Surat misterius di pagi hari

4.2K 728 4
                                    

Disclaimer: I do NOT own Harry Potter nor its universe, only ownership is Remianda and other additional characters!

Happy reading guyssss

○●○●○●○●○●○●                         ●○●○●○●○●○●○

     “Senyum!”

     Kilat cahaya dan bunyi CEKREK membuat Remianda tersentak bangun. Ia selalu lelah, dan selalu tertidur jika ada kesempatan, bahkan di saat berdiri ataupun duduk, dan punggung Harry adalah pemandangan yang selalu ia lihat setelah ia membuka matanya.

     Harry selalu mengerti untuk menyembunyikannya dengan baik di kala ia tidak ingin terlihat oleh siapapun. Ia selalu siap di depan Remianda ketika ia mengistirahatkan kedua matanya di sembarang tempat.

     Kedua matanya menatap menuju bagian lain dari rumah itu, sesuatu yang merah dan bulat, Dudley dengan seragam sekolah yang baru.

     “Lihatlah dia, seminggu lagi ia akan mulai bersekolah di Smelting.” Ucap Petunia, dan Remianda berjalan ke samping Harry, dan memegang tangannya.

     “Smelting.. terdengar seperti sesuatu yang bau.” Bisik Remianda di telinga Harry, membuatnya tersenyum kembali.

     “Ini adalah saat yang membanggakan dalam hidupku.” Seru Vernon dengan bangga.

     “Haruskah aku dan Remianda memakai seragam itu juga?” tanya Harry dengan tiba-tiba.

     Keempat kepala menoleh pada Harry dengan spontan.

     Keluarga Dursley hanya tertawa, dan Remianda menatapnya dengan menganga tidak percaya.

     “Kalian? Bersekolah di Smelting?” ulang Petunia

     “HAH!” seru Vernon

     Ketiga anggota Dursley itu tertawa renyah.

     “Beneran Harry, kau ingin sekolah disana? Di Smelting?” ulang Remianda, “sekolah yang terdengar bagiku -sesuatu hal yang bau- kau ingin kita kesana? Menjadi sekumpulan orang-orang bau? Tidak. Tidak terima kasih.” Remianda mengibaskan tangan kanannya di udara.

     Tawa mereka berhenti, digantikan dengan ekspresi ketidaksukaan.

     “Jangan pernah bermimpi untuk sekolah disana.” Ucap Petunia kembali ke dapur, diikuti keduanya. “Kalian akan bersekolah di sekolah negara, dan kalian akan memakai ini setelah aku selesai mewarnainya.” Katanya dengan mengecek baju yang tengah di panaskan di air panas.

     “Lebih baik daripada sekolah bau, Harry” bisik Remianda.

     Harry mengangguk, namun perhatiannya diambil alih oleh pakaian bekas milik Dudley. “Tapi, itu seragam bekas milik Dudley, itu begitu besar untuk kami berdua.”

     Remianda menghela nafas, “Beneran, apa kalian sebegitu miskinnya untuk tidak membelikan kami pakaian yang layak? “ tanyanya.

     Petunia menatap mereka berdua, penjepit panas segera memukul lengan gadis mungil itu, ia tersentak kecil tanpa suara, namun ia tidak berusaha menjauh ataupun menangis, ia hanya memiliki ekspresi kosong dengan kedua mata hazelnya menatap bibinya.

     Terlalu terbiasa dengan tingkah laku kasar bibinya.

     “Bodoh, aku tak ingin mendengarmu untuk berbicara lagi.” Ancamnya, “dan ya, kami tak ingin menghabiskan uang kami pada kalian. Dan sekarang, ambilkan surat-surat yang masuk. Cepat!”

     Harry menatap Remianda, “aku akan segera kembali.”

     Remianda mengangguk, dan melihat Harry pergi ke depan untuk mengambil surat-surat yang dikirimkan pada mereka.

     Remianda melihat Harry kembali, ia mengerut kala melihat Harry yang begitu terpaku dalam membaca alamat surat, hanya memberikan beberapa surat di meja paman mereka, dan memegang dua surat di tangannya, sambil ia membacanya terus.

     Ketika ia ingin membukanya, Dudley menangkapnya dengan tangannya, “Pa, lihat! Harry mendapat surat! Oh, dan Remianda juga!” ucapnya.

     Kedua alis Remianda terangkat. Surat untuk mereka berdua? Tapi, tak ada yang mereka kenal, jadi, tak mungkin untuk mereka mendapatkan surat.

     “hey, kembalikan. Itu milikku dan Remianda!” pinta Harry.

     Vernon tertawa, keluarga kecilnya datang dengan pelan ke sisinya untuk membacanya. “milikmu? Memangnya siapa yang ingin menyurati kalian?” tawanya berhenti ketika ia membalikkan kedua kertas yang ambigu itu, ia sepertinya tau akan surat itu, dimana ia bertukar pandang dengan istrinya, Petunia.

     Remianda berjalan ke sisi Harry, ia merangkul lengan Harry dan berbisik, “apa yang terjadi, Harry? Apa kita benar-benar dapat surat?” tanyanya dan Harry mengangguk.

     “Aku melihat namaku disana dan namamu di surat lain. Aku baru saja ingin membacanya ketika Dudley merebutnya dariku.”

Remianda Liliev Potter 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang