Akhir dari malam yang panjang

3.8K 491 33
                                    

Disclaimer : I Do NOT own Harry Potter nor its universe, only ownership is Remianda and other additional characters!

Happy reading guysss

○●○●○●○●○●○●○●                ●○●○●○●○●○●○●○

     Harry mengusap bekas lukanya dengan lembut, berusaha untuk menenangkan rasa sakit yang terasa disana setiap kali kakinya mengambil langkah untuk turun tangga.

     Ia melihat sosok berturban yang familiar berdiri di depan Cermin dari Erised.

     Ia tak mempercayainya. "Kau?" Quirell berbalik dan memandang Harry yang perlahan turun dari tangga. "Tidak, tidak mungkin. Snape, dia- Dia yang-"

     "Ya, dia memang tipenya, bukan?" sela Quirell. "Selain ia, kau akan mencurigai s-si g-ga-gap, m-m-m-alang, P-profesor Quirell?"

     Harry mengernyit, "Tapi hari itu, waktu pertandingan Quidditch, Snape mencoba untuk membunuhku."

     Quirell menggeleng, "Bukan, bocah. Akulah yang mencoba membunuhmu!" seru Quirell. "Dan percayalah bila saja jubah Snape tidak terbakar, sehingga aku harus mengalihkan tatapan, aku pasti berhasil. Walaupun Snape berusaha merapalkan ajian pamungkasnya."

     Harry terkejut. "Snape mencoba menyelamatkanku?" Beneran? Profesor ramuan yang sangat ia tidak sukai berusaha untuk menyelamatinya?

     "Sudah kutau dari awal kau akan membahayakanku, terutama sejak perayaan Halloween."

    Kedua alis Harry bertautan satu sama lain. Halloween? Bukannya itu hari dimana Hermione-

     "Kalau begitu kamulah yang membiarkan troll itu masuk!"

     "Bagus sekali, Potter. Benar." Ucap Quirell. "Snape, sayangnya, tidak bisa dibodohi. Selagi orang-orang berlarian di dungeon, ia pergi ke lantai 3 mendahului aku. Tentu saja, ia tak pernah mempercayai aku lagi." Katanya dan berbalik menatap Cermin, membuat luka Harry menjadi semakin sakit entah karena apa. "Ia jarang membiarkanku seorang diri. Tapi ia tak mengerti. Aku tak pernah seorang diri. Tak pernah."

     Quirell memandangi pantulan dirinya di cermin. "Sekarang, apa yang dilakukan cermin ini?" tanyanya pada dirinya sendiri. "Aku melihat apa yang kuinginkan. Kulihat diriku memegang sebuah batu. Tapi bagaimana caranya kuraih batu itu?"

    "Gunakan anak itu."

     "Kemari, Potter!" Teriak Quirell, mengagetkan Harry yang kebingungan mencari asal suara bisikan yang ia dengar. "Sekarang!"

     Harry berkedip, memilih untuk melangkah mendekati tempat berdirinya Quirell. Semakin ia mendekat, kedua alis Harry bertautan, bertanya-tanya apa yang Quirell lakukan disini sendirian hingga membuatnya bercucuran keringat.

     "Katakan padaku, apa yang kau lihat?" tanya Quirell dengan mencoba untuk mengelap keringat di wajahnya.

      Harry memfokuskan pandangannya pada cermin, terkejut melihat bayangan dirinya bergerak dan memperlihatkan batu merah mengkilap di tangannya dengan mengedipkan matanya setengah. Ia melihat bayangannya menaruh batu itu pada saku celana sebelah kanannya yang dengan sadar dan pelan ia sentuh. Ia cukup terkejut menyadari batu itu benar-benar ada di dalam sakunya.

     "Apa itu? Apa yang kau lihat?" tanya Quirell dengan tidak sabaran.

     "A-aku bersalaman dengan Dumbledore. Aku telah memenangkan Piala Rumah."

     "Ia berdusta."

     "Katakan yang sebenarnya! Apa yang kau lihat?" marah Quirell.

Remianda Liliev Potter 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang