Disclaimer: I do NOT own Harry Potter nor its universe, only ownership is Remianda and other additional characters!
Happy reading guyssss
○●○●○●○●○●○● ●○●○●○●○●○●○●○
Remianda dan Harry tersenyum satu sama lain ketika mereka menyimpan tongkat baru mereka pada sarung tongkat yang berwarna hitam dengan ukiran gelombang laut yang elegan.
Mereka membayar Olivander, dan segera pergi untuk menunggu Hagrid di luar toko.
“Oh, lihat! Itu Hagrid!” Remianda menunjuk pada laki-laki besar yang cukup terlihat di antara keramaian, “Oh, dan ia membawa burung hantu yang cantik.” Ucapnya dengan semangat.
Hagrid sampai di hadapan mereka dengan senyuman, ia memperlihatkan burung hantu putih yang ada di kandangnya pada mereka, “Lihat, ini hadiahku untuk kalian. Benar-benar indah ‘kan?”
Keduanya mengangguk setuju, dan Hagrid memandangi mereka berdua secara bergantian.
“Siapa yang akan membawanya? Maksudku, burungnya memang untuk kalian, tapi—”“Harry akan bersamanya, Hagrid.” Sela Remianda ketika tau apa yang begitu sulit untuk Hagrid katakan. “Aku tak terlalu tau untuk merawat seekor burung.”
Hagrid mengangguk padanya dan memberikan burung itu pada Harry. “Kalian akan menamakannya siapa?” tanyanya.
Remianda dan Harry menatap satu sama lain, menyeringai dan menoleh bersamaan pada Hagrid.
“Hedwig!” seru mereka.
Hagrid terkekeh pelan, “Nama yang bagus.” Pujinya. “Ayo, kukira semuanya sudah selesai. Apa ada yang mau mencoba makanan penyihir?” tanya Hagrid dan Remianda serta Harry tersenyum lebar dan mengangguk semangat.
.
Remianda menyukai makanannya, itu sungguh lezat.
“Apa yang akan kita lakukan setelah ini, Hagrid?” tanyanya kepada teman barunya yang tengah menatap sup yang ada di sendoknya.
“Apa kau akan mengantarkan kami pulang?”
Hagrid berdeham tak nyaman. “Er.. untuk itu.. kurasa..”
Remianda mengernyit, merasakan emosi tidak nyaman dari Hagrid. “Apa kau ingin membicarakan sesuatu, Hagrid? Apa ada masalah?” tanyanya dan segera menyenggol Harry yang tengah melamun di sebelahnya.
“Ada apa dengan kalian berdua? Kenapa bertingkah aneh seperti itu?" Tanya Remianda dengan bingung melihat sikap tak nyaman Hagrid tadi dan sikap diam Harry sekarang.
“Iya, Harry. Kau tampak menjadi pendiam setelah dari Olivander.” Kata Hagrid dengan menatap Harry yang hanya memakan sedikit dari makanannya.
Ia masih butuh waktu untuk mengatakan pesan kepala sekolah pada dua saudara kembar ini.
“Dia yang membunuh orang tua kami ‘kan? Dia yang memberikan kami bekas luka ini.” Ujar Harry dengan memegang bekas lukanya. “Kau tau, Hagrid. Aku tau kau tau.”
Hagrid menghela nafas, dan menatap Harry, “Pertama, kau harus mengerti ini. Tak semua penyihir adalah orang baik. Beberapa dari mereka menjadi jahat. Beberapa tahun yang lalu, ada penyihir yang menjadi jahat. Namanya adalah V—"
ia menghela nafas, “namanya V—”
Harry dan Remianda menyadari kesulitannya untuk membicarakan nama orang itu.
“Mungkin, kau bisa menuliskannya saja.” Ucap Harry.
Hagrid menggeleng, “tidak. Aku tak bisa mengejanya.” Ia menarik nafasnya, memantapkan dirinya terlebih dahulu sebelum mengatakan nama Voldemort pada kedua anak yang tengah menatapnya dengan pensaran. “Baiklah. Voldemort.”
“Voldemort?!” seru Harry.
“Shh!” Hagrid menggeleng, ia kembali menatap Harry. “Saat itu adalah masa-masa gelap. Harry, masa-masa gelap. Voldemort mulai mengumpulkan pengikutnya. Membawa mereka ke jalan gelap. Setiap orang yang melawannya, akan binasa. Kedua orang tua kalian menentang dia. Tak akan ada yang selamat jika ia memutuskan untuk membunuh seseorang. Tak seorangpun, kecuali dirimu.”
Remianda mendesis dengan menutup matanya, ia tak menyukai perasaan ini. Ia sering bermimpi tentang cahaya hijau dan teriakan ibunya, mendengar cerita Hagrid membuatnya merasakan lagi kengerian itu.
“Aku? Voldemort mencoba untuk membunuhku?”
“Ya. Bekas luka di dahimu adalah bukti bahwa ia mencoba untuk membunuhku, tapi gagal. Bekas luka seperti itu muncul karena sentuhan kutukan. Suatu kutukan yang jahat.”
“Apa yang terjadi pada V—” Harry berhenti sejenak, “apa yang terjadi pada kau-tau-siapa?”
“Yah, beberapa orang mengatakan ia telah tewas.” Hagrid menggeleng, “Omong kosong, menurutku. Tidak, menurutku ia masih ada tapi masih begitu lemah.” Katanya dengan merendahkan suaranya. Ia menatap kedua anak itu, “Tapi, satu hal yang pasti. Ada sesuatu hal denganmu yang menggagalkannya malam itu. Itu sebabnya kau jadi terkenal. Itu sebabnya semua kenal namamu. Kau adalah bocah yang selamat.”
Remianda menyiku Harry dengan seringaian yang menyebalkan di wajah pucatnya. “Sekarang kau percaya ‘kan?”
Harry memerah, namun dengan cepat menoleh pada Hagrid. “Apa sekarang kau akan mengantarkan kami pulang? Sekolah baru dimulai tanggal 1 September.”
Hagrid menatap kedua anak tersebut dengan sedikit ekspresi berpikir keras. Ia berdeham dan mendekat pada kedua anak itu.
“Sebenarnya, aku memilki tugas yang begitu penting kali ini.”
“Apa itu?”
“Membawa kalian ke Hogwarts.”
Remianda mengernyit, "Tapi Hagrid, kenapa kita harus kesana sebelum yang lainnya kesana juga?""Ada yang harus Profesor Dumbledore sampaikan pada kalian."
"Tapi jika kami pergi duluan ke Hogwarts, bukankah itu sedikit.. agak.. tidak adil bagi yang lainnya?" Tanya Remianda, merasa sedikit tidak enak pada anak-anak sebaya mereka yang akan mendatangi Hogwarts. "Maksudku, aku dan Harry pasti sudah melihat dalam Hogwarts terlebih dahulu.. dan kurasa itu agak terasa tidak adil."
Hagrid menghela nafas sebelum menatap Remianda. "Aku sudah menduga kau akan berkata seperti itu." Komennya sebelum berdiri dari tempat duduknya.
Ia menatap kembar Potter itu dan berdeham. "Maka dari itu, aku telah menyiapkan tempat khusus yang akan kita lewati agar kalian langsung menuju ke ruangan kepala sekolah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Remianda Liliev Potter 1
FanficBagaimana jika anak dari keluarga Potter yang terkenal tidak hanya satu yaitu seorang Harry Potter, anak yang hidup? Bagaimana jika Lily dan James Potter memiliki seorang lagi anak dan Harry James Potter memiliki kembaran yang tidak diketahui oleh...