Draco Malfoy

3.3K 492 2
                                    

Disclaimer : I do NOT own Harry Potter nor its universe, only ownership is Remianda and other additional characters!

Happy reading, guyssss

○●○●○●○●○○●○● ●○●○●○●○●○●○●

     Bulan Desember berlalu dan semester baru dimulai. Hogwarts diramaikan kembali oleh anak-anak dengan wajah bahagia berjalan kesana kemari bercerita bagaimana liburan mereka bersama keluarga masing-masing.

     Remianda mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru dalam aula dari tempat duduk di meja Slytherin.

     Ia tersenyum memandangi pemandangan ramai yang menghangatkan hatinya. Memang, ia bukan seorang yang menyukai keramaian, namun ia sungguh merindukan bagaimana meja-meja terisi dengan para murid Hogwarts.

     Harry juga terlihat sudah baikan dari berita cermin erised itu. Ia sudah tidak terlihat begitu murung dan lebih terlihat frustasi dengan tugas-tugas yang diberikan setiap Profesor mata pelajaran.

     Senang rasanya melihat semuanya terlihat baik-baik saja.

     "Bukankah ini bagus? Ah, aku benar-benar merindukan pemandangan ini semenjak Desember." Katanya dengan mencoba untuk lebih menikmati hari-harinya dengan keramaian di Hogwarts.

     Remianda mendengar Nadien mendecih pelan di sampingnya. Gadis itu terus terlihat cemberut sembari mengerjakan tugasnya di meja.

     Remianda tersenyum kecil melihat kelakuan temannya itu. "Ada apa? Apa kau butuh bantuan dengan tugasmu?"

     Nadien mendecih dan memalingkan wajahnya untuk memperjelas pada Remianda kalau ia tak ingin berbicara dengannya.

     Remianda menghela nafas, "Apa kau masih marah padaku soal tidak menuliskan surat untukmu?" Tak ada jawaban sama sekali. "Atau apa kau masih marah karena aku menolak tawaranmu untuk menghabiskan natal di rumahmu?"

     "Dua-duanya!" Seru Nadien dengan tiba-tiba sambil berdiri. Membuat banyak pasang mata menatapnya akibat seruannya itu.

     Remianda berdiri dan menutup mulut Nadien dengan tangannya dan menariknya untuk kembali duduk dengan tenang sambil tersenyum canggung pada murid-murid yang mendengar suaranya.

     Namun, perhatian murid-murid itu langsung teralihkan pada sosok Neville yang masuk ke dalam aula dengan melompat-lompat menuju ke meja Griffindor.

     Remianda melepaskan tangannya pada mulut Nadien dan memandang ketiga temannya yang tengah berbicara dengan Neville dan kemudian Seamus berdiri dan meninggalkan mereka setelah mengatakan sesuatu pada Neville.

     "Ah, anak yang malang." Komen Nadien yang sudah kembali ke sikap anggun miliknya.

     Komentarnya itu membuat Remianda menatapnya dengan bingung.

     Nadien merapikan rambut hitamnya dan memangku dagunya dengan elegan. "Anak Griffindor itu harus mulai belajar untuk melawan kembali atau ia akan terus menjadi korbannya Malfoy."

     Remianda menatapnya dalam waktu yang lama tanpa mengatakan apa-apa.

     "Kenapa?" tanya Nadien, "Aku hanya kasihan pada anak Griffindor itu. Apa tidak boleh?"

     Remianda menggelengkan kepalanya, "Aku hanya sedikit terkejut saja. Mengetahui kau sedikit... berbeda."

     "Aku memang selalu sedikit berbeda." Kata Nadien dengan senyuman bangga.

     Remianda tersenyum kecil, eksperimen kecilnya dalam membuktikan cara untuk memperbaiki suasana hati Nadien adalah dengan mengatakannya berbeda dari yang lain. Ia bisa menggunakan cara ini jika sewaktu-waktu ia mengalami kondisi dimana ia merusak suasana hati Nn. Metamorphfagus.

     "Oh, lihat. Mereka meninggalkan anak malang itu tanpa melepaskan mantranya."
Remianda menatap Harry, Ron dan Hermione yang berlari keluar dari aula dengan cepat, meninggalkan Neville yang terjatuh dan membuat semua orang tertawa.

     Nadien menggelengkan kepalanya, "Dia bisa saja menjadi hebat jika ia tidak terlalu penakut."

.

     Ia mengusap matanya yang berair seraya kantuk mulai menghantui jalannya menuju ke asrama Slytherin.

     Remianda menguap dan menepuk kedua pipinya dengan tangannya untuk membuatnya tetap terjaga untuk berjalan ke asramanya sehabis dari perpustakaan.

     Di sana, di ujung lorong, ia mendapat sosok dengan rambut platinum pirang berdiri dengan bersembunyi di ujung koridor.

     "Bukankah itu Draco? Sedang apa dia disana?" gumamnya dan memutuskan untuk berjalan menghampirinya.

    Ia menepuk punggung anak laki-laki itu, "Dra-"

     Dengan cepat dan tiba-tiba, Draco berbalik dan membungkam mulutnya menggunakan tangannya. "Diam dulu!" pintanya dan melepaskan bungkamannya pada Remianda dan kembali melihat apa yang ia lihat tadi.

    Remianda mengernyit dan menongolkan kepalanya persis seperti yang Draco lakukan, ia melihat Harry, Ron dan Hermione yang tengah mengendap-endap untuk keluar.

     "Bukankah mereka-"

     "Ikut aku!" Pinta Draco dengan menarik tangannya untuk mengikuti ketiga Griffindor itu tanpa ingin mendengar kelanjutan dari pertanyaan Remianda.

     Angin malam menyambut mereka ketika berada di luar gedung sekolah.

     Draco tetap menarik tangan Remianda untuk mengikuti ketiga Griffindor yang berlari menuju rumah Hagrid itu.

     "Beneran, kenapa kau menarikku sampai kesini?" tanya Remianda, kesal akan angin malam yang dingin menusuk tubuhnya.

     "Diamlah, Evans." Kata Draco yang terlihat menghembuskan nafasnya. "Kau akan mengacaukan rencanaku dalam mengintai mereka."

     "Mengintai? Sebenarnya apa yang ingin kau lakukan?"

     "Setelah aku tau apa yang akan mereka lakukan disana, aku akan melaporkan mereka dan membiarkan mereka dihukum"

     "Itu benar-benar tidak baik! Lebih baik kita kembali saja."

     "Diamlah, Evans." Kata Draco yang tengah berhenti di luar rumah Hagrid. Ia mendecih dan menangkap jendela terang di rumah berdindingkan batu-batu itu. "Ayo, pergi kesana dan lihat apa yang tengah mereka lakukan."

     Remianda menggelengkan kepalanya namun mengikuti Draco sesuai dengan apa yang ia katakan.

     Mereka menongolkan kepalanya di jendela, mendapati Hagrid, Harry, Ron, dan Hermione tengah mengitari meja dengan sesuatu yang bulat dan besar di atasnya.

     "Apa itu?" tanya Remianda.

     "Itu telur naga." Jawab Draco dengan terus melihat ke dalam rumah itu. "Sekarang ini jarang mendapatkan telur naga atau bahkan melihatnya." jelasnya.

     Remianda mengangguk mengerti. "Oh lihat!" serunya dengan suara kecil ketika melihat cangkang telur terlepas per bagian, memperlihatkan bayi naga disana. "Oh, benar-benar manis." Komennya dan Draco memberikannya tatapan aneh sebelum kembali menatap ke dalam.

     "Manis? Makhluk itu kau sebut manis?" tanya Draco, seolah-olah itu hal paling aneh yang ia dengar selama ia hidup. "Itu Naga Norwegian Ridgeback!"

     "Lalu kenapa? Naga ya tetap naga!"
Draco menggelengkan kepalanya dan menatap kembali ke dalam. "itu bukan naga biasa. Aku berpikir bagaimana ia mendapatkannya."

    "Oh, bayi naga menyemburkan apinya!" seru Remianda dengan kedua mata berbinar.

     Draco menggelengkan kepalanya, menatap kembali ke dalam dan menemukan Hagrid yang menyadarinya. "Ayo lari!" serunya dan menarik Remianda dari tangannya.

Remianda Liliev Potter 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang