Dunia sihir

4.1K 692 31
                                    

Disclaimer: I do NOT own Harry Potter nor its universe, only ownership is Remianda and other additional characters!

Happy reading guyssss

○●○●○●○●○●○●○●               ●○●○●○●○●○●○●○

     “Siswa tahun pertama membutuhkan 3 set pakaian. Satu tongkat sihir.” Harry mendongakkan kepalanya menatap Hagrid, berusaha untuk melihat apakah itu lelucon.

     “Itu peralatan yang penting, Harry.”

     Harry mengangguk kecil, “sepasang sarung tangan kulit naga.” Ia lagi-lagi mendongakkan kepalanya kepada Hagrid.

     “Hagrid, apakah yang dimaksudkan mereka ini seekor naga sungguhan?”

     “Yah, mereka tidak berbicara tentang penguin ‘kan?” Ia terdiam sejenak “aku menyukai naga.”

     “Kau ingin seekor naga.” Ucap Remianda yang sudah kembali dari tidur enaknya di bangku kereta, dan bahu Harry.

     “Senang melihatmu kembali, Remianda. Tidurmu cukup damai kelihatannya.” Ucap Hagrid yang senang melihat penyihir cilik itu bergabung dengan percakapan mereka.

     “Dan ya, aku mengingini naga. Banyak yang salah paham tentang binatang itu.” katanya dengan suara pelan, namun mengangguk dan tersenyum pada wanita yang berada di satu kereta dengan mereka.

     Remianda mengangguk dan tersenyum lembut seraya mengusap matanya.

     "Aku juga menyukainya."
    
.

     “Semua siswa harus dilengkapi dengan sebuah kuali ukuran 2. Dan boleh membawa kalau mereka ingin, seekor burung hantu, seekor kucing, atau seekor katak.” Baca Harry dari suratnya.

     “Apa kita bisa menemukan semua ini, Hagrid? Di London?” tanya Remianda dengan penasaran.

     Hagrid mendekati mereka berdua, “jika kau tau tempatnya.”

     Remianda menatap bangunan berwarna hitam yang ia yakin sebagai tempat minum-minum atau tempat perkumpulan, ia melihat Hagrid berjalan mengarah kesana. “Beneran nih? Kau tidak berencana untuk menjual kami ‘kan Hagrid?” tanyanya dan sontak membuat Hagrid berhenti tepat sebelum ia membuka pintu tempat itu.

     “Astaga, Remianda!” Kaget Hagrid, “Apa yang kau pikirkan tentangku?”

     Remianda mengindikkan bahunya tak peduli, “Guruku mengajariku kalau sebenarnya tidak bagus untuk mengajak anak-anak ke tempat asing.”

     Hagrid menggelengkan kepalanya, “Ini hanya jalan menuju tempat pembelian saja, Remianda. Tak perlu takut. Namanya Leaky Cauldron. Kau akan sering kesini, kalau ingin membeli perlengkapan sekolahmu” Ucapnya dan segera masuk kesana, dengan Harry yang memegan tangan Remianda.

     Tempat itu remang-remang, dan Remianda berusaha sekali untuk menyembunyikan dirinya di belakang Hagrid sementara tangannya di pegang oleh Harry ketika mereka berjalan.

     “Ah, Hagrid!” panggil seorang pria yang Harry percaya adalah pemilik tempat itu. “Seperti biasanya, yah?”

     Hagrid tersenyum, “Tidak, terima kasih, Tom. Aku tengah menjalankan tugas resmi dari Hogwarts.” Ia menepuk Pundak Harry yang berada di sampingnya. “Menolong Harry disini untuk membeli perlengkapan sekolahnya.”

     Pemilik bar itu pun menatap Harry dengan tidak percaya, “Terberkatilah aku. Itu ‘kan Harry Potter!”

     Musik dan tawa di ruangan itu berhenti, ketika mendengarkan nama Harry Potter. Semua kepala menoleh menatap Harry dan Hagrid. Salah seorang yang duduk dekat dengan Harry segera berdiri dan menyalaminya, “selamat datang, Tn. Potter. Selamat datang kembali.”

     “Doris Crockford, Tn. Potter.” Ucap salah satu wanita di depan mereka, ia menyalami Harry. “Akhirnya aku bisa berjumpa dengan anda, Tn. Potter.”

     “Harry.. Potter.” Harry menatap pria bertuban ungu yang datang menghampirinya. “Betapa senangku berjumpa dengan anda.”

     “Ah, Halo Professor. “Salam Hagrid. “Tadi aku tak melihat anda.”

     Remianda memiringkan kepalanya dengan bingung, Ia meremas tangan Harry untuk merebut perhatiannya. “kenapa Hagrid tidak menyadari pria ini? Maksudku, tidakkah kau merasakan aura kuat ketika masuk disini?”

     “Harry, kenalkan ini Professor Quirell. Ia mengajar Ilmu bela diri terhadap ilmu hitam.” Kata Hagrid, merebut perhatian Harry sebelum ia bisa berkomentar tentang perkataan Remianda.

     “Oh, Senang bertemu dengan anda.” Ia menahan tangannya di udara, namun Quirell hanya menatapnya dengan gugup.

    “M-mata pe-pelajaran y-yang s-sangat mem-mempesonakan.” Ia menatap Harry. “t-tapi k-ka-u ta-k per-lu i-ilmu it-u e-h, Po-tter.” Ucapnya dengan susah, karena kondisinya yang terbata-bata.

     Quirell menyadari kehadiran anak kecil dengan rambut berwarna merah itu, ia tersenyum. “Siapa kau, anak kecil?”

    “Aku—"

     “Quirell!” Hagrid memotong perkenalan Reimanda dengan cepat dan agak panik “Ya! Oh, aku harus jalan sekarang. Banyak yang harus di beli.” Ucapnya dengan tawa canggung di akhirannya.

     “Selamat tinggal.” Ucap Harry pada Profesor Quirell sebelum menggesturkan Hagrid untuk mengikutinya.

      Remianda tersenyum kepada Quirell meskipun ia kebingungan setengah mati kenapa Hagrid memotonng perkenalannya.

     “Lihat ‘kan, Harry? Kau terkenal.” Kata Hagrid dengan berjalan keluar dari bar tersebut ke ruangan terang dengan dinding di hadapannya. Ia mengeluarkan payungnya sihirnya.

      “Tapi kenapa aku jadi terkenal, Hagrid?” tanya Harry mengikuti Hagrid dan memegang tangan Remianda bersamanya. “Orang-orang itu, bagaimana bisa mereka mengenalku? Dan kenapa hanya aku? Bukankah Remianda dan aku saudara kembar? Mereka seharusnya bisa mengenalnya.”

     Remianda menyilangkan lengannya di depan dadanya secara spontan. “Kenapa kau memotong perkenalanku, Hagrid?” tanyanya dengan suara yang sebisa mungkin ia nadakan biasa.

     “Er..” Hagrid tak menatap mereka, dan Remianda bisa mengetahui dirinya memiliki perkelahian batin saat ini.

      Ia menghela nafas, “Kurasa aku bukan orang yang tepat untuk memberitahukannya, Harry, Remianda.”

      Sebelum ia mengetukkan payungnya di dinding bata dengan beberapa symbol.

     Dinding batu bata itu bergerak, membuat Harry dan Remianda melebarkan kedua mata mereka.

     Dinding batu bata itu bergerak mengosongkan bagian tengah yang memperlihatkan pemandangan ramai penuh halayak di kedua mata masing-masing si kembar.

     “Selamat datang, di Diagon Alley.”

Remianda Liliev Potter 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang