Si kembar Weasley

2.8K 509 4
                                    

Disclaimer : I do NOT own Harry Potter nor its universe, only ownership is Remianda and other additional characters!

Happy reading guysss

○●○●○●○●○●○●                       ●○●○●○●○●○●○

     Harry tidak menerima kabar pemindahan cermin itu dengan baik. Remianda tau akan hal itu dengan jelas ketika ia melihat binaran di mata Harry terlihat meredup saat Dumbledore berbicara dengan mereka di malam itu.

      Namun ia tak pernah menduga jika hal itu akan berlangsung selama berhari-hari. Harry terlihat seperti kebahagiaannya telah dihancurkan di depan matanya.

     Setiap hari setelah malam itu, Ron harus bersusah payah agar Harry mau turun ke aula dan makan untuk menjaganya tetap hidup.

     Remianda berbagi pandangan dengan Ron yang memandangnya untuk meminta bantuan dari meja seberang dengan Harry yang masih terlihat begitu murung tanpa ingin menyentuh makanannya.

     Ia menggeleng dan menghela nafas pelan, tak bisa membantu Ron yang berada di meja seberang. Matanya melirik di meja para Profesor dan menemukan kepala asramanya yang tengah menatap ke meja Slytherin dengan intensif.

     Remianda menghela nafas.

     Malam itu, Dumbledore memutuskan untuk mengantarkannya ke asramanya dengan kejutan dimana kepala asramanya telah menunggunya di depan pintu dengan kedua tangannya terlipat di depan dada dan memasang ekspresi campuran antara jengkel, kesal, dan benar-benar tak suka.

     Singkat cerita, dengan sedikit kebohongan bantuan dari Dumbledore yang mengatakan bahwa ia tengah mendiskusikan sesuatu yang cukup penting berdua, kepala asramanya tak memberikannya hukuman apapun.

     Tapi!

     Itu bukan berarti ia melepaskan topik itu begitu saja. Kepala asramanya malah meningkatkan kinerja kerjanya dalam mengawasi semua anak Slytherin yang tinggal di Hogwarts saat liburan. Terlebih lagi pada Remianda, si pembuat masalah.

     Dan disinilah dia, duduk di meja Slytherin dengan bermain-main dengan kedua jari-jari tangannya meskipun ia sudah selesai makan. Ia tak memiliki keberanian untuk menghampiri meja Griffindor hanya karena seseorang terus saja memperhatikan gerak-geriknya seperti penjahat.

     Membosankan, pikirnya sebelum tersentak di tempat duduknya kala suara gebrakan di meja dan dua anak laki-laki berwajah sama dan berambut merah yang tengah menyeringai memutuskan untuk duduk di depannya. Di meja Slytherin.

     Remianda mengenal mereka. Fred dan George Weasley. Kakaknya Ron, yang pernah juga bertemu dengan dia dan Harry saat berada di stasiun kereta. Ia juga mengingat bagaimana seruan "Boooo!" mereka pada anak-anak tahun pertama yang disortir di Slytherin. Mereka tak menyukai Slytherin, benar-benar tak menyukai. Jadi, kenapa mereka duduk di hadapan seorang Slytherin di meja Slytherin pula?

     "Eits! Shush!" Seru salah satu dari mereka yang duduk di sebelah kiri dengan jari telunjuknya berada di udara, menghentikan mulut Remianda untuk menanyakan perihal dan maksud keberadaan mereka disini.

     "Sebelum kau mempertanyakan kami berdua disini.. kami tentunya harus memperkenalkan diri kami dengan sopan, tentunya." Kata anak yang berada di sisi sebelah kanan.

     "Perkenalkan, namaku Fred. Fred Weasley. Dan dia-" Anak di sisi kiri itu menatap kembarannya untuk melanjutkan.

     Anak di sisi kanan itu mengangguk dan membuka mulutnya, "George. George Weasley."

     "Kami anak kembar dari keluarga Weasley!" Seru mereka bersama-sama.

     Remianda berkedip, terlalu terkejut dengan seruan yang tiba-tiba seperti itu. Menatap Fred dan George yang memiliki senyuman di wajah mereka, ia berdeham.

     "Jadi? Apa kalian butuh sesuatu disini?" Tanyanya dengan tidak bermaksud kasar.

     Mereka berdua menggeleng dengan bersamaan sebelum Fred menatapnya dengan senyuman hangat.

     "Bukan kami yang butuh sesuatu,"

     "Tapi, kau." Sambung George melengkapi kalimat kembarannya.

     Remianda mendengus geli, bibirnya melengkung menjadi seringaian kecil.

     "Aku? Kelihatannya aku tidak butuh sesuatu disini. Apa yang membuat kalian berpikir seperti itu?"

     "Mudah saja. Kau kelihatan ingin pergi dari tempat ini secepat mungkin namun terlalu canggung untuk itu."

      "Kami bisa membantumu. Sebagai kesan pertama."

     Dari sini, Remianda mulai sadar akan sesuatu yang terkait dengan kemampuan mereka sebagai kembaran. Fred dan George selalu berbagi kalimat dan pendapat, dimana sejauh yang ia dengar, Fred selalu membuka percakapan dan George menutupnya dengan sempurna. Benar-benar 2 sejoli.

     "Bagaimana? Kau terima?" Tanya Fred

     "Percayalah, hal ini patut untuk dicoba sekali seumur hidup." Kata George dengan mengedipkan sebelah matanya dengan jahil.

      Iya adalah kata yang ingin ia ucapkan untuk jawaban atas tawaran menggiurkan dari si kembar. Ia ingin menerima tawaran itu dan pergi bersama dengan si kembar. Namun, hal tidak akan menjadi semudah itu.

     Remianda yakin dan percaya bahwa mereka entah bagaimana akan berakhir dengan sebuah masalah. Jadi, ia tidak bisa mengambil resiko untuk menambah daftar hitam di catatan milik kepala asrama yang menginginkannya untuk keluar dari Slytherin. Ha!

      "Maaf, tapi aku tak bisa. Aku tengah merefleksikan diri, kalian lihat." Katanya dengan mengirimkan senyuman kecil dan tatapan menyesal sebelum melirik ke arah meja guru untuk membuat Fred dan George menyadari situasinya.

     Fred dan George menganggukkan kepala mereka kecil ketika menyadari situasi Remianda.

      "Lain kali kalau begitu, Evans." Ucap Fred dengan berdiri dari tempat duduknya diikuti oleh George.

     "Jangan sungkan untuk memanggil kami jika kau sudah selesai dengan 'merefleksikan dirimu'." Imbuh George dengan mengedipkan matanya dengan jahil.

     Fred terkekeh pelan dengan menggelengkan kepalanya, ia menarik lengan George. Dan mengirimkan senyuman kecil pada Remianda sebelum menyeret George untuk pergi dari sana.

     'Apa yang baru saja terjadi disini?!'

Remianda Liliev Potter 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang