Drop

14K 1.8K 26
                                    

Arabella terduduk di atas ranjang. Benar-benar tidak tahu apa yang akan ia lakukan. Sedari tadi ia hanya duduk menunggu jika ada seseorang yang melakukan sesuatu terhadap dirinya.

Biasanya, di pagi hari saat ia terbangun, yang ia rasakan adalah pelukan hangat seseorang juga kecupan ringan di puncak kepala. Arabella mengenali seseorang itu sebagai Zack. Harum tubuh penyihir itu tak pernah Arabella lupakan sama sekali.

Atau dulu, di pagi hari, seseorang akan menuntunnya untuk sarapan dan membersihkan tubuhnya. Gerakan yang begitu lembut layaknya seorang wanita. Arabella tidak kenal untuk seseorang yang satu itu.

Namun pagi ini, mungkin sudah hampir satu jam Arabella hanya duduk tanpa melakukan apapun.

Arabella tak berani banyak bergerak. Takut jika karena keadaannya saat ini, pergerakannya hanya akan merusak benda-benda di sekitarnya.

Namun pagi ini Arabella merasa tidak nyaman. Tubuhnya sangat kaku dan seolah menuntut untuk digerakkan.

Setidaknya berdiri dan meregangkan sendi-sendi kakinya yang mulai berdenyut tidak nyaman ingin sekali Arabella lakukan.

Arabella meraba-raba sekitarnya.
Ia mulai menurunkan kedua kakinya saat menemukan pinggiran ranjang yang ia tempati saat ini.

Dengan gerakan hati-hati, Arabella menyentuhkan telapak kakinya pada lantai yang dingin. Bangkit secara perlahan untuk menyeimbangkan tubuhnya yang kini tengah berdiri tegak.

Baru hendak melangkahkan kakinya, rasa pening yang amat mendera kepalanya seketika. Arabella meremas kepalanya kuat. Tubuhnya kehilangan keseimbangan membuat tangannya refleks mencari tempat bertumpu.

Namun gerakannya itu membuat gelas keramik yang terletak di meja kecil tempat kedua telapak tangan Arabella bertumpu jatuh.

Gelas itu pecah menjadi kepingan-kepingan tajam. Namun Arabella sama sekali tidak tahu apa yang ia sentuh itu, juga tidak tahu jika benda itu pecah andai saja kepingan pecahan itu tidak menyentuh kakinya.

Rasa pening di kepalanya semakin menjadi. Sangat menyakitkan. Membuat tubuh Arabella linglung dan tanpa sadar menginjak pecahan kaca itu.

Arabella terpekik tanpa suara. Telapak kakinya terasa begitu perih. Darah mengalir sangat banyak. Kakinya tak lagi mampu menopang tubuhnya, membuat tubuhnya ambruk di lantai.

Kesialan kembali menimpanya. Kini tangannya yang bertumpu di lantai juga ikut terluka karena pecahan gelas keramik yang menancap dalam.

Arabella tidak lagi bisa berfikir. Tangan dan kakinya begitu sakit. Kepalanya berdenyut nyeri membuat penderitaannya pagi ini begitu sempurna.

Arabella menyeret tubuhnya mundur secara perlahan. Ingin kembali ke ranjang. Namun bukannya ranjang yang ia temukan, justru meja kayu kecil di sebelah ranjang yang menubruk punggungnya.

Lagi, sesuatu dari atas meja itu jatuh dan pecah di lantai. Namun yang memperburuk semuanya adalah bahwa benda itu adalah guci yang berat, dan membentur bahu Arabella begitu kuat sebelum kemudian jatuh tepat di atas telapak tangan Arabella yang menyentuh lantai.

***

Zack melangkah tergesa menuju kamarnya. Setelah kepergian Allura, barulah ia teringat pada Arabella yang seharusnya tidak ia tinggalkan sendiri di kamar.

Terlebih ini sudah cukup lama karena ada yang harus Zack lakukan setelah itu. Perasaannya saat ini tidak enak. Sesuatu yang tidak ia ketahui terasa mengganggu pikirannya.

Zack membuka pintu kamarnya kasar sebelum menutupnya kembali saat ia telah berada di dalam. Pandangannya mengedar mencari keberadaan Arabella. Namun perempuan itu tidak terlihat.

Pathetic Destiny  [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang