Disclaimer: I do NOT own Harry Potter nor its universe, only ownership is Remianda and other additional characters!
Happy reading guyssss
○●○●○●○●○●○● ●○●○●○●○●○●
“Aku tak mempercayai ini, kita diajak ke kebun binatang oleh mereka. Wow, sungguh bijak.” Ucap Remianda dengan sarkastik.
“Bersikap yang baik pada mereka, Remmy. Bibi Peg tengah sakit, dan mereka tidak tau harus mengirim kita kemana.” Ucap Harry, memberikan alasan kenapa mereka ikut dengan keluarga Dursley.
“Ya,ya,ya. Aku lebih berharap untuk sehari bersama dengan bibi Peg dan kucing-kucingnya, daripada harus melihat wajah bokong milik sepupu tercinta.” Ucapnya dengan menatap Bibi petunia dan Dudley yang berada di depan mereka.
“Kita akan menikmati suasana di kebun binatang. Aku sudah lama menanti ini.” Ucap bibi Petunia dengan mendahulukan Dudley untuk masuk ke dalam mobil sebelum dirinya.
Sebelum bisa masuk, kedua anak itu ditarik kembali oleh tangan besar yang sudah biasa memukuli mereka. Vernon menatap mereka dengan tangan kanannya yang memegang kunci mobil.
“Aku peringatkan kalian berdua, jangan ada sekalipun hal macam-macam yang terjadi atau kalian berdua tak akan mendapat makanan selama seminggu. Kalian mengerti?”
Remianda mendecih, “Apa kau sungguh-sungguh berpikir kami akan mengacaukan perjalanan ini?” tanyanya dengan kesal, namun sesegera mungkin menyeringai lebar dengan kerlipan jahil di kedua mata hazel lembutnya. “Namun, tentu saja kami akan sangat menikmati perjalanan kebun binatang ini.”
Vernon menggerutu marah, “Kuperingatkan baik-baik, Remianda. Jaga. Sikapmu.” Tekannya dan membuat Remianda mendengus geli.
“Kau bukan ayahku, paman.”
Wajah Vernon memerah, tangannya terangkat dan menampar Remendia dengan keras. “Jangan berbicara kasar padaku, gadis kecil. Aku tak akan segan-segan.” Ancamnya. “Sekarang, masuk atau kutinggalkan kalian berdua.”
.
“Suruh ia bergerak.” perintah Dudley yang dengan bosannya melihat ular pyton yang tengah beristirahat di kandang kacanya.
Paman Vernon mengangkat kepalanya dari koran yang ia baca, dan segera mengetukkan kepalannya di kaca dengan sedikit keras.
“Bangun!”
Dudley tidak sabaran, dengan kasar dan keras ia mengetukkan kepalan pada dinding kaca itu, “Bangun!”
“Dia lagi tidur!” ucap Harry, merasa kasihan dengan gangguan Dudley pada ular itu.
Remianda mendecakkan lidahnya dengan begitu banyak ketidaksukaan, kedua tangannya lagi-lagi terlipat di depan dadanya. “beneran, bahkan Harry yang matanya minus saja bisa melihat bahwa ia sedang tertidur.” Ucapnya dengan kesal.
Dudley mendorong dirinya dengan kasar sebelum pergi, “Dia membosankan!”
“Aish! Dasar keledai!” seru Remianda dengan membersihkan bajunya dari bekas tangan Dudley, ia kembali menatap ular itu sebelum Harry mencoba untuk berbicara dengan ular itu.
“Maaf soal dia.” Ucap Harry, “dia tak pernah mengerti rasanya tinggal disini berhari-hari.”
Remianda mengangguk setuju, “Apalagi harus melihat wajah-wajah jelek menempel di kaca untuk sekedar menganggumu saja.” ucap Remianda yang segera membuat Harry menyenggolnya dengan lengannya dan membisikkan, “Bersikap baik, Remmy.”
“Aku selalu baik, Harlet.” Ucapnya dengan memakai nama Harlet, setiap kali Harry memanggilnya Remmy. Seperti nama panggilan rahasia. “Aku cukup baik untuk memahami perasaan ular itu, benar ‘kan ular?” tanyanya dan dengan terkejutnya, ular itu merespon mereka dengan menggerakkan kepalanya.
Mata mereka membesar.
“kau bisa mendengar kami?” tanya Harry dengan tidak percaya.
Ular itu mengangguk sembari mengangkat tubuhnya ke udara.
“Kami tak pernah berbicara dengan ular sebelum ini.” Ucap Harry lagi. “Um, apakah kau.. pernah berbicara pada manusia sebelumnya?” tanyanya.
Ular itu menggeleng.
“Keren! Kurasa kita benar-benar punya sihir, Harry!” Seru Remianda dengan menggerakkan tubuh Harry dengan semangat. Ia menatap ular itu dengan binaran di matanya, “Kau dari Burma ‘kan? Apa kau menyukai tempat itu? Bagaimana disana?” tanyanya.
Ular itu mengarahkan kepalanya pada papan yang menuliskan keterangan tentang ular itu.
Di besarkan di kandang.Harry dan Remianda merasa kasihan dengan ular itu. Itu artinya ular itu tak memiliki keluarga.
“Ah, maafkan aku. Kami juga seperti itu, lahir tanpa mengenal orang tua kami.” Ucap Harry dengan kesedihan yang bisa di rasakan oleh Remianda.
Dengan cepat, Remianda merangkul pundak Harry, untuk memperlihatkan kedekatan mereka berdua pada ular itu. “Tapi tak apa. Kami akan selalu ada untuk satu sama lain. Kami kembar, kau tau. Entah siapa yang lebih dulu lahir.”
“Ma, Pa, cepatlah kemari! Kau tak akan percaya apa yang dilakukan ular ini!” seru Dudley dengan mendorong Remianda dan Harry sampai terjatuh di lantai. Ia menempelkan wajahnya di kaca untuk melihat ular itu.
“Ouch!” Remianda memegang tangan kirinya, terlihat kesakitan akibat jatuhnya mereka. “Kau tak apa?” tanya Harry dan melihat ekspresi kesakitan Remianda, seketika ia menjadi marah, dan menatap Dudley yang terus saja menempelkan wajahnya di kaca.
Dengan seketika, sesuatu yang ajaib terjadi. Kaca yang melindungi ular yang berada di dalam menghilang seketika, membuat Dudley berseru kaget dan terjatuh dalam kolam air di kandang itu.
Harry dan Remianda melebarkan mata mereka dan termangu menatap kejadian itu sementara ular besar itu mencari jalan keluarnya dengan santai. Harry segera menaruh Remianda di belakangnya ketika ular besar itu keluar dari kandangnya. Ular itu menatap mereka, “Trimss” ucapnya dan membuat kedua mata masing-masing mereka melebar lebih besar.
“Sama-sama” ucap Harry.
“Semoga kau menikmati Burma!” ucap Remianda dan ular itu menganggukkan kepalanya sebelum pergi bergerak dengan perut, mencuri banyak perhatian orang yang dengan cepat berteriak dan lari dari sana.
Remianda dan Harry tersenyum, mengatakan dalam diam bahwa ini adalah kejutan yang indah di kebun binatang.
Mereka mendengar gedoran di kaca, “Ma! Mama!” seru Dudley memanggil ibunya ketika ia menyadari dirinya terperangkap disana. Petunia menoleh, dan berteriak ketika mendekati wajahnya di kaca seperti yang Dudley lakukan, namun lebih panik lagi.
“Sayangku, Dudley! Anakku! Bagaimana kau bisa masuk kesana?!”
Kedua kembar itu tertawa, menyeringai telinga ke telinga, namun belum sempat bercerita, mereka menangkap tatapan sinis dari Vernon.
Dan, disitulah Remianda menghela nafas, dan Harry berhenti untuk tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remianda Liliev Potter 1
FanficBagaimana jika anak dari keluarga Potter yang terkenal tidak hanya satu yaitu seorang Harry Potter, anak yang hidup? Bagaimana jika Lily dan James Potter memiliki seorang lagi anak dan Harry James Potter memiliki kembaran yang tidak diketahui oleh...