Perbincangan Malam

3.5K 599 37
                                    

Disclaimer: I do NOT own Harry Potter nor its universe, only ownership is Remianda and other additional characters!

Happy reading guyssss

○●○●○●○●○●○●                 ●○●○●○●○●○●○●○

      Perjalanan mereka begitu hening, Remianda bisa merasakan sedikit perubahan aura oleh profesornya yang berjalan cepat namun sedikit pincang itu, namun ia masih saja hampir ketinggalan.

      Ia berdeham pelan untuk mengetes suaranya sebelum melirik dengan ragu-ragu wajah Profesornya. "P-Profesor?" panggilnya.

      Dan seketika Severus berhenti. "Ya, Nn. Evans?" responnya dengan begitu dingin dan tanpa nada sama sekali.

      Remianda menelan ludahnya, "Eh-em, aku hanya berpikir, apa anda tidak apa-apa?" tanyanya dan segera di berikan tatapan oleh Severus. "M-maksudku, d-darahmu menetes di j-jalan, profesor." Tambahnya dengan menunjuk jejak-jejak darah segar yang ada di sepanjang lantai, dan itu bukan punyanya.

      "Ini bukan urusanmu, Nn. Evans." Bentaknya. Ia lalu mengeluarkan tongkatnya dan segera menghilangkan jejak-jeak darah itu dari lantai. "Sekarang, ikut aku." Katanya dan segera berjalan kembali dengan Remianda di belakangnya seperti tahanan.

.

      Remianda menelan ludahnya ketika ia memasuki ruangan kantor dari kepala rumahnya itu. Ia mendengarkan pintu yang tertutup dengan keras itu oleh tongkat sihir milik Severus.

      Ia berjalan mengikuti Profesornya, sampai akhirnya terundur kembali ketika Profesornya berbalik dengan cepat ke arahnya.

      "Katakan padaku, Nn. Evans.." Katanya dengan suara dingin, "Kenapa kau tidak berada saat makan malam Halloween di aula? Dan kenapa kau malah berada bersama dengan 3 anak Griffindors?"

     Remianda menelan ludahnya, "A-aku tengah pergi ke toilet, Profesor." Katanya dengan menatap Severus.

      "Dan?"

      "Aku mendengar Hermione menangis disana, d-dan memutuskan untuk membujuknya keluar untuk pergi ke aula, Profesor." Jelasnya dengan suara pelan.

      Severus mendecakkan lidahnya dengan kesal namun tak terlihat oleh anak berambut merah yang tengah menundukkan kepalanya dengan rasa bersalah.

      Ia mau tak mau dapat melihat kembali kesamaan dari anak ini dan Lily, mantan sahabatnya. Tak hanya rambut dan perawakannya, ia juga diingatkan kembali dengan sifat baik hati milik Lily pada anak yang membawa nama belakangnya ini.

      Ia tak akan kaget jika nantinya ia menemukan bahwa anak ini adalah saudara jauh dari Lily Evans.

     "Dan kenapa kau tidak segera pergi ketika mendapati sebuah Troll disana? Kukira dengan badan kecilmu itu kau bisa dengan leluasa pergi dari sana."

      Remianda mendongakkan kepalanya dengan tiba-tiba, membuat Severus mau tidak mau menatap dengan sekilas wajah Lily lagi disana.

      Severus menaikkan alisnya untuk menyembunyikan keterkejutannya.

      "Dan meninggalkan temanku sendirian, Profesor?" tanya Remianda dengan keberanian. "Aku tidak bermaksud untuk menyinggungmu, Profesor. Tapi, aku tak akan meninggalkan temanku meski dalam keadaan susah sekalipun."

      Severus mendecih, "Dan membiarkan nyawamu menjadi bahan taruhan? Apa kau ini Griffindor yang tidak punya otak dan selalu berpikir begitu naif?"

      "Tidak. Aku ini Slytherin. Slytherin yang tidak akan meninggalkan temannya yang tengah dalam kesusahan."

      "Tapi kau berakting seperti layaknya seorang Griffindor!" Severus mendekati Remianda. "Seorang Slytherin tidak akan meninggalkan temannya dalam keadaan susah, iya. Tapi, untuk informasimu, Nn. Evans, kami Slytherin bukanlah seorang Griffindor yang dengan bodohnya dan tanpa berpikir selalu saja melompat ke dalam bahaya untuk menyelamatkan seorang teman. Kami memakai otak untuk berpikir."

Remianda Liliev Potter 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang