Peculiar

13.3K 1.9K 32
                                    

Zack melepaskan genggamannya dari tangan Arabella saat tiba di kamarnya. Badannya memutar hingga berhadapan dengan Arabella.

Telapak tangannya mengibas sekali dan gaun mewah yang Arabella kenakan dalam sekejap berubah menjadi gaun tidur berwarna putih.

Arabella menghempaskan punggungnya ke atas ranjang.
"Aku baru sadar kalau aku lelah." Gumam Arabella.

Zack duduk di sebelahnya. Ia mendengus mendengar ucapan Arabella. "Baru sadar karena terlalu senang berdansa dengan Nathan, hah?"

Arabella menaikkan kedua alisnya.
"Entah."

Zack kembali mendengus. Sekarang ia menyesal bertanya seperti itu.

"Sepertinya bukan karena itu." Arabella kembali menukas.

Zack kembali menatap Arabella. Sebelah alisnya terangkat menanti kelanjutan dari ucapan tersebut.

"Karena kukira kau tidak datang tapi ternyata datang." Arabella menyengir.

Zack menaikkan kedua alisnya. Sebelah bibirnya terangkat. Tersenyum tipis yang ia sendiri tak tahu untuk apa.

"Mari kita bicarakan topik yang seharusnya kita perbincangkan." Ucap Zack. Ia duduk bersila menghadap Arabella yang masih pada posisi berbaringnya.

"Jadi aku mimpi. Seorang wanita bermata hijau terang mendatangiku."

Zack menatap dengan serius.
"Apa yang dia katakan?"

Arabella tampak berfikir sejenak.
"Dia bilang, aku tak bisa lari, aku tak bisa menghindar. Dia bilang dia adalah tuanku, dan aku akan takluk padanya."

Arabella terdiam kembali. Kembali mengingat-ingat ucapan wanita bermata hijau itu. Sedangkan Zack masih menatapnya lekat-lekat dengan penasaran.

"Dia bilang, sesuatu sudah dimulai. Aku tidak tahu, tapi dia juga bilang bahwa aku adalah senjatanya."

Zack tampak terkejut.
"Lalu kau melihatku setelah itu?"

Arabella menggeleng.
"Belum. Dia memperlihatkan banyak hal. Tentang ayahku yang membenciku dan hanya menyayangi Olivia, tentang ayahku yang tidak membunuhku hanya karena reputasi." Arabella menghela nafasnya.

"Dia bilang tak ada yang peduli padaku, semua..." Arabella menolehkan wajahnya pada Zack. Menatap dengan binar sedih penyihir itu yang kini tampak serius menatapnya.

"Termasuk kau."

Zack tampak terkejut.

Arabella mengendikkan bahunya.
"Aku tidak mengerti. Setelah mimpi itu kutukanku datang."

"Dan esoknya dia mendatangimu?"

Arabella mengangguk.
"Dia menyamar menjadi kau terlebih dahulu sebelum aku menyadarinya."

Zack memgernyit. "Lalu bagaimana kau tahu itu bukan aku?"

"Karena dia bersikap manis."

Zack seketika berdecak. Mengerti makna tersembunyi ucapan Arabella, apa lagi saat melihat wajah gadis itu yang tengah menyengir.

"Lalu dia menyerap sihirku."

"Aku tahu. Dan lagi-lagi aku yang menyelamatkanmu saat itu."

"Wah!" Arabella tersenyum lebar. "Pantas saja."

"Aku juga bertemu ibuku." Tukas Arabella tiba-tiba.

"Dalam mimpi."

"Memang. Tapi dia memberitahuku banyak hal. Termasuk hal-hal yang tidak kau ketahui."

Pathetic Destiny  [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang