Rahasia

3.7K 665 32
                                    


Disclaimer: I do NOT own Harry Potter nor its universe, only ownership is Remianda and other additional characters!

Happy reading guyssss

○●○●○●○●○●○●○●                ●○●○●○●○●○●○●○

     "Dengan fakta bahwa... Remianda tidak bisa menggunakan nama keluarga Potter."

     Kalimat itu membuatnya serasa terhenti. Ia tidak bisa mendengarkan suara teko dengan air yang mendidih, tak bisa mendengarkan gonggongan anjing hitam besar yang terlihat dari kedua matanya sendiri bahwa ia tengah mengeluarkan suara.

     Yang ia dengar hanyalah degupan jantungnya yang terasa kuat dan semakin kuat untuk memekakkan telinganya.

     Kini semuanya seperti terasa jelas dengan imajinasinya sendiri akibat kalimat itu.

     Apa ia bukan seorang Potter? Apa ibu dan ayah Harry bukanlah orang tuanya? Apa keluarga Dursley sebenarnya tidak memiliki sangkut pautnya dengan dirinya? Dan... apa.. Harry bukanlah kembarannya kalau begitu?

     Ia tidak bisa menahannya dan mengingat kembali bagaimana Bibi Petunia  akan selalu memberikannya tatapan jijik setiap kali ia melihatnya. ia kembali mengingat bagaimana Hagrid menahannya  untuk memperkenalkan dirinya. ia tak bisa menahannya dan terus saja mengingat hal-hal yang menyakitkan akibat kalimat itu.

     ia menggelengkan kepalanya yang tengah menunduk, ia bisa melihat bagaimana Harry berdiri dengan terkejut dan terlihat begitu marah pada Profesor Dumbledore.

     "A-apa maksud anda? Kenapa Remianda tidak bisa menggunakan nama keluarganya sendiri? Dia seorang Potter. kenapa dia—"

     "H-Harry tenang dulu." Sela Remianda sambil memegang pergelangan tangan Harry. "K-kita dengarkan dulu." Katanya dengan suara pelan.

     "Terima kasih, Remianda." Katanya dan memposisikan dengan benar cara ia duduk sementara Harry kembali dalam posisi duduknya, kali ini tangannya memegang erat tangan Remianda.

     "Mungkin pilihan dalam perkataanku salah hingga membuat kalian seperti bereaksi ini. Aku minta maaf."

     Remianda mengangguk namun ia berusaha untuk tidak meninggikan harapannya untuk berharap bahwa apa yang ia imajinasikan sungguh tidak akan menjadi kenyataan. Apapun yang terjadi, ia akan berusaha menerimanya itulah tekadnya ketika menatap Dumbledore langsung mata ke mata.
 
     Dumbledore terhenti sejenak menatap ke kedua mata hazel yang berbinar dengan air mata yang menolak untuk keluar.

    Tangannya bergerak ke dalam jubahnya dan mengeluarkan secarik surat putih bersih dengan cap merah bersimbol di tengahnya.

     "Mungkin, jika kalian membaca ini.. kalian akan mengerti maksudku." Katanya dan memberikannya pada Remianda.

     Entah kenapa, jantungnya berdegup dengan kencang memandangi surat putih yang kini berada di tangannya. Rasanya begitu familiar, namun ia tak bisa mengatakan rasa apa itu. Perlahan, membukanya dengan jari jemarinya yang sedikit gemetar.

     Ia membukanya dan mulai membacanya,

Teruntuk Profesor Dumbledore,

Kami menulis surat ini untuk berjaga-jaga jika saja bahaya mendatangi kami dan kami tak sempat untuk mengatakan rahasia yang telah kami pendam selama ini.

Remianda Liliev Potter

Adalah nama anak kedua keluarga kami. Saudari kembar Harry. Anak perempuan yang memiliki rambut merah menyala milik Lily dengan mata hazel milikku.

Aku tau kau pasti terkejut mendapati satu anak lagi yang akan mendatangi Hogwarts. Tapi kami tak bisa melakukan apa-apa selain menyembunyikannya, Profesor.

Kami melihat sesuatu di kedua matanya dan kami tau itu adalah pilihan yang terbaik untuknya. Percayalah kami juga tak ingin menyembunyikannya darimu ataupun dunia.

Hell, aku benar-benar ingin menyombongkan pada dunia betapa cantiknya putri kecilku dengan paras indah ibunya serta anak laki-lakiku yang benar-benar tampan sepertiku. Ah aku ingin sekali memperlihatkan mereka pada dunia.

Tapi, jika dunia tau akan dirinya, maka tanpa kata lain, masa kejayaan Voldemort akan bertahan benar-benar dalam waktu yang sangat lama.

Aku tak ingin bahaya menyentuh mereka. Aku dan Lily sudah bertekad untuk menjaga mereka sekuat yang kami bisa dan...

Menyembunyikan dirinya adalah hal yang terbaik untuk dilakukan. Setidaknya sampai dunia sudah benar-benar aman. Tak ada peperangan, penculikan, juga Voldemort dan antek-anteknya.

Dunia akan menjadi berbahaya baginya jika orang-orang mengetahui identitasnya. Anda akan mengerti jika anda mengetahuinya.

Jaga mereka untuk kami, Profesor...

Muridmu...

James & Lily

      Mereka tak berkata-kata, sejenak mereka lupa caranya untuk berbicara. Sejenak seperti ada gumpalan di tenggorokan mereka yang membuat mereka susah untuk membuka suara.

     "Aku harap kalian mengerti bahwa ayah dan ibu kalian menggunakan cara ini untuk melindungi kalian." Kata Dumbledore. "Aku cukup mengerti akan kekhawatiran orang tua kalian. Kalian akan benar-benar dalam bahaya jika dunia sihir tau ada dua anak bayi yang selamat dari insiden itu. Dunia akan menjadi kacau."

     "Lalu.. a-apa yang harus kita lakukan? A-apa Remianda tidak akan bersekolah disini? Apa ia akan dikembalikan pada Dursley?" Tanya Harry dengan khawatir.

      Dumbledore menggeleng, "tidak. Itu tidak diperlukan. Remianda sudah terdaftar di Hogwarts sejak dulu setelah aku tau kebenarannya. Kita hanya perlu untuknya tidak menggunakan nama keluarga Potter agar tidak menimbulkan banyak perhatian dari orang-orang."

     "Kalau begitu, Remianda hanya perlu mengganti nama keluarganya saja?"

     Dumbledore mengangguk pada Harry sebelum menatap Remianda.

     "Apa kau bisa melakukannya, Remianda?" Tanya Dumbledore. "Setidaknya jika bukan untuk dirimu, lakukanlah untuk pengorbanan kedua orang tua kalian."

     Remianda mendongak dan mengangguk pelan. Ia menarik nafas dan memberikan senyuman pada Harry yang menatapnya dengan khawatir sebelum menatap lagi pada Dumbledore dengan tatapan kuat dan penuh tekad.

     "Evans." Katanya, beruntung dapat mengingat nama belakang ibu mereka. "Apa aku boleh memakai nama ibuku sebagai penggantinya?"

Remianda Liliev Potter 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang