera muncul.

     Remianda menggelengkan-gelengkan kepalanya berulang kali, tangannya memegang kepalanya yang begitu sakit. Samar, ia melihat dua figur -Hagrid dan Harry- tidak berada jauh darinya.

      "Kau tak apa, Remianda?" tanya Hagrid yang ternyata tengah memegangi Harry yang tengah memuntahkan isi makanannya di rerumputan hijau.

     "Sedikit pusing dan mual, tapi tak apa!" jawabnya dengan sedikit menaikkan volume suaranya.

     Ia menggeleng sekali lagi, sebelum berjongkok dan berdiri dengan hati-hati di kedua kakinya.

      Ia berkedip, berjalan pelan ke arah Hagrid dan Harry yang pucatnya hampir menyamai kulit pucat Remianda. Ia menepuk pundak Harry untuk membuatnya sedikit lebih baikan.

     Remianda menatap benda yang membuat mereka sampai seperti itu, sebuah piala. Ia menunjuk piala yang ada di tangan Hagrid itu, "Kau sebaiknya lebih hati-hati dengan benda sakral itu, Hagrid. Aku trauma."

     Hagrid terkekeh pelan. "Kalian akan terbiasa nantinya. Ini hanya Portkey, tunggu saja ketika kalian mulai mengenal apparate. Beneran, aku menyarankan kalian untuk tidak mengisi perut kalian."

     Apa yang lebih buruk dari piala kecil yang disebut portkey itu?

    Remianda dan Harry bergidik ngeri mendengar perkataan Hagrid. Namun segera berhenti ketika menatap sebuah rumah kayu kecil di tepi hutan dengan halaman hijau yang benar-benar luas.

     Hagrid tersenyum, "Well, Harry, Remianda. Selamat datang di pondok kecilku." Katanya dan menatap mereka. "Ayo, masuk. Aku ingin memperlihatkan rumahku dulu baru mengantar kalian ke kantor kepala sekolah."

.

     "Oh? Profesor Dumbledore!" Seru Hagrid yang terkejut melihat laki-laki berjenggot putih panjang tengah duduk di kursi dengan bermain-main dengan Fang, anjing penakut miliknya.

     Hagrid menoleh ke belakangnya, melihat Harry dan Remianda yang terlihat begitu mungil dari sudut pandangnya.

     "Kelihatannya kalian tidak perlu untuk pergi ke kantor kali ini." Ucapnya dan maju beberapa langkah ke dalam untuk membiarkan Harry dan Remianda masuk dan melihat Dumbledore duduk di ruang tamu. "Profesor Dumbledore sudah ada disini."

     Harry dan Remianda berkedip memandangi laki-laki tua dengan jubah merah yang terlihat besar dan berlapis-lapis tersenyum memandangi mereka dengan kacamata bulan sabit bertengger melindungi kedua matanya.

     "Terima kasih, Hagrid." Ucap Dumbledore yang berdiri dan pergi ke arah Hagrid. "Kau berbuat banyak untukku hari ini."

     "Sudah menjadi kewajibanku, Profesor. Aku merasa terhormat."

     Remianda memandang interaksi antara kedua orang dewasa itu. Ia mengernyit memandangi pria tua yang disebut-sebut Hagrid sebagai Profesor Dumbledore.

     Ia mendekati Harry dan berbisik, "Apakah kita pernah bertemu dengan pria berjenggot panjang ini?"

     Harry berpikir sejenak sambil memandangi Profesor Dumbledore sebelum menggeleng pada Remianda.

     "Bagaimana mungkin? Dia dan kita baru bertemu pertama kali ini hari." Jawab Harry dengan balik berbisik.

     Remianda mengindikkan bahunya, "Aneh, rasanya aku pernah melihatnya di suatu tempat. Dia terasa.. entah bagaimana familiar."

     Harry menepuk punggung Remianda dengan lembut. "Sudahlah.. mungkin itu hanya perasaanmu saja."

     Remianda mengangguk setuju akan pernyataan Harry. Meskipun ada bagian kecil di hatinya yang mempercayai bahwa Profesor Dumbledore ini.. entah bagaimana.. pernah bertemu dengan mereka.

     "Kalau begitu Profesor, aku akan meninggalkan kalian bertiga." Ucap Hagrid yang membuat Remianda tersadar dari pikiran naratifnya sendiri.

     Remianda menangkap cepat sekain baju Hagrid ketika ia berjalan melewatinya untuk keluar dari rumah miliknya sendiri.

     "Mau kemana Hagrid?" Tanyanya dengan was-was, khawatir jika Hagrid akan meninggalkan mereka dengan orang yang baru mereka temui sekarang.

     Hagrid terkekeh melihat kekhawatiran di wajah gemas Remianda. "Aku hanya akan memberikan makan para hewan di luar. Kalian akan baik-baik saja."

     "Tak perlu takut, anak-anakku. Aku tidak menggigit." Ucap Profesor Dumbledore dengan mengirimkan senyuman hangat pada Harry dan Remianda.

     "Lihat? Profesor Dumbledore hanya akan berbincang sedikit mengenai masalah sekolah kalian. Tak ada yang perlu ditakutkan."

     Remianda mendesah pelan dan melepaskan pegangannya pada Hagrid untuk membiarkannya keluar.

     "Ayo, duduklah. Buat diri kalian senyaman mungkin." Kata Profesor Dumbledore dengan mengambil tempat duduk di tempat yang ia duduki tadi sembari melambaikan tangannya di udara untuk mengundang dua kursi lainnya yang entah darimana datangnya.

     Harry menatap Remianda yang juga terpukau dengan sihir yang ada di depannya. Mereka berjalan perlahan dengan canggung dan duduk di dua kursi yang berada di depan Dumbledore.

     Dumbledore memandangi mereka dengan kerlipan di matanya yang seperti bermaksud akan sesuatu. Ia tersenyum,

    "Kalian benar-benar sudah bertumbuh. Terakhir kali kulihat kalian adalah saat dimana kalian masih terbalut dalam kain sebagai seorang bayi mungil." Katanya, "Aku mengucapkan selamat ulang tahun pada kalian berdua. Sebelas tahun... dan kalian tidak lama lagi akan masuk ke Hogwarts sebagai seorang murid."

     Remianda menatap Harry dengan tatapan yang seolah-olah berkata, 'Lihat 'kan? Sudah kuduga kita pernah bertemu dengan dia!'

     Harry tersenyum canggung dan Dumbledore melanjutkan perbincangan sepihaknya.

     "Bagaimanapun juga, aku memiliki beberapa hal yang harus dibicarakan kepada kalian berdua menyangkut kelangsungan kalian dalam sekolah..."

     Harry dan Remianda menjadi serius dengan tiba-tiba, merasa ada sesuatu yang sangat penting yang akan calon kepala sekolah mereka katakan tentang mereka.

     "Dengan memulai fakta penting bahwa... Remianda tidak bisa menggunakan nama keluarga Potter."

Remianda Liliev Potter 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang